All Chapters of Perjalanan Waktu Sang Raja Properti: Chapter 21 - Chapter 30

41 Chapters

Cakra Ditangkap Polisi!

Cakra tidak lagi peduli. Dengan satu gerakan kuat, ia mendorong Bimo menggunakan pundaknya hingga pria itu terhuyung ke belakang. Tanpa membuang waktu, ia berbalik dan melangkah cepat menuruni tangga, mengabaikan suara Bimo yang berteriak panik. "Keamanan! Seseorang menculik calon istriku!" seru Bimo dengan nada penuh amarah. Cakra mendengus tajam. Calon istri? Omong kosong! "Anne itu istriku, sialan!" umpatnya tanpa menoleh, langkahnya semakin cepat. Begitu sampai di lantai bawah, matanya langsung menangkap sosok Franz yang sedang asyik merokok di dekat pintu keluar. Tanpa memperlambat langkah, Cakra berseru, "Ayo, Franz!" Pria paruh baya itu menoleh, kaget melihat Cakra menggendong Anne yang masih sesak napas. Namun, tanpa bertanya lebih lanjut, Franz langsung membuang rokoknya dan mengikuti Cakra ke luar. Cakra melompat masuk ke dalam Wagon, sementara Franz segera mengambil posisi di kursi kemudi. Dengan cekatan, ia menyalakan mesin, lalu menekan pedal gas. Namun, sebelum m
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Hari Ulang Tahun Anne

"Kau terlihat... berantakan," ejek Franz begitu ia memasuki ruang besuk. Cakra mendongak, menatap pria itu dengan sorot mata yang masih menyala meski tubuhnya lelah. Dua hari di dalam penjara telah mengubahnya—tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental. Seluruh tubuhnya terasa nyeri, bahunya sakit luar biasa, mungkin terkilir. Wajah tampannya kini tampak lusuh dengan beberapa luka ringan akibat perlakuan kasar para petugas. Mereka memaksanya mengaku bahwa dia yang merusak meja dan kursi di restoran milik Bratz. Namun, meski ditekan, dihina, dan diperlakukan tidak adil, Cakra tetap diam. Ia tak akan memberi mereka kepuasan. "Terima kasih," jawabnya, suaranya serak namun penuh sindiran. Ia menyandarkan tubuhnya ke bangku panjang, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya. "Bagaimana Anne?" Franz menghela napas, menarik kursi di depannya, lalu duduk dengan santai. “Dia baik-baik saja,” jawabnya akhirnya. “Setidaknya, lebih baik daripada kau sekarang.” Ca
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Hadiah Untuk Anne

“Terima kasih, Tuan Benjamins. Saya pasti akan membalas semua kebaikan Anda,” ujar Cakra dengan penuh hormat. Matanya menatap pria di depannya dengan rasa terima kasih yang tulus. Tanpa bantuan Benjamins, ia mungkin masih terkurung di dalam sel, tak berdaya menyelamatkan Anne. Benjamins menyandarkan satu tangan di kemudi, menatap Cakra sekilas sebelum tersenyum tipis. “Tentu saja! Aku anggap ini utang.” Tanpa menunggu jawaban, ia langsung melajukan mobilnya, meninggalkan halaman rumah Pieter Van der Meer. Ia tidak ingin berlama-lama. Terutama jika sampai adiknya tahu bahwa ia ikut campur dalam masalah keluarga mereka. Namun, di dalam hatinya, Benjamins sudah mengambil keputusan. Melihat bagaimana Cakra mati-matian berjuang untuk Anne, dan bagaimana Bimo menunjukkan wataknya yang licik, ia semakin yakin—Bimo bukan pria yang pantas untuk keponakannya. Dan yang lebih penting, Cakra benar. Anne tidak seharusnya menanggung akibat dari kesalahan yang tidak pernah ia lakukan. Rasan
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Uang Kompensasi

