Home / Romansa / Dekapan Panas Ceo Arrogant / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dekapan Panas Ceo Arrogant: Chapter 11 - Chapter 20

61 Chapters

11. Tuan Putri yang Malang

Laura berlari-lari saat hendak masuk ke dalam lift. Dia sudah terlambat tiga puluh menit, dari jam masuk kerja yang seharusnya. Dia harus bersyukur karena pagi tadi Antonio datang. Jika tidak, Laura sama sekali tidak tahu bagaimana nasibnya, atau mungkin pekerjaannya bisa saja hilang. Napas wanita itu naik turun di dalam lift. Sekarang Laura hanya berharap jika Harry belum datang, atau dia bisa minta kompensasi karena sudah lembur malam tadi. “Kau terlambat tiga puluh lima menit.” Bariton tegas itu membuat Laura tersentak, saat pintu lift terbuka. Jantung Laura hampir lepas saat dia melihat tatapan Harry yang dingin, dan tampak mengancam. Sorot mata Harry jelas menyiratkan jika dia sangat kesal sekarang. “Maaf, Tuan. Malam tadi saya lembur. Jadi, saya—“ “Tutup mulutmu! Aku tidak mau mendengar alasan apa pun lagi! Hari ini aku masih memaklumi, tapi tidak dengan di lain waktu. Paham!" bentak Harry yang langsung membuat Laura terdiam. Setelah itu, pria yang memaka
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

12. Menemukan Wanita Gila

“Sudah jangan banyak bicara!” Harry mengabaikan tatapan penuh tanya dari mata Laura. Pria itu segera pergi meninggalkan Laura yang masih berdiri diam.“Sediki-sedikit mengancam mau memecatku. Dasar arogan!”“Laura,” panggil Harry yang langsung berbalik. Dia menatap wanita itu dengan tajam. “Aku bisa mendengar kata-katamu tadi. Kau mau aku pecat sekarang juga?”Laura menggeleng cepat. Dia segera berlari menyusul Harry, seraya tersenyum dengan mata menyipit. “Maafkan saya, Tuan. Lain kali saya akan menjaga ucapan saya.”“Bisa kupegang ucapanmu?”Laura mengangguk dengan senyum yang dibuat-buat. Sungguh, sebenarnya di dalam hati dia sangat muak dengan sikapnya sendiri yang sok manis di depan Harry sekarang.Mendadak Harry bergeming. Pria itu menggeleng, dan langsung pergi meninggalkan Laura yang masih tersenyum begitu saja. Dia merasa bulu kuduknya berdiri sekarang. “Kenapa senyum wanita itu sangat menakutkan?"Harry merasa tubuhnya merinding. Bahkan di dalam mobil pun dia memilih diam,
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

13. Kesempatan Terakhir

“Kau mengatai aku wanita gila?” Laura tertawa sembari menatap Harry dengan sinis. “Kalau seperti itu, kau juga berarti pria gila. Mana ada orang waras yang mau dengan wanita gila?” Napas laura tersengal-sengal karena emosinya yang tak tertahankan lagi. Bisa-bisanya pria itu bicara sembarang, di depannya langsung. Bukannya merasa tersinggung, Harry justru mengabaikan ocehan Laura begitu saja. Pria itu menghentikan mobilnya begitu sampai di depan restoran. “Ayo, turun! Aku sudah sangat lapar.” “Bisa-bisanya kau mengajakku makan setelah bicara sembarangan tentangku tadi.” Laura menggeleng dengan wajah tak percaya.Dia bahkan sudah melupakan tentang sopan santunnya pada Harry yang berstatus atasannya. Biarkan saja! Laura sama sekali tidak peduli. Lagi pula orang seperti Harry tak pantas untuk dihormati. Sungguh, Harry adalah pria paling arogan yang pernah dia temui. “Kau mau makan atau tidak?” “Selesaikan dulu masalah kita. Kau harus berjanji tidak akan bicara tentang perni
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

