Home / Romansa / Dekapan Panas Ceo Arrogant / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dekapan Panas Ceo Arrogant: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

31. Jangan Terlalu Berharap

Tawa Harry menyembur begitu dia mendengar permintaan Tuan Brown. Melihat bagaimana Harry yang tiba-tiba saja tertawa, Tuan Brown mengikuti pria itu. Meski tak tahu mengapa tiba-tiba Harry tertawa, dia tetap mengikutinya. Harry mengusap air mata yang keluar dari sudut matanya. Perutnya terasa kaku, tetapi setelah itu suara tawanya yang beberapa saat lalu begitu keras kini lenyap seketika. Melihat Harry menghentikan tawanya, dan menatap Tuan Brown dengan tajam, pria itu pun akhirnya ikut terdiam. Harry menatap Tuan Brown dengan sinis, seraya berpangku tangan. “Apa kau berpikir dia wanita yang seperti itu?” “Eh, itu ... maksudku, hal seperti itu bukan hal yang tabu lagi. Sudah jadi rahasia umum bagi kalangan seperti kita, Tuan Thompson," jawab Tuan Brown dengan rasa percaya diri yang tinggi. Harry tersenyum sinis, lalu berdecak kesal. “Tuan Brown, kuperingatkan untuk yang pertama dan terakhir kalinya, jangan pernah memikirkan hal kotor tentang sekretarisku.” Mendengar jawaban Har
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

32. Sikap Harry yang Aneh

“Harry—” “Ayo, kita pulang!” Harry langsung menarik tangan Laura begitu wanita itu muncul di hadapannya. “Kita pulang sekarang? Tapi, tasku masih di dalam.” Harry berbalik, kemudian dia menatap Ethan yang sedang mengekor di belakangnya. “Kau dengar, Ethan? Ambil tasnya sekarang.” “Baik, Tuan.”Setelah itu, Harry melanjutkan langkah kalinya. Dia memegang tangan Laura dengan kuat, membawa wanita itu untuk segera keluar dari dalam restoran. Dia tak mau jika lelaki hidung belang yang ada di dalam tadi, melihat Laura kembali. Sementara itu, seraya berjalan, Laura menatap tangan dan tubuh Harry yang sedang menariknya secara bergantian. Dia tak berani membuka mulut, saat menyadari jika situasi sekarang tidak baik. Apalagi saat melihat wajah Harry yang merah padam, saat menghampirinya tadi. Pria itu tampak sangat marah. “Masuk!” perintah Harry setelah membuka pintu di kursi di depan. Dia menatap Laura dengan garang, seolah tak ingin wanita itu banyak bertanya. Setelah Laura masuk,
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

33. Sebenarnya Peduli?

Laura menatap mobil hitam milik Harry yang melesat meninggalkannya seorang diri di tepi jalan. Wanita itu menghela napas panjang, mencoba untuk membuang semua rasa kesalnya. “Dasar pria gila!” teriak Laura pada akhirnya. Dia sudah berusaha untuk tidak marah, tetapi nyatanya tidak bisa. “Bisa-bisanya dia meninggalkan aku di sini sendiri? Tanpa ponsel dan juga tas. Awas saja kau, ya!” Napas Laura terengah-engah setelah dia selesai mengeluarkan semua umpatan dan makian pada Harry. Pria itu benar-benar tak punya hati. Memangnya Laura melakukan kesalahan apa hingga harus diturunkan di pinggir jalan seperti sekarang? Jika harus marah, seharusnya dialah yang marah pada Harry karena hampir membuatnya celaka tadi.Kenapa yang terjadi justru sebaliknya? Laura menyadari jika sejak pulang dari restoran tadi, sikap Harry berubah drastis. Pria itu menjadi tak karuan, dan terlihat sangat marah pada dirinya. “Sekarang aku harus bagaimana coba?” Laura tampak kebingungan, sembari menendang jala
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

