All Chapters of Rahasia Sang CEO: Istri dalam Bayangan : Chapter 11 - Chapter 20

43 Chapters

11. Perjanjian dalam Gelap

Restoran mewah itu berdiri megah di bawah langit malam yang kelabu, lampu-lampunya bersinar hangat menembus kaca-kaca besar. Adrian dan Alya tiba tepat waktu, mengenakan pakaian formal yang membuat keduanya tampak memukau. Namun, hati Alya penuh dengan kecemasan. Pertemuan kali ini jelas bukan hanya sekadar acara biasa. Adrian membimbing Alya memasuki ruangan privat di lantai atas. Di dalam, sudah ada tiga pria dan satu wanita yang menunggu, semuanya berpakaian mahal dan memancarkan aura otoritas. Tatapan mereka langsung tertuju pada Alya saat ia melangkah masuk bersama Adrian. “Adrian,” sapa salah satu pria, pria paruh baya dengan rambut keperakan yang tampak seperti pemimpin di antara mereka. “Kau datang tepat waktu. Dan ini pasti tunanganmu yang terkenal.” Adrian tersenyum tipis, tetapi tidak menjawab langsung. Ia menarik kursi untuk Alya, memberi isyarat agar ia duduk. Alya mematuhi, meskipun ia bisa merasakan ketegangan di udara. "Perkenalkan, ini Alya," kata Adrian akhirnya.
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

12. Jaring Intrik yang Semakin Menjerat

Alya tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang terus menghantuinya sejak makan malam bersama Adrian dan para mitranya. Kata-kata Adrian tadi malam terus terngiang di kepalanya, seakan menjadi alarm yang tak henti-hentinya berdentang.Pagi itu, ia duduk di meja makan, memandangi secangkir kopi yang sudah mulai mendingin. Pikiran Alya melayang-layang, memikirkan semua pengakuan Adrian. Dia adalah kelemahan Adrian. Pernyataan itu terdengar indah sekaligus mengerikan. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk bertahan dalam badai yang sedang berkecamuk di sekitar mereka?"Alya," panggil Adrian, membuyarkan lamunannya.Alya mengangkat wajahnya. Adrian berdiri di dekat pintu dengan setelan jas abu-abu gelap yang membuatnya terlihat lebih berwibawa dari biasanya. Namun, ada lingkaran hitam di bawah matanya, tanda bahwa dia juga tidak tidur nyenyak."Aku harus pergi ke kantor," katanya. "Tapi aku sudah memerintahkan sopir untuk mengantarmu ke butik sore ini. Aku ingin kau memilih pakaian baru untuk
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

13. Langkah di Tengah Bayangan

Alya berjalan menyusuri trotoar yang sepi, mencoba mengatur napasnya yang tidak beraturan. Angin malam menusuk kulitnya, tetapi itu tidak sebanding dengan rasa dingin yang menguasai hatinya. Amplop yang tadi ia buka masih tergenggam erat di tangannya, seolah menjadi bukti nyata bahwa hidupnya tidak lagi sama.Di kejauhan, suara kendaraan dan hiruk pikuk kota terdengar samar, tetapi pikiran Alya terlalu bising untuk memproses apa pun. Wajah Adrian, pria yang ia percayai sepenuhnya, terus muncul di benaknya. Apakah semua ini kebohongan? Apakah seluruh perasaan yang ia bangun hanyalah sandiwara belaka?Alya berhenti di depan sebuah taman kecil, duduk di bangku kayu yang basah oleh embun malam. Tangannya bergetar saat membuka kembali amplop itu, memeriksa dokumen yang tadi membuatnya terpukul.Ada foto-foto Adrian bersama pria-pria berjas hitam, berdiri di depan pabrik yang terlihat seperti fasilitas ilegal. Beberapa dokumen menunjukkan aliran dana yang mencurigakan ke rekening luar neger
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

