Home / Romansa / Mantanku Kembali / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Mantanku Kembali: Chapter 51 - Chapter 60

67 Chapters

51

POV Livia Aku beranjak dari sofa dan berjalan ke jendela, menatap keluar. Suasana di luar tampak cerah, tetapi hatiku gelap. Aku mengingat kembali saat-saat ketika kami berdua merencanakan masa depan. Semua impian yang kami bangun bersama kini terasa seperti ilusi.  “Bagaimana bisa semuanya berubah secepat ini?” pikirku, merasakan kesedihan yang mendalam. Saat itu, aku berusaha mengingat kembali semua momen indah yang kami lewati. Tawa, pelukan, dan janji-janji yang pernah kami buat. Namun, semua itu terasa samar sekarang, tertutupi oleh bayang-bayang kekecewaan dan rasa sakit.  “Apakah semua itu hanya sebuah kebohongan?” tanyaku pada diriku sendiri. Air mata kembali mengalir saat aku teringat bagaimana Adrian selalu berjanji untuk mencintainya tanpa syarat. Tetapi kini, seolah-olah janji itu sudah terlupakan. Aku merasa seolah-olah Adrian lebih memilih
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

52

POV Livia Setelah beberapa jam berbincang dan tertawa, aku merasa lebih ringan. Maya memberikan dukungan yang aku butuhkan, dan aku berterima kasih padanya.  "Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik," kataku, merasa bersyukur memiliki sahabat sepertinya. "Selalu, Livia. Aku di sini untukmu," jawabnya tulus. Aku melangkah pulang, bertekad untuk menunjukkan pada Adrian bahwa aku bisa menjadi istri yang lebih baik. Kesedihan dan rasa sakit yang sempat menguasai diriku kini mulai pudar, tergantikan oleh harapan dan semangat untuk memperbaiki hubungan kami. Ketika aku sampai di rumah, aku membuka lemari dan mulai mencari resep-resep masakan yang ingin kucoba. Aku ingin memasak sesuatu yang spesial untuk Adrian, sesuatu yang menunjukkan betapa aku mencintainya. Namun, saat aku mulai mencari, salah satu acara di televisi menarik perhatianku. Acara itu adalah program khusus u
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

53

POV Livia  Adrian mengangguk, tetapi aku bisa melihat keraguan di matanya. "Kau terlihat sedikit murung, Livia. Ada yang ingin kau bicarakan?" tanyanya dengan nada khawatir. "Aku tidak apa-apa, sungguh," kataku, berusaha meyakinkan. "Hanya sedikit lelah, mungkin." Namun, meskipun kata-kata itu keluar dari mulutku, aku tahu bahwa Adrian bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dia menghela napas. "Aku baru saja menyelesaikan satu pekerjaan besar dan sedang istirahat di hotel. Aku pikir bisa menghubungimu sebelum kembali bekerja. Tapi… apa kau yakin tidak ada yang salah? Kau bisa bercerita padaku, kamu tahu itu." Hatiku bergetar mendengar ungkapannya. Adrian selalu menjadi pendengar yang baik, dan dia selalu membangkitkan rasa aman di dalam diriku. Namun, saat ini, aku merasa tidak siap untuk berbagi. Rasa sakit yang masih menggerogoti hatiku terasa terlalu berat untuk diungkapkan. Mungkin jika
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

54

POV Livia Setelah semuanya siap, aku duduk di meja dan menunggu. Rasanya aneh, menunggu seseorang yang tidak ada di sampingku, tetapi aku tahu bahwa dia akan segera kembali. Dengan setiap detik yang berlalu, aku merasakan harapan baru tumbuh di dalam diriku. Mungkin, dengan sedikit usaha dan kejujuran, aku bisa membawa kembali kebahagiaan yang hilang. Saat aku menunggu, aku kembali memikirkan percakapan kami sebelumnya. Adrian selalu bisa membuatku merasa tenang, dan aku tahu bahwa jika aku bisa membuka diri padanya, segalanya akan terasa lebih baik. Rasa takut dan keraguan yang selama ini menghalangiku harus kuhadapi.  Ketika ponselku berdering lagi, aku langsung mengambilnya. Itu adalah pesan dari Adrian.  [Aku tidak sabar untuk pulang dan menikmati masakanmu. Semangat ya, sayang!] Senyumku mengembang saat membaca pesannya. Mungkin, dengan sedikit keberanian dan kejujuran, ak
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

55

POV Livia “Livia! Livia! Bangun!”  Suara Adrian menggema lembut di telingaku. Perlahan, aku membuka mata dan melihat wajahnya tersenyum di samping tempat tidur. Keceriaan di wajahnya membuat hatiku berbunga-bunga.  “Adrian!” seruku dengan suara serak.  “Kau sudah pulang?” Rasanya seperti mimpi ketika melihatnya di depan mataku. Dia baru saja kembali dari perjalanan dinas yang terasa seperti selamanya. “Ya, aku pulang lebih awal. Pekerjaanku sudah selesai lebih cepat dari yang diperkirakan,” jawabnya dengan senyum lebar. Dia duduk di tepi tempat tidur, dan aku bisa merasakan kehangatan kehadirannya. Aku merasa senang dan bersyukur. “Aku tidak sabar untuk melihat apa yang kau bawa! Ada oleh-oleh?” tanyaku, mataku berbinar-binar penuh harapan.  Adrian tertawa kecil, lalu
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

