Semua Bab Pesona Istri Presdir Posesif: Bab 101 - Bab 110

122 Bab

101 || Nasib Buruk Melani

"Jadi, alasan kamu pergi tanpa ngasih kabar itu. Karena, kamu selingkuh dibelakang aku, Lingga?" Mengingat ucapan Radja di dalam mobil dua jam yang lalu, membuat Melani uring-uringan memikirkan Lingga yang sampai hari ini tak ada kabar. Melani terpengaruh oleh ucapan Radja yang mengatakan jika alasan Lingga pergi tanpa memberi kabar itu, karena pria itu menjalin sebuah hubungan dengan wanita lain di belakang Melani. Bukan hal yang tidak mungkin Lingga bermain api di belakangnya. Pasalnya, beberapa bulan setelah pria itu resmi menikah dengan Anindya. Lingga justru melamar Melani dan mengajak dirinya untuk menikah secara agama tanpa sepengetahuan siapapun. Hanya Bima selalu sahabat Lingga dan juga asisten pribadi Melani yang menjadi saksi atas pernikahan Melani dengan Lingga saat itu. Dan mungkin, Lingga melakukan hal yang sama pria itu lakukan pada Anindya. Kini Melani merasakan penderitaan Anindya yang dikhianati oleh Lingga yang menjalin hubungan dengan dirinya di belakang w
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

102 || Kepanikan Ivander

"Anindya!" Ivander meraba tempat tidur di sisinya yang kosong. Dengan suara serak Ivander terus memanggil nama Anindya, yang kini sudah menjadi istrinya. Ivander membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam. Dia mengerjap pelan menyesuaikan pandangannya saat cahaya matahari menyilaukan pandangannya. Ivander meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Dia bangkit dari posisinya untuk duduk. Mata tajamnya menyapu setiap sudut kamarnya di mana setiap dinding terdapat hiasan bunga mawar dan juga anggrek. Semalam dia tidak memperhatikan suasana kamarnya yang telah dihias. Dia terlalu fokus dengan Anindya, mengabaikan hal yang menurutnya tak penting. Pagi ini dia baru saja menyadari, karena semalam langsung tidur setelah Anindya terlelap. "Anindya!" Menyadari Anindya yang tidak berada di kamarnya, Ivander segera turun dari atas ranjang dan mencari Anindya ke kamar mandi dan juga balkon. Namun, nihil Anindya tidak ada di kamar mandi maupun balkon kamarnya yang tertutup gorden.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-02
Baca selengkapnya

103 || Bima Abimana

"Bima, saya sangat mengandalkan kamu dalam masalah ini! Saya mau malam ini juga, Lingga sudah berada di depan saya!" Perintah Ivander mutlak, tak ada yang berani menolak atau membantah. Apa yang pria itu mau harus segera dilaksanakan detik itu juga."Baik, Pak. Saya akan melakukan tugas ini dengan baik."Bima Abimana— sahabat terdekat Lingga Aditama, dia selalu berada di sisi Lingga. Dia selalu mendukung semua yang Lingga lakukan, dia bukan sekedar sahabat untuk Lingga. Melainkan saudara yang selalu menemani Lingga ketika pria itu susah maupun senang. Namun, itu yang dianggap oleh Lingga, kenyataannya tidak sama sekali. Jika, Lingga menganggap Bima sebagai sahabat yang sudah seperti saudara. Sedangkan Bima menganggap Lingga sebagai seorang musuh yang harus dihancurkan, di depan pria itu dia bersikap seperti malaikat. Di belakang Lingga, Bima diam-diam menjadi kaki tangan Ivander untuk menghancurkan Lingga. Yang memberitahu perselingkuhan Melani dan juga Lingga bukan Zico, melainkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