14. Friend Zone

Malam harinya, Laura duduk di balkon dengan terus termenung. Dia masih memikirkan tentang ucapan Harry siang tadi. Pria itu menawarkan pernikahan kontrak, dengan keuntungan yang membuat Laura mau tak mau terus mempertimbangkannya. “Jika kau menjadi istriku, status sosialmu akan naik, Laura. Kau tidak menginginkan itu?” Saat itu, Laura bergeming, merenungkan tentang semua ucapan pria bermata hazel di sisinya ini. Apa yang Harry katakan itu tidak salah. “Aku yakin, kau ingin membuktikan kepada semua orang jika sekarang kau mampu berdiri sendiri, kan?” Laura kembali menatap Harry dengan kening berkerut. “Anda jangan sok tau,” kilah wanita itu. Dia langsung memalingkan wajah. Laura tak suka saat Harry mulai bisa melihat dan mengetahui apa keinginannya. Melihat sikap skeptis Laura, Harry menjauhkan wajahnya. Pria itu mengambil tisu dan mengelap bibirnya, setelah itu berdiri dan menatap Laura sebentar. “Aku tunggu jawabanmu besok. Ingat, jika kau menolak maka tidak akan ada lagi
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

15. Jalan Terakhir

Sementara itu, di tempat lain Harry tampak kesal dengan wanita yang ada di depannya sekarang. Jika bukan karena permintaan ayah dan ibunya, mungkin dia sudah mengusir wanita ini sejak tadi. “Jadi, wanita tidak jelas yang kau bawa waktu itu … dia bukan benar-benar kekasihmu, kan, Harry?” Eva bertanya dengan serius. Wajahnya bahkan tampak kesal karena sejak tadi Harry mengabaikannya begitu saja. “Harry, kau dengar aku tidak, sih?” “Namanya Laura, dan dia benar-benar kekasihku." Harry menjawab dengan nada yang enggan. Dia sudah ingin pergi dari tempat ini sekarang juga. “Bohong! Kau pasti hanya berbohong seperti sebelumnya. Ibumu bilang sejak hari itu, kau belum ada membawa wanita itu lagi. semua itu sudah jelas jika kau berbohong, Harry." Harry berdecak mendengar ocehan Eva yang terdengar keras kepala. Wanita itu masih ingin memaksakan kehendaknya dengan sesuka hati. Lagi pula, Eva itu bukanlah tipenya, tetapi mengapa wanita itu tidak pernah sadar sama sekali? Eva me
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

16. Skandal Bos dan Sekretaris

Laura tampak keheranan, saat melihat semua orang yang ada di kantor sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti. Yang tampak begitu jelas, mereka melihat Laura dengan sinis seolah-olah dia adalah makhluk yang paling menyebalkan. Wanita itu segera melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan mendapati jika ini masih pagi. Itu artinya dia belum terlambat. Lantas kenapa semua orang melihatnya seperti tidak suka? Tak ingin terlalu memikirkan apa yang belum pasti, Laura berjalan dengan cepat. Mungkin di atas nanti dia bisa bertanya dengan Ethan. Namun, saat pintu lift terbuka, wanita itu sedikit kaget ketika melihat ada Harry dan juga Ethan. Selain itu, tak ada orang lain lagi selain mereka berdua, yang membuat kaki Laura mundur perlahan, sembari berkata, "maaf, Tuan. Saya tidak tahu kalau Anda ada di dalam lift." Dia tampak sungkan. Apalagi mengingat bagaimana tawaran Harry kemarin. Ah, tidak! Lebih tepatnya Laura masih membayangkan bagaimana aroma parfum
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

17. Jangan Bicara Omong Kosong!

“A-aku tidak menduga jika semua akan jadi seperti ini,” ujar Laura dengan wajah menunduk. Dia melupakan sikap profesionalnya sebagai sekretaris Harry, setelah tahu masalah apa yang terjadi sekarang. Laura seolah tidak punya muka lagi karena sudah membuat Harry malu. “Jadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?” tanya Harry dengan intonasi suaranya yang terdengar dingin. Pria itu tampak sangat jelas jika sedang mengintimidasi Laura sekarang. Laura mendongakkan wajah, dan menatap Harry yang tampak tenang, seolah tak terjadi apa pun. Padahal Laura yakin jika Harry hanya berpura-pura dengan sikap tenangnya sekarang. Pria itu hanya masih memendam amarahnya saja sebelum meledak. Laura yakin itu. “Aku akan mengatakan yang sebenarnya, kalau kita tidak memiliki hubungan apa pun.” Kedua alis Harry berkerut hingga menjadi satu. Pria itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, lalu menatap Laura dengan lekat, membuat wanita itu tak bisa berkutik. Laura merasa seperti sedang di
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