14. Jejak dalam Kegelapan

Alya terbangun di pagi hari dengan perasaan berat. Tidurnya semalam tidak nyenyak. Ingatan tentang pertemuan dengan pria misterius itu terus mengganggunya. Ia merasa seperti sedang bermain dalam permainan yang aturannya tidak ia pahami.Setelah mempersiapkan diri, Alya melangkah keluar dari apartemennya. Udara pagi terasa dingin, seolah-olah menyatu dengan kecemasan yang menghantui dirinya. Langkah kakinya menuju ke kantor Adrian terasa lebih lambat dari biasanya, seakan ada sesuatu yang menahannya.Ketika tiba di lobi gedung, senyum para resepsionis menyambutnya seperti biasa. Namun, di balik senyum itu, Alya merasa seperti ada bisikan-bisikan yang membicarakannya. Entah mengapa, ia merasa semua mata tertuju padanya.“Selamat pagi, Nona Alya,” sapa seorang resepsionis. “Tuan Adrian sudah menunggu Anda di ruangannya.”Alya mengangguk, membalas senyum tipis, lalu melangkah menuju lift. Di dalam lift, ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.Setibanya di lantai kantor Adrian
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

15. Pesan Misterius

Alya memandangi layar ponselnya dengan tatapan kosong, sementara pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang semakin membingungkan. Pesan singkat itu terasa seperti sebuah peringatan yang datang dari tempat gelap yang tidak ia pahami. "Kebenaran ada di kontrak itu. Jika kau ingin tahu siapa Adrian sebenarnya, jangan percaya kata-katanya." Kata-kata itu terus berulang di pikirannya, seperti gema yang tak kunjung berhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat, dan ia bisa merasakan aliran adrenalin membanjiri tubuhnya. Ada sesuatu yang sangat salah, dan pesan ini hanya mempertegas perasaan itu. Namun, siapa yang mengirimnya? Dan mengapa mereka begitu yakin bahwa Adrian sedang menyembunyikan sesuatu darinya? Dengan tangan gemetar, Alya membuka pesan itu sekali lagi, memastikan bahwa ia tidak salah membaca. Nomor pengirimnya tidak dikenal, hanya deretan angka yang asing dan tak terlacak. Ia mencoba menelepon nomor itu, tetapi tidak ada jawaban. Panggilannya langsung masuk ke pesan sua
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

16. Dalam Bayang-Bayang Kepalsuan

Mobil melaju di tengah malam yang senyap, hanya diiringi suara hujan yang mengguyur keras. Di dalamnya, Alya dan Adrian duduk dalam keheningan yang begitu tegang, seolah-olah setiap tetes hujan menjadi saksi bisu dari ketegangan di antara mereka. Alya memandang jalan yang gelap melalui kaca jendela, pikirannya penuh dengan pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.Tas di pangkuannya terasa lebih berat dari biasanya, bukan karena fisiknya, tetapi karena amplop cokelat yang tersimpan di dalamnya. Di dalam amplop itu, mungkin terdapat kunci dari semua misteri yang menyelimuti Adrian dan hubungan mereka. Tapi Alya belum memiliki keberanian untuk membukanya, terlebih di depan Adrian.Adrian, di sisi lain, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wajahnya yang biasanya dingin kini terlihat lebih tegang. Tangan-tangannya menggenggam erat setir, dan tatapannya lurus ke depan, seolah menghindari kontak mata dengan Alya.Setelah beberapa menit yang terasa seperti selamanya, Adrian akhirn
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

17. Rahasia di Balik Cermin

Alya duduk di dalam ruangan yang dingin dan minim pencahayaan, hanya diterangi oleh lampu gantung kecil yang menggantung di langit-langit. Amplop cokelat yang selama ini ia simpan erat kini tergeletak di atas meja di depannya, terbuka lebar. Isi dari amplop itu membuat tubuhnya membeku, seolah darahnya berhenti mengalir. Di dalamnya terdapat sejumlah dokumen yang berisi rincian transaksi bisnis Adrian, foto-foto dengan beberapa orang yang tak dikenal, dan, yang paling menghancurkan, sepucuk surat yang jelas ditulis dengan tangan Adrian sendiri. Surat itu mengindikasikan adanya sebuah kesepakatan gelap yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Alya menatap surat itu dengan tangan gemetar. Tulisan Adrian yang rapi itu seolah berbicara langsung kepadanya. Namun, setiap kalimat yang ia baca hanya membuat hatinya semakin berat. "Kesepakatan ini adalah satu-satunya cara untuk menjaga mereka tetap diam." "Aku tahu ini akan membahayakan Alya, tetapi aku tidak punya pilihan." Mata Alya mul
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

