Home / Thriller / Kekasih Di Balik Kabut / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kekasih Di Balik Kabut: Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

Bab 41 - penjaga

41Seorang pria berpakaian ala Tionghoa tempo dulu, berlari sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terluka. Meskipun hanya tergores, tetapi tetap tidak nyaman baginya. Pria berambut pendek tersebut sontak berhenti, kala melihat seseorang tengah berlari dari samping kanan. Pria itu tertegun, saat perempuan berambut panjang tersebut memegangi lengannya, lalu menariknya. "Terus lari! Kita hampir sampai!" seru Divia sembari terus menarik Martin yang mengikutinya sambil meringis. "Teh, perutku luka. Sakit banget," tukas Martin. Divia berhenti lari, lalu memindai sekitar. "Freya, Pak Mul, kalian di mana?" tanyanya. "Ksmi di seberang sungai, Vi," jawab Mulyadi. "Aku nggak bisa nembus ke tempat Teteh. Pekat sekali," imbuh Freya yang berdiri bersama Mulyadi di balik rerimbunan pohon berukuran sedang, di tepi kanan sungai. "Martin terluka, aku nggak kuat nyeretnya," jelas Divia. "Terus maju, Vi. Bapak usahakan nyeberang," papar Mulyadi sembari jalan. Dia menembakkan tenaga dalam un
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 42

42Kelebatan bayangan muncul dari dinding kanan ruang perawatan. Yuanna dan yang lainnya, sama sekali tidak menyadari ketiga sosok yang tengah mendekati ranjang. Setelah membantu Martin memasuki raganya, Lathan menghilang untuk kembali ke tempat pertempuran. Badan Divia yang berguncang, mengejutkan Yuanna dan Irshava. Kedua perempuan tersebut bergegas menyangga Divia yang nyaris jatuh. Belum hilang rasa kagetnya, Yuanna mendengar erangan dari belakang. Dia menoleh dan spontan terkejut saat menyaksikan tangan Martin bergerak-gerak. Yuanna melepaskan Divia dan berdiri. Dia mendatangi sang tunangan yang tengah meringis kesakitan. Noda merah di baju Martin mengejutkan Yuanna, yang spontan menyingkap baju untuk mengecek badan kekasihnya. "Ya, ampun!" seru Yuanna kala menyaksikan luka panjang di perut Martin. "Ada apa?" tanya Irshava yang tengah membantu Divia minum dari botol kecil. "Perut Koko terluka," jawab Yuanna. "Panggil perawat." "Jangan," sela Divia sambil membuka matanya.
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 43

43Secarik senyuman terbit di wajah Yuanna, ketika pagi itu Martin membuka matanya lebih lebar dibandingkan dengan dua hari silam. Saat Martin akhirnya siuman. Gadis yang mengikat rambutnya bentuk ekor kuda, meneruskan mengelap tangan dan leher serta dada Martin dengan handuk kecil yang basah. Martin memerhatikan kekasihnya, dan sangat ingin bisa berbincang dengan Yuanna. Namun, tenggorokannya masih sakit hingga sulit untuk mengeluarkan suara. Kala Yuanna mengusap jemarinya, Martin menahan tangan sang gadis. Keduanya saling menatap, sebelum Martin menggerak-gerakkan telunjuknya di telapak tangan kiri Yuanna. Perempuan berkulit putih tersebut, berusaha keras untuk menyatukan huruf demi huruf yang ditulis Martin dengan pelan. Kemudian Yuanna meletakkan handuk ke baskom kecil di lantai, lalu dia bangkit dan merunduk untuk memeluk kekasihnya. "Cepat pulih, Ko," bisik Yuanna, kemudian dia mendaratkan kecupan di dahi dan kedua pipi Martin. Pria berhidung bangir hanya bisa mengedipkan
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 44