34. Ikut Kemana?

“Semangat!” Ethan mengepalkan kedua tangannya, dan tersenyum lembut, begitu Laura hendak memasuki ruangan Harry.Melihat itu, bibir Laura terangkat—tersenyum miring. “Sialan! Ini gara-gara kau juga.”“Sorry.” Ethan langsung pergi begitu saja, meninggalkan Laura seorang diri untuk masuk ke dalam kandang singa sekarang juga. Terdengar hembusan napas panjang saat Laura memegang gagang pintu ruangan Harry. Dia sudah bicara keterlaluan tadi, dan sekarang mungkin pria yang ada di dalam sana akan lebih marah.Namun, berdiam diri juga tak akan membuat Laura tenang. Dia lebih baik dimarahi di dalam sana, daripada di luar sini, dan menjadi perhatian banyak orang. Jadi, Laura memberanikan diri untuk masuk perlahan begitu membuka pintu, matanya menelisik ke setiap sudut ruangan besar itu, tetapi sayangnya dia tak menemukan keberadaan Harry sama sekali.Alisnya kanannya terangkat. “Ke mana dia?”Laura segera masuk, dan menutup pintu secara perlahan. Wanita itu mendekati meja kerja Harry. Komput
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

35. Aku Cantik?

Laura pikir Harry akan melakukan sesuatu yang menakutkan kepadanya. Sepanjang perjalanan tadi, wanita itu tak henti-hentinya merasa gugup dan juga takut, seraya merapal banyak doa kepada Tuhan untuk keselamatan dirinya. Harry menjadi lebih pendiam di perjalanan tadi, hingga membuat asumsi buruk dalam kepala Laura terus bermunculan. Namun, siapa sangka pria itu justru melakukan hal yang sebaliknya. “Kita mau apa ke sini?” “Melihat gaun pernikahanmu,” jawab Harry santai, yang langsung membuat Laura melotot. “Jangan melotot seperti itu? Aku sudah bilang kan sebelumnya, gaun pernikahanmu sudah hampir selesai. Sekarang desainernya meminta kita datang untuk melihat hasilnya.” “Bukan. Bukan seperti itu. Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau kita mau kesini. Aku hampir mati ketakutan tadi.” Harry menggeleng pelan, dengan senyum yang coba disembunyikan, dan langsung turun dari dalam mobil. “Kau ingin turun sekarang apa nanti?” Mendengar pertanyaan Harry, Laura bergegas turun. Dia tak
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

36. Sikap yang Ambigu

“Kau hanya belum beruntung saja.” Laura menjawab dengan senyum tipis. Jackson tertawa kecil untuk mencairkan suasana, begitu mendengar jawaban yang dilontarkan Laura. Pria itu bahkan sampai mengusap air mata yang muncul di sudut matanya. “Sudahlah. Jangan bahas tentang aku lagi. Sekarang beritahu siapa calon suamimu? Kau belum ada memberitahukannya padaku, kan?” “Itu—“ Laura menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. “Kau akan tau sendiri nanti. Makanya kau harus datang, dan aku akan memperkenalkanmu secara langsung dengan dia.” Jackson mencebikkan bibirnya. “Dasar! Oke, lah. Aku ingin lihat seperti apa pria yang bisa memberimu apa yang selama ini tidak kau dapatkan.” “Dia ... tampan.” Laura berkata dengan gugup. Dalam hatinya dia mengutuk diri sendiri karena telah memuji Harry yang menyebalkan itu. “Lebih tampan dari aku?” tanya Jackson sembari memasukkan sesuap cake red velvet ke dalam mulutnya. Matanya sesekali melihat ke arah Laura yang tampak salah tingkah. “Aku tid
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