104 || Hukuman

"Ivander, jadi kamu yang nyekap aku di sini?" Pertanyaan terkejut dari sosok yang kini terduduk di lantai dengan kondisi terikat. Membuat Ivander yang baru saja menginjakan kaki di rumah tua yang terletak di tengah hutan daerah Solara. Pria dengan kemeja abu-abu itu menyorot tajam target yang kini menatapnya terkejut sekaligus panik. Tatapan Ivander menyimpan dendam yang begitu membara meskipun wajahnya tanpa ekspresi. Ivander menghentikan langkah kakinya tepat di depan Lingga dan Rizhar yang kini terduduk di lantai kotor dengan kedua tangan yang terikat di belakang tubuhnya. Malam itu juga setelah Ivander memberikan perintah untuk menangkap Lingga dan juga Rizhar yang menjadi penyebab calon istrinya mengalami keguguran. Tidak salah Ivander mengandalkan Bima dalam masalah Lingga, karena hanya dalam waktu satu jam Bima berhasil menangkap Lingga dan juga Rizhar. Lalu, menyeret pria itu ke rumah tua yang menjadi tempat di mana Anindya mengalami pendarahan hebat dan ditemukan oleh Zi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-04
Baca selengkapnya

105 || Cuek

"Sayang, kamu udah selesai masak?" Ivander segera mendekat pada Anindya yang baru saja membuka pintu kamarnya. Melihat kehadiran Anindya yang memasuki kamarnya setelah dia keluar dari walk in closet membuat Ivander tersenyum sumringah. Anindya hanya melirik Ivander sekilas. Dia berjalan melewati Ivander begitu saja, tapi dengan gerakan cepat suaminya itu mencekal lembut pergelangan tangannya. "Sayang!" Suara Ivander terdengar lembut memasuki indra pendengaran Anindya. Membuat Anindya mau tak mau terpaksa menghentikan langkahnya. Dia menolehkan wajahnya pada Ivander dengan malas. "Tolong lepas, Ivan! Aku mau mandi dulu!" Anindya masih menggunakan piyama tidurnya semalam. Dia hanya cuci muka saja saat bangun tidur tadi, belum sempat mandi dan langsung keluar kamar untuk membantu Kanaya membuatkan sarapan untuk mereka yang tinggal di Villa. Meskipun ada pembantu yang dibawakan oleh Ivander untuk memenuhi keperluan mereka semua, tapi pagi ini Kanaya menolak para pelayan un
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya

106 || Bersitegang

"Abis jual diri kamu sampai jam segini baru pulang?" Suara Marisa mengejutkan Melani yang baru saja masuk ke dalam rumah. Penampilan wanita itu tampak kacau, make up yang kini sudah berantakan, dress coklat muda yang dikenakan oleh Melani terlihat lusuh, rambut panjang wanita itu yang tergerai bebas tampak lepek. Melani memutar kedua matanya malas mendengar pertanyaan Marisa. Sejak kemarin, Melani tidak menyukai Marisa. Karena, wanita tua yang merupakan Ibu kandung Lingga terlalu ingin tahu apa yang Melani lakukan setiap harinya. Bahkan, Marisa dengan kurang ajar menuduh Melani berselingkuh di belakang Lingga tanpa ada bukti sama sekali. "Bukan urusan, Mama! Aku mau pulang malam juga nggak rugiin, Mama, kan?" Melani membalas pertanyaan Marisa dengan sarkas. Hari ini Melani begitu kelelahan, sejak sore dia melayani tiga pelanggan Madam Angell yang terlalu banyak tingkah menurutnya. Jika, bukan karena keterpaksaan Melani tidak sudi menyerahkan diri pada pria hidung belang it
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya

107 || Sarapan Pagi

"Ivander, setelah sarapan Papa langsung pulang ke kota Luton."Sudah dua tahun lebih William menetap di kota Luton, karena pekerjaannya di sana yang tak bisa ditinggalkan. William pulang ke kota Pandora hanya sesekali saja lamanya satu minggu, singkatnya tiga hari saja. Namun, menjelang pernikahan putranya dengan Anindya. William tinggal di kota Pandora cukup lama, selain karena dia harus menghadiri rapat penting bersama komisaris satu minggu yang lalu juga dia ingin menyaksikan pernikahan putranya secara langsung. William ingin menemani Ivander di hari yang sangat bahagia ini. Dia ingin mendampingi Ivander yang akan memulai perjaanan hidup baru yaitu pernikahan. Hal yang sangat sakral di mana kedua pasangan itu akan menjalani kehidupan sehidup semati. Dua minggu ini juga William mengetahui hal yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Ivander yang terlihat sangat keras tak tersentuh itu bisa mencintai sosok wanita yang pernah menolaknya tiga tahun yang lalu dengan begitu tulus. I
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-09
Baca selengkapnya