18. Perang Dua Saudara

"Jangan bicara omong kosong, Harry!" Rona merah di pipi Laura tampak ketara karena kekesalan wanita itu. Dia berdiri, dan hendak meninggalkan Harry yang masih menatapnya dengan santai. Kenapa pria itu selalu memaksakan kehendaknya seorang diri? “Kau mau ke mana?” “Pergi! Sudah kukatakan berulang kali, aku tak akan pernah setuju dengan idemu itu!” “Kau yakin?” Laura menghentikan kakinya. Wanita itu berbalik, dan menatap Harry yang sedang melihat ke arahnya—seolah sedang menantang wanita itu. “Aku tidak akan pernah—“ Tring! Laura menghentikan kalimatnya, dia melihat ke arah ponsel dalam genggamannya yang bergetar. Rasa kesal wanita itu kian memuncak saat dia melihat nama Caroline yang tertera di sana. “Sstt, untuk apa lagi dia menghubungiku?” batin Laura. Tak ingin Harry tahu permasalahan dia dan kakaknya, Laura menolak panggilan Caroline, dan kembali menatap Harry yang sedang melipat tangan di depan dadanya, dengan sikap angkuh. “Ingat, sampai kapan pu
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

19. Calon Istri

Wajah Caroline dan Sam tampak memucat begitu mereka melihat siapa yang sedang bersama dengan Laura sekarang. Melihat bagaimana ekspresi dingin Harry, tenggorokan mereka tiba-tiba saja terasa kering. Jadi, Laura benar-benar bersama dengan seorang Harry Thompson? Melihat dua orang yang sejak tadi mentertawakan Laura terdiam, tanpa basa-basi lagi Harry segera memutuskan panggilan itu secara sepihak. Dengan wajah kesal, dan suara yang terdengar ketus, Harry menyerahkan ponsel yang dipegangnya kepada Laura. “Kau ingin dihina seperti ini terus?” “Jangan ikut campur!” Laura mengusap air matanya yang jatuh tanpa bisa dia cegah tadi. Wanita itu tak mau kelihatan lemah di depan orang lain. “Aku pergi!”Namun, belum ada selangkah Laura pergi, Harry kembali menarik tangan wanita itu saat berbalik untuk meninggalkannya. Jelas, dia tahu bagaimana perasaan Laura sekarang. Wanita itu dikucilkan dan dihina oleh saudara kandungnya sendiri. Itu jelas lebih menyakitkan daripada pengkhianatan
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

20. Kontrak Pernikahan

“Silakan baca semua syarat yang tertera. Apa semua sudah sesuai dengan keinginanmu atau tidak." Harry menyerahkan surat perjanjian kontraknya pada Laura yang duduk santai di hadapannya. Sekarang, tak ada siapa pun kecuali mereka berdua di dalam ruangan. Dengan gerakan tangan pelan, Laura menerima lembaran kertas berisi kontrak pernikahannya dengan pria itu. Wanita itu membaca dan mencermati semua dengan saksama. Sebelum ini, mereka berdua sama-sama mengajukan persyaratan. Jadi, Laura hanya tinggal memastikan, apakah Harry benar-benar menulis apa saja yang sudah dia ajukan pagi tadi. “Denda 100 juta dollar?” Wajah Laura terperangah saat dia melihat angka yang tertulis di sana. “Kau pasti bercanda, kan? Dari mana aku dapat uang sebesar itu?” Harry sedikit menundukkan tubuhnya—hingga posisi mereka cukup dekat sekarang. Matanya yang tajam, langsung menatap Laura dengan lekat. “Itu akan terjadi jika kau melanggar peraturan di dalam kontrak kita. Jika tidak, maka tak akan ada
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status