All Chapters of Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan : Chapter 21 - Chapter 30

43 Chapters

21. Jalan Merpati, Pertemuan dalam Bayang

Alya berdiri di depan gedung kosong di Jalan Merpati, tempat yang disebutkan dalam pesan suara misterius itu. Hujan telah berhenti, menyisakan udara dingin yang menggigit kulitnya. Gedung itu tampak suram, dengan jendela-jendela pecah dan pintu kayu yang sudah lapuk oleh waktu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya suara angin yang berbisik di antara celah-celah bangunan."Ini tempatnya," gumam Alya pada dirinya sendiri, mencoba mengumpulkan keberanian.Ia melangkah masuk, mendapati lorong gelap yang dipenuhi debu dan puing-puing. Setiap langkahnya menggema, menciptakan suasana mencekam yang membuat bulu kuduknya berdiri. Di tangannya, ia menggenggam senter kecil yang diambil dari tasnya. Cahaya redup dari senter itu menyoroti dinding yang dipenuhi grafiti, sebagian besar berupa simbol-simbol yang tidak ia pahami.Tangga menuju lantai tiga tampak rapuh, tetapi Alya tetap melangkah dengan hati-hati. Dalam setiap langkah, ia merasa seperti ada mata yang mengawasinya, meskipun ia tidak
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

22. Bayang-Bayang Akhir

Langit malam menampakkan kegelapan yang mencekam. Hujan masih mengguyur deras, menciptakan harmoni yang menyeramkan dengan denting rintik air di atas atap kaca gedung tua tempat Alya kini berada. Tangannya gemetar, memegang dokumen-dokumen yang telah mengubah cara pandangnya terhadap Adrian untuk selamanya. Kata-kata pada lembaran itu membakar ingatannya, meninggalkan luka yang tak kasat mata. Adrian berdiri di seberang ruangan, wajahnya tegang. Udara di antara mereka seperti terhenti, tegang dengan keheningan yang penuh pertanyaan tak terjawab. Tidak ada yang berbicara, seolah-olah kata-kata telah lenyap dari dunia ini, meninggalkan hanya sorotan mata mereka yang saling bertemu dalam pertarungan emosional. "Alya," suara Adrian akhirnya memecah keheningan, berat dan penuh penyesalan. "Kau tidak seharusnya menemukan ini." Alya tertawa pelan, tapi tawanya dipenuhi kepahitan. "Tidak seharusnya? Adrian, aku sudah memberimu kepercayaan penuh, tapi ini? Ini yang kau sembunyikan dariku se
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

23. Di Antara Dua Kebenaran

Alya berlari di tengah hujan deras, kaki-kakinya terpeleset di jalanan basah. Napasnya terengah-engah, dan detak jantungnya berdetak seperti genderang perang. Flash drive di genggamannya terasa seperti bara panas, tetapi ia tidak melepaskannya. Apa pun yang ada di dalam benda kecil itu, ia tahu bahwa isinya adalah kunci dari semua pertanyaan yang menghantuinya selama ini.Bayangan pria misterius yang tadi menolongnya masih terngiang-ngiang di benaknya. Siapa dia? Mengapa dia rela mempertaruhkan nyawanya demi memberikan flash drive itu? Dan yang lebih membingungkan, mengapa dia menyebut Adrian sebagai satu-satunya orang yang bisa melindunginya?“Adrian…” gumam Alya sambil terus berlari. Wajah pria itu memenuhi pikirannya, bercampur dengan rasa marah, curiga, dan rasa cinta yang sulit ia hilangkan.Langkahnya berhenti mendadak ketika ia mencapai sebuah persimpangan jalan. Di tengah hujan yang semakin deras, Alya mencoba berpikir jernih. Adrian saat ini berada di tempat yang tidak ia ket
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