44Matahari baru naik sepenggalah, ketika sekelompok orang turun dari dua mobil MPV hitam. Mereka memegangi fotokopi peta sederhana yang dibuat Donghai, berdasarkan peta asli di buku sejarah, yang ditemukannya di perpustakaan Kota Guandong. Mereka berbincang sesaat, sebelum memecah menjadi dua kelompok. Donghai, Yìchèn, To Mu, Harun dan Aditya menyisiri tepi kiri. Sedangkan sisanya mengecek area kanan sepanjang jalur sungai kecil yang dangkal. Setiap bertemu pohon besar ataupun tumpukan batu, orang-orang tersebut akan berhenti untuk memeriksa sekitar. Wirya dan Zulfi mengecek semua tempat itu dengan menyalurkan tenaga dalam masing-masing. Begitu pula dengan Jauhari, Yusuf, Aditya dan Harun. "W, di sini, tebal banget. Aku nggak bisa nembus," tutur Zulfi sembari memegangi batu besar berbentuk hampir bundar. Wirya menyambangi tempat itu dan meraba tepi batu. "Kita coba sama-sama," ajaknya, sebelum memasang kuda-kuda silat. Kedua pria tersebut menembakkan tenaga dalam secara bersama
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 45

45Yìchèn mengamati sekeliling sungai dangkal, sambil mengucapkan kalimat perpisahan. Meskipun tidak bisa menemukan tempat tinggal keluarganya, tetapi Yìchèn meyakini bila sungai itulah yang pernah dilaluinya dulu, saat kabur dari kejaran kelompok makhluk astral penunggu hutan keramat. Yìchèn dan kelompoknya telah menyusuri sungai itu sepanjang hari kemarin. Mereka tiba di ujung sungai yang ternyata mengalir ke bawah goa. Wirya dan beberapa anggota kelompok itu sempat menyusuri tepi kiri goa, yang menuju hutan lebat. Mereka tidak berani memasuki tempat itu, karena menduga jika hutan tersebut adalah hutan keramat yang diceritakan Yìchèn. Pria berambut sebahu kembali memindai sekitar. Kemudian Yìchèn menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya sekali waktu. Dia menyadari, akan sulit menemukan jejak peninggalan keluarganya. Sebab itu, Yìchèn hanya bisa berdoa dirinya akan bisa kembali ke Guandong di masa depan, untuk kembali menyelidiki silsilah keluarganya. Yìchèn jalan mundur, l
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 46

46Detik terjalin menjadi menit. Waktu terus berputar hingga merotasi hari dan berganti menjadi minggu. Siang itu, Hendri dan kelompoknya berpamitan pada keluarga Ragnala. Mereka hendak bertolak menuju Jakarta, dengan pengawalan ketat tim PBK. Alvaro, Wirya, Zulfi, Qianfan, Dante, dan Hasbi telah pulang beberapa hari lalu. Mereka hendak menyiapkan rumah sakit dan mengurus surat-surat perpindahan Martin ke Indonesia. Razman dan istrinya memeluk putra mereka yang berada di kursi roda. Demikian pula dengan Ginania dan sanak saudara, yang turut melepas kepergian Martin. Setelahnya, Nirwan mendorong kursi roda memasuki ruangan khusus untuk penumpang pesawat pribadi. Sultan sengaja mengirimkan pesawatnya, supaya perjalanan itu lebih nyaman buat Martin. Sekaligus melindungi Yìchèn dari pertanyaan pihak imigrasi. Razman, Sultan dan Frederick telah bekerjasama agar tidak ada masalah saat kelompok itu tiba di Indonesia. Terutama karena status Yìchèn yang izinnya adalah turis. Ketiga pengu
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 47

47Jalinan waktu terus bergulir. Kondisi Martin kian membaik dan dia mulai beraktivitas ringan, untuk melatih badannya supaya terus bergerak. Yuanna akan datang tiap Jumat sore bersama kedua orang tuanya, Fenita dan Moammar serta putranya. Mereka menginap di kediaman Hendri selama tiga hari, sebelum kembali ke Bandung. Selain keluarga Danantya, tim kantor HWZ juga bergantian datang untuk menjenguk Martin. Zein dan rekan-rekannya sengaja melakukan itu, sebagai bentuk dukungan mereka pada calon suami Yuanna tersebut. Seperti Jumat sore itu, tiga unit mobil MPV berhenti di depan rumah Hendri. Semua penumpang turun sambil membawa tas masing-masing. Arsyad dan Zainab memasuki rumah sambil mengucapkan salam. Keduanya terkejut kala melihat Harsaya dan Murti telah berada di sana terlebih dahulu. Kedua orang tua Hendri bertambah kaget, karena Sultan, Winarti, Frederick, Tarissa, Qianfan, Nancy, Gustavo dan Ira, juga berada di sana. Seusai bersalaman, para laki-laki tua membentuk kelompok
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 48