Bimo mendengus, menghentakkan tongkatnya ke lantai sekali lagi. “Tuan Van der Meer, kau tidak bisa menarik kata-katamu begitu saja! Aku telah menunggu terlalu lama untuk pertunangan ini! Aku telah membuktikan bahwa aku pantas! Kau sudah berjanji, dan sekarang kau ingin mengingkarinya?”Pieter Van der Meer menarik napas panjang. Ia menekan pelipisnya yang mulai berdenyut, merasa terjebak di antara tekanan Bimo, rengekan istrinya, dan air mata putrinya.“Bimo, aku—” Pieter mencoba berbicara, tetapi Bimo meninggalkan Pieter begitu saja. "Pa, apa kau tidak menyayangi putrimu?" Cakra menatap Pieter dengan sorot mata penuh harap. "Kita bisa mencari cara lain agar keluarga Benjamins mau menerima kalian kembali. Tidak harus seperti ini."Ia mencoba meredakan emosi mertuanya, berusaha menawarkan solusi tanpa mengorbankan kebahagiaan Anne. Cakra mengerti betapa pentingnya status bagi Pieter, tetapi apa gunanya jika itu berarti mengorbankan perasaan putrinya sendiri?Namun, bukannya mereda, ama
last updateLast Updated : 2025-02-16
Read more

Proyek Baru

Semalaman, Cakra duduk di kursi goyang, menatap punggung Anne yang terlelap di ranjang. Pikirannya terus melayang pada ucapan gadis itu tadi."Kita menikah atas dasar kontrak, Cakra. Tidak lebih."Cakra menghela napas panjang. Tangannya menggenggam pegangan kursi, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaannya dengan gelisah."Aku tidak ingat sama sekali soal itu," gumamnya pelan, menggoyangkan kursinya dengan ritme lambat.Saat fajar merekah, Cakra tersentak bangun. Matanya langsung mencari sosok Anne, tetapi ranjang gadis itu sudah tertata rapi. Tidak ada jejak keberadaannya.Saat sarapan pun, Anne tidak tampak. Hanya ada Pieter yang duduk di ujung meja, menatap Cakra dengan sorot mata tajam penuh kebencian. Sebaliknya, Asih tampak lebih ramah setelah kejadian alergi Anne.Cakra menghela napas. Sepertinya Anne sengaja menghindar.Suara Pieter membuyarkan lamunannya."Dengar, aku tidak peduli soal taruhanmu dengan Bimo," kata Pieter dengan nada dingin. "Tidak ada yang berubah. Aku tetap akan
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Berpamitan

“Kau lagi…” Franz mendesah berat begitu melihat Cakra melangkah masuk ke dalam toko jam miliknya. Dengan ekspresi jengah, ia melipat tangan di dada. “Dengar, kalau kau sampai membuat pelanggan-pelangganku pergi lagi, aku tidak akan segan-segan mengusirmu, Cakra.”Cakra hanya terkekeh, sama sekali tak merasa bersalah. “Santai saja, Franz. Kali ini aku tidak terburu-buru.”Tanpa menunggu undangan, Cakra menarik kursi di dekat jendela—tempat favorit Franz menikmati teh sorenya. Ia lalu menyeret kursi lain, menaruh kakinya di atasnya dengan santai, seolah toko itu adalah ruang tamunya sendiri.Franz menggeleng tak percaya. "Sungguh, kau tidak punya tata krama."Cakra mengabaikan komentar itu. Ia mengeluarkan selembar kertas dari sakunya, membaca catatan yang sudah ia buat sebelumnya, lalu mulai menulis sesuatu dengan ekspresi serius.Franz menyipitkan mata, berusaha mengintip apa yang sedang Cakra tulis. Rasa penasaran mulai mengusiknya. Setelah pelanggan terakhirnya pergi, ia mendekat da
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Soerabaja

"Kau ingin ikut?" Cakra terbelalak, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tatapan hitamnya bertemu dengan iris abu-abu Anne yang tampak berbinar penuh harap.Anne duduk di ranjang, menghadapnya. "Kenapa? Apa ada yang salah?" tanyanya, seolah tak mengerti kebingungan suaminya.Cakra menghela napas, mencoba membaca ekspresi istrinya. "Tapi tadi pagi kau bilang...""Benar." Anne mengangguk. "Jadi?"Cakra menggaruk kepalanya, frustrasi. Anne ingin bercerai, tetapi sekarang malah ingin ikut bersamanya ke Soerabaja. Aneh, bukan?Ia duduk di tepi ranjang, matanya tak lepas dari Anne yang begitu bersemangat mengeluarkan pakaian dari dalam lemari. Gadis itu memasukkan barang-barangnya ke dalam koper, sesekali bergumam pelan, mengingat apa saja yang harus dibawa."Nona Anne, aku akan berada di Soerabaja cukup lama," ujar Cakra, mencoba memberi peringatan halus.Alih-alih ragu, mata Anne justru semakin berbinar. "Benarkah?"Cakra menghela napas panjang. Semangat Anne begitu kentara,
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Jongos Nyai Mawar