24. Di Ambang Keputusasaan

Adrian memutar otaknya dengan cepat, mencari celah untuk keluar dari situasi yang tampaknya tidak memiliki jalan keluar. Pria-pria bersenjata itu mendekat perlahan, senjata mereka diarahkan langsung kepadanya dan Alya. Dalam kegelapan ruangan yang hanya diterangi oleh kilatan petir dari luar, wajah mereka tampak seperti bayangan kematian yang siap menjemput. Alya berdiri di belakang Adrian, mencoba menahan napas agar tidak membuat suara yang dapat memancing agresi dari para pria tersebut. Tangannya mencengkeram erat lengan Adrian, seolah ia adalah satu-satunya penghalang antara nyawa dan bahaya yang mengintai. Sementara itu, Adrian mencoba menilai situasi di sekelilingnya. Ruangan itu sempit, dipenuhi oleh lemari-lemari kayu tua yang mengeluarkan aroma lapuk. Hanya ada satu jendela kecil di sudut, tetapi tertutup rapat oleh jeruji besi yang tidak mungkin diloloskan tanpa alat. Jalan keluar lainnya adalah pintu yang kini dijaga oleh dua pria dengan senjata. Ia memejamkan mata sejena
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

25. Di Persimpangan Perasaan

Alya melangkah keluar dari ruang makan dengan kepala yang penuh pikiran. Suara dentingan alat makan yang sebelumnya terdengar riuh kini terasa seperti gema dari kejauhan. Pertemuan terakhir dengan Adrian—dengan tatapan dingin dan kalimat tajamnya—masih membekas di hati Alya. "Alya, kenapa kamu membiarkan dirimu tenggelam sejauh ini?" bisiknya pada diri sendiri sambil menyandarkan punggung pada dinding koridor. Namun, sebelum ia bisa merenung lebih jauh, suara langkah kaki mendekat. Adrian berdiri di depannya dengan sorot mata yang tidak lagi menunjukkan kebekuan seperti tadi. Kali ini, ada sesuatu yang berbeda—campuran penyesalan dan kebimbangan. "Alya, kita perlu bicara," ujarnya pelan. Alya mengangkat dagunya, berusaha menunjukkan kekuatan, meski hatinya rapuh. "Apa lagi yang ingin kamu katakan, Adrian? Bukankah semuanya sudah jelas?" Adrian menghela napas, wajahnya terlihat lebih lelah daripada biasanya. "Aku tahu aku telah memperlakukanmu dengan cara yang salah. Tapi... a
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

26. Bayangan di Balik Kebenaran

Hujan deras mengguyur kota malam itu, meninggalkan genangan air yang memantulkan lampu jalan yang berkilauan. Suara hujan yang menghantam atap rumah terasa menenangkan, tetapi bagi Alya, malam itu jauh dari kata damai. Ia duduk di tepi ranjangnya, menatap kosong ke arah jendela. Pikirannya kembali pada percakapan yang ia dengar tadi di depan ruang kerja Adrian. Kata-kata itu terus berulang di kepalanya, mengusik hatinya. Apakah ia sudah terlalu percaya pada Adrian? Ataukah selama ini ia hanya melihat sisi yang ingin ia lihat? Handphone di tangannya bergetar. Pesan dari Adrian masuk, tetapi ia ragu untuk membacanya. Ia menatap layar itu cukup lama sebelum akhirnya membuka pesan tersebut. "Alya, aku perlu bicara denganmu. Tolong jangan salah paham." Hanya itu isi pesannya. Tidak ada penjelasan. Tidak ada permintaan maaf. Alya menghela napas panjang. Semakin ia mencoba memahami situasi ini, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Ia ingat kembali ekspresi wajah Adrian
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

27. Jejak di Balik Bayangan

Suara sirine memecah keheningan malam, membangunkan penduduk kota yang sebelumnya terlelap dalam mimpi. Jalan-jalan yang biasanya sepi kini dipenuhi oleh kendaraan patroli yang berlalu lalang. Namun di dalam gedung tua yang sudah usang, keheningan terasa begitu menyesakkan. Alya berdiri di tengah ruangan itu, matanya memindai setiap sudut dengan hati-hati. Adrian berdiri di belakangnya, mengamati dengan tatapan tajam. “Kita harus cepat. Tempat ini tidak aman.” Alya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Di tangannya, ia menggenggam dokumen yang sudah lusuh, namun masih jelas terlihat tulisan di atasnya. Dokumen itu adalah bukti pertama yang ia temukan tentang keterlibatan Adrian dalam sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang selama ini ia hindari untuk percaya. “Apa sebenarnya tempat ini?” tanya Alya, suaranya terdengar pelan, nyaris berbisik. Adrian tidak segera menjawab. Ia hanya menatap sekeliling, memastikan tidak ada orang lain di sekitar mereka. “Ini adalah salah satu tempat persemb
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