48Yìchèn terkesiap, sesaat setelah mendengar penuturan Martin tentang peristiwa dini hari tadi. Yichen membuka kamus khusus, lalu mencari-cari sesuatu. Pria berambut sebahu tersebut menunjukkan gambar di bukunya pada Martin, yang langsung mengamati benda itu dengan antusias. Selain Martin, Hendri, Nirwan dan Wirya, turut melihat gambar itu. Kemudian Martin menunjukkan gambar kereta kuda pada Qianfan dan para orang tua di kursi seberang. "Aku nggak tahu, apa jenis keretanya sama. Tapi, bagian dalamnya memang mirip," tutur Martin. "Bahkan, kursi dan tirainya juga berlapis kain merah. Persis dengan gambar itu," lanjutnya. "Ini kereta kuda yang biasanya digunakan calon pengantin," timpal Qianfan. "Ya, betul, Paman," jawab Yìchèn. "Koko Mùchèn dan aku pernah memerhatikan kereta yang tengah dihias pegawai. Bentuknya juga seperti ini," sambungnya. Qianfan mengerutkan keningnya. "Mar, sempat nggak, kamu merhatiin pakaian yang dikenakan?" tanyanya. "Ehm, kayak baju bangsawan biasa, Pam
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 49

49Suasana hening menyelimuti area belakang kantor proyek KARZD. Hanya bunyi binatang malam yang terdengar, selebihnya sunyi. Seorang perempuan muncul di dalam gudang kecil. Dia mengibaskan bagian bawah gaun salem yang mengeluarkan beberapa serpihan dedaunan kering. Perempuan berkepang satu jalan keluar menembus pintu. Dia terus melangkah lurus hingga tiba di bukit kecil. Dia memerhatikan sekeliling, lalu meneruskan langkah ke kiri. Bangunan-bangunan bermunculan seiring langkah perempuan bermata sipit tersebut. Beberapa orang juga turut hadir dalam pergantian alam itu. Perempuan berkulit putih, melanjutkan perjalanan, hingga sampai di tempat tujuan. Dia membunyikan lonceng kecil di dinding, lalu membuka pintu dan memasuki toko dengan aroma dupa yang menyengat. Perempuan itu berbicara singkat dengan pelayan toko, lali dia berbelok ke kanan untuk menuju lorong panjang. Pada deretan kiri, terdapat beberapa pintu yang dalam kondisi terbuka. Tanpa menghiraukan tatapan orang-orang di
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 50

50Jalinan waktu terus berjalan. Tibalah saat yang dinantikan oleh Martin, yakni kedatangan keluarga besarnya dari berbagai wilayah di Malaysia. Martin menjemput langsung rombongan itu ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dengan ditemani Nirwan, Qianfan dan Wirya. Seusai bersalaman dan berbincang sesaat, seluruh anggota rombongan diajak untuk menaiki bus pariwisata sewaan, yang akan mengantarkan mereka langsung ke Bandung. Razman terkejut, ketika beberapa mobil Jeep Mercedes-Benz menyalip dari belakang. Dia akhirnya paham bila itu adalah kendaraan milik Tio, Dante, Alvaro, Yanuar, Samudra dan Marley, yang dikerahkan untuk mengawal bus itu. Setibanya di rest area, Wirya dan Qianfan turun. Selanjutnya, empat pengawal muda menaiki bus untuk mendampingi rombongan keluarga besar Ragnala. Wirya menaiki bus kedua yang berada di belakang bus yang ditempati keluarga Martin. Sedangkan Qianfan memasuki bus ketiga. Empat bus serupa jenis dan warna, meneruskan perjalanan. Nirwan menerang
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status