"Apa tidak ada kamar lain?" tanya Cakra dengan nada nyaris putus asa saat melihat ruangan yang diberikan Nyai Mawar.Kamar itu sempit, terletak di bagian paling belakang kedai makan, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan aroma lembap yang menusuk hidung. Satu-satunya perabotan di sana adalah tikar lusuh dan bantal yang tampak lebih buruk daripada kain pel.Setelah berjam-jam perjalanan di dalam gerbong kereta uap, berdesak-desakan dengan para petani dan pedagang yang membawa hasil kebun mereka ke Soerabaja, Cakra hanya ingin satu hal—mandi air hangat dan berendam. Namun, harapannya pupus seketika begitu melihat ‘kamar’ yang mereka dapatkan.Ia mengumpat dalam hati.Di tahun 2024, saat masih menjadi Zayden, ia selalu mendapatkan fasilitas terbaik. Keringat saja enggan keluar karena hidupnya selalu ditemani pendingin udara.Tapi sekarang?Ia harus berkutat dengan gerbong panas, debu jalanan, dan kini… tidur di lantai beralas tikar butut. Bahkan kursi goyang di kamar Anne di rumah Pie
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Laku Dengan Harga Mahal

Cakra mengepalkan tangan. Napasnya memburu melihat Anne yang terus meronta, wajahnya basah oleh air mata. "Lepaskan dia sekarang juga!" suaranya menggelegar, penuh ancaman. Pria yang mencengkeram Anne hanya terkekeh, seolah menikmati penderitaan gadis itu. "Kau ini siapa? Dia sudah dibayar mahal. Kalau kau ingin dia, bayar lebih tinggi!" Cakra baru saja melangkah maju ketika dua pria bertubuh besar tiba-tiba menghalangi jalannya. Salah satu dari mereka mendorongnya ke belakang dengan kasar. Nyai Mawar menggerakkan kipas lipatnya dengan anggun, tatapannya tetap santai. "Jangan berlebihan, Tuan Muda. Ini hanya bisnis. Kalau kau tidak punya uang, jangan banyak bicara." Anne kembali berteriak, mencoba menarik lengannya dari genggaman pria itu. "Kak Cakra!" Cakra menggeram. Amarah membakar dadanya. Ia tak peduli dengan omong kosong Nyai Mawar atau siapapun di ruangan ini. "Nyai, lepaskan istriku! Kau tidak boleh melakukan ini!" suara Cakra bergetar menahan amarah. Nyai Mawar tetap
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Cambuk 100 Kali

"Hentikan."Semua mata langsung beralih ke pintu masuk kedai.Beberapa pria berseragam masuk dengan langkah tegas, wajah mereka penuh kewibawaan.Nyai Mawar membelalak, kipas di tangannya hampir terjatuh. "M-Meneer?"Dari belakang para opsir, seorang pria bertubuh tinggi dengan kumis tebal melangkah masuk. Sorot matanya tajam, penuh otoritas.Benjamins.Ruangan itu mendadak sunyi.Nyai Mawar menelan ludah, wajahnya sedikit memucat saat pria itu berjalan melewatinya tanpa sepatah kata pun.Dengan dingin, Benjamins mengalihkan pandangannya ke arah Cakra yang masih tergeletak di lantai.Seseorang bergegas menghampiri Cakra dan membantunya berdiri. Franz."Apa kau baik-baik saja?" tanya Franz dengan suara pelan, tatapannya penuh iba.Cakra menyeringai samar meskipun rasa sakit menjalari tubuhnya. "Bagaimana kalian bisa ada di sini?" tanyanya lirih.Franz tidak menjawab, hanya memberi kode agar Cakra diam dan membiarkan Benjamins menyelesaikan masalah ini.Ruangan itu tetap hening.Tatapan
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status