108 || Rasa Kesal Anindya

"Kamu itu sengaja, ya buat aku malu di depan Papa kamu?" Ivander mengerutkan dahinya bingung, menatap Anindya yang kini mengambil duduk di sampingnya. Kemudian, Ivander tergelak pelan melihat wajah cantik Anindya yang tertekuk seperti ini. Anindya menoleh pada Ivander saat mendengar tawa pria itu yang begitu menyebalkan. Anindya yang kesal mengambil bantal sofa dan melempar pelan pada Ivander membuat pria itu menghentikan tawanya karena terkejut dengan serangan tiba-tiba Anindya. "Oh, jadi bener kamu sengaja buat aku malu, ya? Maksud kamu apa, Ivan?"Ivander meletakan bantal sofa yang dilempar oleh Anindya mengenai perutnya di sisi tubuhnya. Tidak sakit, Ivander hanya terkejut saja. "Kok, nuduh aku kaya gitu?" Ivander menjawab dengan santai. Dari raut wajahnya sedikitpun rasa bersalah tidak ada. "Kamu keterlaluan banget, Ivan. Kenapa kamu harus ngomong langsung di depan Papa kamu, sih?" Anindya masih terasa kesal saja rasanya. Meskipun kejadian di meja makan pagi tadi sudah lew
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-10
Baca selengkapnya

109 || Mengantar kepulangan Daren

"Nindy, aku pulang dulu, ya." Daren menutup pintu bagasi mobilnya setelah memasukkan semua barang-barang miliknuya ke dalam sana. Dia berjalan mendekati Anindya yang berada di sisi Ivander. Sejak tadi Kakaknya itu tak berhenti menatap dirinya dengan tajam. Pasalnya, Daren selalu mengajak Anindya mengobrol. Pria itu cemburu saat atensi Anindya beralih padanya. "Hati-hati, ya, Daren! Sampai jumpa di lokasi syuting nanti!" Anindya menatap Daren dengan senyuman manis yang terpatri pada wajah cantiknya. Tangan wanita itu sejak tadi mencoba melepaskan tangan kekar Ivander yang bertengger manis di pinggangnya. Posesif. Pria kaku yang berdiri begitu dekat di sampingnya ini tidak berbicara sejak tadi, hanya diam bak patung yang diberi nyawa. "Aku tunggu akting kamu yang luar biasa itu!" Anindya tersenyum malu mendapatkan pujian dari sutradara yang merupakan adik iparnya sekarang. Dia tidak sehebat itu dalam akting, semuanya masih tahap pembelajaran. Anindya masih banyak yang salah dal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-12
Baca selengkapnya

110 || Senja Di Sore Hari

"Pemandangannya sangat indah. Aku jadi terinspirasi buat bikin novel baru dengan latar tempat di dekat pantai. Mungkin, kedua pemeran utama nanti selalu menikmati keindahan senja di sore hari dengan nuansa romantis." Binar penuh kekaguman terlihat jelas pada tatapan Anindya saat menatap langit sore. Langit yang semula biru tenang kini berubah warna menjadi perpaduan antara warna merah, oranye dan juga ungu yang mulai menyatu dalam sebuah keindahan yang tak bisa diabaikan. Mentari yang perlahan tenggelam di ufuk barat, setelah menyelesaikan tugasnya hari ini. Seolah memberi salam perpisahan yang menyinari laut dengan cahaya keemasan yang berkilau. "Setelah project film Dalam Jejak Cinta selesai. Apa rencana kamu nantinya, Anindya?" Ivander sejak tadi tak melepaskan pandang sedetikpun dari wajah cantik Anindya. