Home / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Terjerat Obsesi CEO Arogan: Chapter 101 - Chapter 110

116 Chapters

Keraguan Elena

Malam telah larut, namun lampu di ruang tengah masih menyala dengan temaram. Karl duduk di atas sofa, bahunya sedikit merosot ke belakang, kepalanya bersandar pada sandaran kursi dengan mata yang menatap kosong ke arah langit-langit.Entah sudah berapa lama ia duduk di sana, membiarkan pikirannya tenggelam dalam lautan pemikiran yang tak berkesudahan.Langkah kaki yang ringan dan teratur terdengar mendekat. Karl menoleh pelan saat sosok perempuan yang begitu dikenalnya berhenti di hadapannya.“Kau sudah pulang, Karl?” suara lembut Elena memecah kesunyian, matanya menatap penuh kehangatan meski sedikit mengantuk.Karl tersenyum tipis, menyambut kehadiran perempuan itu dengan tatapan lembut. “Aku mengganggu tidurmu?” tanyanya, suaranya rendah namun hangat.Elena menggeleng pelan. Rambut panjangnya yang sedikit berantakan karena tidur masih tergerai di bahunya. “Tidak. Aku haus dan hendak mengambil minum lalu melihatmu sedang duduk di sini.”Karl kembali tersenyum, kali ini lebih halus,
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Pernyataan Mengejutkan Karl

"Kenapa kau masih mempertanyakan perasaanku untukmu, Elena? Apa kau seragu itu padaku?" tanyanya dengan suara yang lebih pelan dari biasanya, nyaris seperti bisikan yang tenggelam dalam derasnya hujan di luar sana.Elena menatapnya tanpa gentar, meskipun dadanya sesak oleh emosi yang selama ini ia pendam.Ia telah berulang kali bertanya pada dirinya sendiri—apa benar Karl mencintainya? Ataukah ia hanya sebatas keinginan yang tak pernah terungkap dalam kata-kata?"Apa selama ini kau pernah menyatakan cinta padaku? Tidak pernah, Karl," jawabnya, suaranya getir namun tetap tegas."Kau hanya memintaku tetap di sampingmu, memintaku agar menuruti semua perintahmu, menjadi tawananmu."Kata-kata itu akhirnya meluncur dari bibirnya, setelah sekian lama ia hanya menyimpannya dalam hati. Elena menarik napas dalam-dalam, seolah mencoba menenangkan gejolak di dadanya.Karl terdiam. Angin malam yang menyusup dari celah jendela yang sedikit terbuka seakan ikut menyelimuti kesunyian yang tiba-tiba h
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Janji Karl untuk Elena

Pernyataan mengejutkan itu membuat Elena terdiam. Seakan waktu berhenti berputar, bibirnya membeku tanpa mampu mengeluarkan sepatah kata pun.Matanya menatap Karl dengan sorot tak percaya, mencoba mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan pria itu.“Kau … benar-benar membuatku terkejut, Karl,” suaranya bergetar, hampir seperti bisikan. “Aku tidak menyangka jika selama ini kau juga mencintaiku, bahkan sejak lama.”Ada ketidakpastian dalam nada suaranya, seolah perasaannya sendiri tengah bergolak antara keterkejutan dan kesedihan yang mendalam. Betapa bodohnya ia, tidak menyadari apa yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini.“Andai saja aku tahu itu lebih awal, pernikahanku dengan Gio mungkin tidak akan pernah terjadi.” Ucapannya sarat dengan penyesalan. Ada luka lama yang mendesak keluar dari balik suaranya.Karl tidak langsung menjawab. Ia hanya menggenggam tangan Elena, jemarinya yang hangat mencoba mengirimkan ketenangan melalui sentuhan itu. Mata hitamnya menatap lekat,
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Kau Sudah Mendapatkannya

Usia kandungan Elena telah memasuki dua bulan. Meski rasa bahagia mengaliri hatinya, kehamilan ini juga membawa tantangan tersendiri.Morning sickness kerap kali menyergapnya setiap pagi, membuat perutnya terasa mual hanya karena mencium aroma tertentu.Namun, Karl selalu sigap berada di sisinya, memastikan bahwa ia mendapatkan makanan yang tidak membuatnya ingin muntah.Tak hanya itu, pria itu bahkan rela bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan yang lembut di perut serta segelas susu hangat yang penuh nutrisi untuknya.Pagi ini, Elena menghampiri Karl yang tengah berdiri di depan cermin, mengenakan jam tangan di pergelangan kirinya.Sorot matanya teduh, namun tetap memancarkan ketegasan yang menjadi ciri khasnya."Karl, bisakah kau temani aku ke rumah sakit hari ini?" tanyanya dengan suara lembut.Karl menoleh, bibirnya sedikit melengkung membentuk senyum kecil. "Tentu saja. Aku baru saja hendak mengingatkanmu bahwa hari ini jadwal cek kandungan."Elena mengulas senyum. Hatinya me
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Aku tidak Takut!

Gio melangkah cepat menuju ruang kerja Elena. Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup rapat, dan kedua tangannya terkepal.Napasnya memburu, seolah ada bara api yang siap meledak dalam dadanya. Tanpa ragu, ia menghempaskan daun pintu dengan kasar.Brak!Pintu terbuka lebar, menghantam dinding dengan keras, menggemakan suara yang memenuhi ruangan.Elena tersentak, matanya membulat dalam keterkejutan. Jemarinya yang tengah merapikan file-file di atas meja seketika berhenti, menggantung di udara.Sejenak, ia menarik napas panjang, mencoba mengendalikan debaran dadanya yang mendadak berpacu.Tatapan mereka bertemu. Mata Gio membara, penuh kemarahan dan tuntutan. Sementara Elena, meskipun terkejut, tetap berusaha mempertahankan ketenangannya.“Ada apa lagi kau kemari, Gio?” Suaranya terdengar datar, namun jelas mengandung ketidaksenangan.Gio melangkah mendekat, napasnya memburu. Dalam sekali tarikan napas, ia menghunuskan pertanyaannya seperti belati tajam yang menusuk tanpa ampun.“Jawab d
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Mengadukan Kehamilan Elena pada Ericka

"Berani-beraninya kau mengatakan itu padaku!"Gio kembali mengangkat tangannya, hendak memukul Elena kembali.Elena memejamkan mata, bersiap menerima tamparan yang kemungkinan besar akan membekas di pipinya.Tapi hantaman itu tak pernah datang. Sebuah genggaman kuat menahan pergelangan tangan Gio di udara.Karl.Tatapan pria itu tajam, penuh kebencian. Dengan gerakan cepat dan kasar, dia memuntir tangan Gio ke belakang hingga terdengar bunyi gemeretak dari sendi pria itu."AARGH!!" Gio menjerit kesakitan, tapi Karl tak peduli.Dengan kekuatan penuh, Karl menyeret tubuh Gio keluar dari ruangan itu, membuat Elena terperangah dengan mata membola.Tangannya gemetar, bukan karena takut, melainkan karena melihat bagaimana Karl—yang biasanya lebih tenang—kini diliputi amarah yang siap meledak."Masih berani kau datang kemari, hah?!" Karl meludahkan kata-katanya dengan nada penuh amarah.Tanpa menunggu jawaban, tinjunya melayang.BUGH! BUGH!Rahang Gio terhuyung ke samping, darah mulai mengal
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Akan Membuat Mereka Berpisah

Mata Ericka langsung membola. Ia bahkan sempat berpikir bahwa dirinya salah dengar."Apa? Elena … hamil?" suaranya meninggi, penuh keterkejutan dan kemarahan yang bercampur menjadi satu."Hamil anak siapa? Jangan bilang selama masih menjadi istri Gio, dia bermain gila dengan Karl?"Jesika tersenyum tipis, lalu menggeleng pelan. "Tidak," ucapnya dengan nada meyakinkan, meski itu adalah kebohongan yang sudah ia rancang dengan sempurna."Elena sedang mengandung bayi Gio. Tapi, dia meminta pertanggungjawaban pada Karl. Sebab dia tahu, perusahaan Gio sedang di ambang kehancuran."Wajah Ericka memerah, matanya menyala penuh amarah. Tangannya mengepal begitu keras hingga buku-buku jarinya memutih."Kurang ajar!" umpatnya, napasnya memburu. "Berani-beraninya wanita gila itu meminta Karl bertanggung jawab padahal bayi itu bukan miliknya!"Jesika berpura-pura menghela napas panjang, lalu menatap Ericka dengan sorot mata menusuk, seakan-akan ia adalah teman yang memahami penderitaan Ericka."Mak
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Empat lawan Satu

Ericka melangkah lebih dekat, matanya menyipit tajam saat menatap Alma. Ia tidak suka menunggu, apalagi jika itu menyangkut masa depannya bersama Karl."Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan setelah ini, kan? Aku dan Karl akan tetap menikah, kan?" suaranya dipenuhi tuntutan, seolah ia tidak akan menerima jawaban selain "ya."Alma tetap diam. Tatapannya menusuk ke arah Ericka, seakan menimbang sesuatu di dalam kepalanya. Ia paham ambisi Ericka terhadap Karl, tapi baginya, ada hal yang lebih penting saat ini.Melihat Alma tidak segera menjawab, Ericka menggertakkan giginya, mulai kehilangan kesabaran. "Bibi. Kenapa kau diam saja? Kau akan menikahkan aku dengan Karl, kan?" tanyanya lagi, kali ini lebih menekan.Alma akhirnya menghela napas panjang, lalu menatap Ericka dengan ekspresi datar namun penuh arti."Tentu saja," katanya akhirnya. "Tapi, untuk saat ini fokusku adalah memisahkan wanita sialan itu dari Karl. Aku tidak rela memiliki menantu
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Berita Skandal Elena dan Karl

‘Breaking News!’‘Pengusaha besar, kaya raya, dan sangat terkenal rupanya menyimpan skandal yang selama ini tidak pernah terendus oleh media. Karl Alexander Smith—pria tampan dengan sejuta pesona itu rupanya memiliki skandal dengan istri orang!’Kalimat itu berulang kali terpampang di berbagai layar berita, menggaung di internet, dan menjadi tajuk utama yang menggemparkan dunia bisnis.Di dalam ruangannya yang luas dan megah, Karl duduk di kursinya dengan wajah yang nyaris tanpa ekspresi.Tangannya yang menggenggam ponsel sedikit mengetuk permukaan meja kayu mahoni di hadapannya, menciptakan irama pelan yang berulang.Di hadapannya, Vincent berdiri tegap, menyampaikan informasi dengan nada penuh kehati-hatian."Berita itu sudah tersebar sekitar dua jam yang lalu, Tuan."Karl mengangkat wajahnya, menatap Vincent dengan sorot mata kelam yang sulit diartikan. Tatapan itu tajam, tetapi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kepanikan atau keterkejutan."Media mana saja yang sudah menye
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Menyiksanya Secara Perlahan

Karl memasuki apartemen tanpa tergesa-gesa. Langkahnya mantap, namun ada ketegangan samar di wajahnya.Vincent telah mengatur segalanya dengan cermat sehingga ia bisa lolos dari kejaran wartawan yang masih berkerumun di depan kantor The Blue Company.Di dalam, Elena sudah menunggunya. Matanya berbinar lega begitu melihat pria itu berdiri di hadapannya tanpa luka atau gangguan berarti. Tapi ada kegelisahan yang mengintai di balik tatapannya."Siapa yang sudah menyebarkan berita itu, Karl?" tanyanya langsung, suaranya terdengar menahan cemas.Karl melepaskan jasnya dengan santai, lalu melemparkannya ke sofa sebelum melonggarkan dasinya. Tatapannya kelam, tapi ada kilatan analitis dalam sorot matanya."Pasti Gio," jawabnya tenang, seolah jawaban itu sudah mutlak."Keluargaku tidak mungkin membuat namaku buruk, karena mereka masih bergantung pada karirku. Tapi, jika mereka bersatu, bisa saja."Karl berhenti sejenak, lalu menatap Elena dalam-dalam, mencari respons di wajahnya. "Gio selalu
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status