56

POV Livia Aku menghela napas, merasa lega bisa mengungkapkan perasaanku. “Aku tertarik untuk bekerja sebagai penjaga toko paruh waktu, dari pagi sampai siang. Aku rasa itu akan memberiku kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dan belajar hal baru,” jawabku dengan semangat. “Penjaga toko? Itu terdengar menarik! Apa yang membuatmu tertarik?” Adrian bertanya, wajahnya kini penuh minat. “Aku menyukai lingkungan yang ramai dan interaksi dengan orang-orang. Selain itu, aku juga ingin belajar lebih banyak tentang manajemen dan penjualan. Rasanya menyenangkan bisa berkontribusi langsung dan melihat hasilnya,” kataku, merasakan semangat dalam suaraku. Adrian mengangguk, tampak mendukung. “Jika itu yang membuatmu bahagia, aku mendukung penuh keputusanmu. Tapi, pastikan kau memilih tempat yang tepat,” katanya, senyum di wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

57

POV Livia Setelah makan malam, kami duduk bersebelahan di sofa, tangan kami saling bergenggaman. “Livia,” Adrian memulai, suaranya lembut dan penuh perhatian. “Apa yang kamu harapkan untuk masa depan kita?” Aku menatap matanya yang dalam, merasakan ketulusan dalam pertanyaannya. “Aku berharap kita bisa saling mendukung dalam setiap langkah, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Aku ingin kita bisa menjalani hidup yang penuh cinta dan kebahagiaan,” jawabku, jujur. Adrian tersenyum, senyum yang selalu mampu membuat hatiku bergetar. “Aku ingin kita menjelajahi banyak tempat bersama, menciptakan kenangan-kenangan indah. Mungkin kita bisa melakukan perjalanan ke pantai atau ke pegunungan suatu hari nanti,” katanya, membayangkan masa depan dengan penuh semangat. “Pantai! Itu terdengar sempurna. Bayangkan, kita berjalan di tepi pantai saat matahari terb
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

58

POV Livia Hari-hari berlalu, dan aku menunggu dengan sabar untuk mendengar kabar dari Toko Buku Harapan. Setiap pagi, aku membuka ponselku, berharap ada pesan atau panggilan dari mereka. Akhirnya, setelah beberapa hari, ponselku berbunyi lagi.  Ketika melihat nomor yang muncul, aku merasa jantungku berdegup kencang. “Halo?” jawabku dengan suara bergetar. “Halo, Livia! Ini Rina dari Toko Buku Harapan. Kami ingin memberitahumu bahwa kami sangat terkesan dengan wawancara kamu dan ingin menawarkanmu posisi penjaga toko paruh waktu. Apakah kamu bersedia?”  “Ya! Tentu saja! Terima kasih!” teriakku, tidak bisa menahan kegembiraan. Setelah menutup telepon, aku melompat kegirangan. “Adrian! Aku mendapat pekerjaan!” teriakku, berlari ke ruang tamu. Dia menatapku dengan mata lebar. “Serius? Itu luar biasa, Livia! A
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

59

POV Livia Adrian ikut tertawa. “Itu lucu! Mungkin dia juga butuh sedikit hiburan selain pengembangan diri,” katanya, menatapku dengan senyum hangat.  “Sepertinya kau sudah menemukan tempat yang tepat,” kata Adrian, menatapku dengan penuh perhatian. “Aku merasa begitu! Ini adalah langkah yang tepat untukku,” kataku, merasakan keyakinan mengalir dalam diriku. “Setiap buku di toko itu bercerita, dan aku ingin menjadi bagian dari cerita-cerita itu. Aku ingin membantu orang menemukan buku yang tepat untuk mereka.” Adrian mengangguk, tampak mengerti betapa pentingnya hal ini bagiku. “Itu luar biasa, Livia. Kau memang selalu punya passion untuk buku dan literatur. Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk mengejar impianmu.” Saat kami sampai di rumah, aku merasakan kehangatan yang menyelimuti. Hari pertama di toko buku telah membe
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

60

POV Adrian   “Bagus sekali. Selain itu, penting untuk memantau ovulasi. Menggunakan aplikasi atau kalender untuk mencatat siklus menstruasi dapat membantu kalian mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mencoba hamil.”   “Itu ide yang bagus. Kami akan mengatur itu,” jawab Livia   “Setelah semua ini, kita akan menjadwalkan pertemuan rutin untuk memantau kesehatan Livia dan perkembangan program hamil. Ingat, komunikasi yang baik di antara kalian berdua sangat penting.”    “Kami berkomitmen untuk saling mendukung. Terima kasih, Dokter, atas semua informasinya,” kata ku.   “Sama-sama. Saya senang bisa membantu kalian. Ingatlah, perjalanan ini memerlukan waktu, jadi bersabarlah dan nikmati setiap langkahnya.”  Aku merasakan beban di pundakku sedikit menghilang. Aku tahu b
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status