37. Dia, Wanitaku!

“Bicaramu ngawur!” tampik Laura. Dia langsung duduk di sofa, dan meletakkan tasnya dengan kasar. “Kami tak akan berkencan. Pikiranmu terlalu jauh, dia sudah seperti saudara laki-lakiku sendiri.”“Tak ada pertemanan yang seperti itu antara pria dan wanita. Kau mau taruhan?”Laura menatap Harry dengan raut tak suka. “Kau ini sebenarnya kenapa, sih? Aku tak mau taruhan apa pun. Bukankah di dalam kontrak kita juga sudah tertera, baik kau dan aku jangan mencampuri urusan masing-masing.”“Ya, itu benar. Aku hanya ingin mengingatkan saja, jangan pernah ceroboh, Laura!” Suara Harry penuh penekanan, seolah pria itu benar-benar tak ingin namanya ternoda. Laura berdiri dan memberanikan diri menatap Harry. Matanya menyiratkan banyak rasa bingung, dan benci yang menjadi satu. Harry selalu mengaturnya, meragukannya, seolah Laura adalah orang paling ceroboh. “Tenang saja, Tuan Harry Thompson yang terhormat. Aku orang yang menepati janjiku. Lagi pula, aku juga tak akan melepaskan bayaran mahal yan
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more

38. Pernikahan Tanpa Cinta

Satu hari bersama Harry sama seperti satu pekan rasanya. Laura tak henti-hentinya dibuat bertanya-tanya dengan sikap Harry yang berubah-ubah. Pria itu kadang bersikap manis, tetapi dia lebih sering bersikap menjengkelkan. Seperti pada malam tadi, Harry tiba-tiba saja menerobos masuk ke dalam kamar Laura. Entah apa yang pria itu pikirkan, dia langsung tertidur begitu saja, tanpa peduli ketika Laura berusaha mengusirnya. Kini, Laura tampak menghela napas panjang di depan cermin. Bayangan hari kemarin yang dia habiskan terasa begitu panjang. Hingga tak terasa, hari ini pun tiba. Laura menatap dirinya sendiri di depan cermin. Wajahnya sudah dipoles dengan make up yang membuat wajahnya tampak segar. Gaun putih pengantin yang dicoba beberapa hari lalu, entah kenapa sekarang tampak berbeda di matanya. Gaun itu tampak begitu pas, dan membuat Laura tampak sangat indah. “Anda sangat cantik, Nona.” Lamunan Laura buyar. Dia menatap ke arah penata rambut yang juga sedang ters
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

39. Kapan Kontraknya Berakhir?

Resepsi pernikahan Harry dan Laura berlangsung dengan mewah. Banyak tamu undangan yang hadir dari kalangan kelas atas, rekan bisnis Harry dan Tuan Thompson juga. Harry dan Laura terus menebar senyum kepada setiap orang yang memberi selamat pada mereka. Wajah Nyonya dan Tuan Thompson juga tampak gembira, meski awalnya Nyonya Thompson terus menolak Laura, sekarang mau tak mau dia harus menerima wanita itu sebagai menantunya. Senyum Harry mengembang, dan wajahnya tampak senang begitu melihat kedua sahabatnya datang. “Selamat, Bro. Akhirnya kau menyusul kami juga.” Austin memeluk Harry dengan perasaan haru. Begitu juga dengan Dominic. Pria tampan itu datang dan memberikan selamat kepada Harry dan juga istrinya. “Aku pikir kau sudah mati rasa.” “Sialan!” Harry memukul dada Dominic dengan tawa pelan. “Aku masih normal, kan? Kalian saja yang tidak sabar.” “Uncle Harry.” Leo dan Felix memanggil Harry secara bersamaan. Kedua anak laki-laki yang sama-sama memakai tuxedo
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

40. Rasa Curiga Dominic

“Kepastian tentang kapan kontrak pernikahan kita akan berakhir?” Deg! Harry tertegun. Pria itu diam dengan tatapan yang penuh arti. Sebelum ini, mereka memang tidak pernah membahas tentang kapan akhir kontrak mereka. Bahkan, Harry tak pernah memikirkan tentang hal itu dari kemarin. “Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?” Laura berjalan menghampiri Harry yang berdiri mematung. “Aku hanya butuh kepastian. Aku tidak mau terus hidup dalam kepura-puraan seperti ini.” Harry memandang mata biru milik Laura yang menyiratkan banyak arti. Wanita itu berubah menjadi sedikit pendiam dari pagi tadi, apa ini alasannya? Dengan membuang wajahnya, Harry berkata dengan suara yang dingin. “Kalau begitu ingat baik-baik, kontrak pernikahan kita akan berakhir jika masing-masing dari kita sudah menemukan orang yang kita cintai.” Laura menga
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status