18. Titik Balik dalam Kegelapan

Adrian berlari sekuat tenaga melewati lorong gelap gedung tua itu. Suara hujan deras di luar bercampur dengan suara langkah kakinya yang memantul di lantai beton, menciptakan gema yang menyeramkan. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat, seolah-olah udara dingin di sekitar mencengkeram tubuhnya, membuat napasnya terengah-engah.Ia tidak punya waktu untuk berhenti atau ragu. Informasi yang ia dapatkan beberapa jam sebelumnya cukup untuk membuatnya panik. Alya berada dalam bahaya, dan ia tahu bahwa ini bukan sekadar ancaman biasa. Ini adalah hasil dari semua kesalahan masa lalunya, rahasia yang telah ia sembunyikan begitu rapat mulai terungkap, menyeret Alya ke dalam pusaran kekacauan.Tangannya menggenggam erat senter kecil yang ia bawa. Cahaya kuning redupnya berusaha menembus kegelapan, tetapi hanya mampu menyinari beberapa langkah ke depan. Lorong itu panjang dan sempit, dengan dinding-dinding yang dipenuhi coretan graffiti dan poster-poster lusuh yang sebagian besar suda
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

19. Jejak Api yang Tersisa

Alya melangkah pelan di dalam ruangan yang sepi itu. Suara gemuruh hujan di luar jendela yang retak memberikan suasana yang semakin mencekam. Ruangan itu dingin, aroma debu bercampur dengan bau kayu lapuk menyeruak. Ia memegang amplop cokelat di tangannya, tetapi langkahnya terasa berat. Seolah setiap langkah membawa beban yang tak kasat mata.Perasaan ganjil menyelimuti Alya sejak ia menemukan tempat ini. Sebuah gudang tua di pinggiran kota yang seolah telah lama ditinggalkan. Namun, sesuatu tentang tempat ini terasa salah. Seolah-olah ruangan ini pernah menjadi saksi bisu dari banyak hal yang seharusnya tidak pernah terjadi.Ia berhenti di tengah ruangan, menatap meja kayu besar yang berada di sudut. Di atasnya terdapat tumpukan dokumen, peta, dan foto-foto yang berserakan. Alya tidak tahu harus mulai dari mana. Namun, rasa ingin tahunya lebih kuat daripada rasa takutnya. Ia membuka amplop cokelat itu dan mengeluarkan isinya—selembar surat dengan tulisan tangan Adrian, beberapa lemb
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

20. Bayang-Bayang di Antara kita

Hujan turun dengan deras malam itu, menciptakan tirai air yang hampir menghalangi pandangan ke luar. Alya berjalan dengan langkah tergesa, menghindari genangan air yang semakin meluas di sepanjang trotoar. Udara dingin menusuk kulitnya, tetapi pikirannya terlalu penuh untuk memedulikan rasa tidak nyaman itu. Amplop cokelat di dalam tasnya seperti beban tak kasatmata yang menarik setiap langkahnya lebih berat.Setiap suara di sekitar, dari deru mobil yang melintas hingga bunyi payung orang-orang di jalan, terasa seperti ancaman. Ia merasa diikuti, meskipun ketika ia menoleh, yang terlihat hanyalah bayangan-bayangan orang berlalu-lalang.Alya memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kedai kopi kecil di sudut jalan. Tempat itu tampak kosong, hanya diisi beberapa pelanggan yang sibuk dengan minuman panas mereka. Ia memilih meja di sudut ruangan, menghadap ke luar jendela. Pandangannya terpaku pada hujan yang terus mengguyur, tetapi pikirannya jauh dari situ.Ia membuka tasnya perlahan,
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status