28. Tawanan dalam Bayangan

Alya membuka matanya dengan perlahan. Nyeri di pelipisnya seperti mengingatkan bahwa ia baru saja melewati malam yang penuh dengan ketegangan. Di sekitarnya, suasana terasa sepi, hanya terdengar deru angin yang menyusup melalui celah-celah kecil di dinding. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, namun rasa sakit yang tajam di bahunya membuatnya meringis. Ia berada di sebuah ruangan sempit dengan dinding kayu yang mulai lapuk. Jendela kecil di sudut ruangan membiarkan sinar matahari masuk, memperlihatkan tumpukan barang-barang tua yang berdebu. Aroma lembap memenuhi udara, membuatnya merasa terjebak di tempat yang asing. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, tetapi pikirannya terasa kacau. "Adrian," gumam Alya, suaranya hampir tak terdengar. Ia memaksakan tubuhnya untuk bangun, meski setiap gerakan terasa seperti siksaan. Ia harus memastikan Adrian selamat. Ia tidak bisa membiarkan pikiran buruk mengambil alih dirinya. Langkah kakinya terdengar berat saat ia mendekati pintu k
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

29. Dalam Dekapan Gelapnya Malam

Bayangan malam yang menutupi kota semakin pekat saat angin berembus perlahan, membawa aroma hujan yang mengendap di jalanan aspal. Alya berdiri di balik tirai jendela kamar apartemennya, memandangi kegelapan yang kini terasa lebih akrab daripada cahaya siang. Sejak pesan misterius itu masuk ke dalam hidupnya, ia tahu bahwa segala sesuatu tidak akan pernah sama lagi.Dunia Alya dulunya begitu sederhana—kantor, teman-teman, dan rutinitas yang terkadang membosankan tetapi aman. Namun, malam itu semuanya berubah. Ia kini hidup dalam bayang-bayang ketakutan yang terus membayanginya, menenggelamkan setiap sisa keberanian yang ia miliki.Ponselnya bergetar di atas meja. Ia melirik layar, berharap itu hanya pesan biasa dari rekan kerja atau sekadar notifikasi tak penting. Tetapi layar itu kosong. Alya menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya yang terasa terlalu keras. Namun, perasaan was-was tetap mencengkram dirinya, seperti cakar tajam yang tak kunjung melepaskan.Langka
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

30. Malam di Bawah Bayangan Takdir

Malam yang pekat menyelimuti kota, dengan hanya beberapa lampu jalan yang memberikan penerangan redup di sela-sela gedung-gedung tinggi. Di sebuah apartemen kecil, Alya duduk di sudut ruangannya, mencoba mengatur napasnya yang tak beraturan. Pikirannya terus berputar, mencari makna di balik serangkaian peristiwa aneh yang belakangan ini menghantuinya.Ia memegang segelas air dengan tangan gemetar, mencoba menenangkan diri. Namun, bayangan gelap yang tadi malam muncul dalam hidupnya tidak kunjung hilang dari benaknya. Tatapan kosong tanpa wajah itu seakan terus menempel di pelupuk matanya, mengingatkannya bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih gelap sedang mengintainya.Alya menatap ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ada puluhan pesan dari teman-temannya, tetapi ia tak berniat untuk membacanya. Pesan-pesan itu terasa seperti suara dari dunia yang berbeda—dunia yang tak lagi menjadi miliknya.Setelah beberapa saat, ia memutuskan untuk berdiri. Tubuhnya masih lemah, tetapi ia
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status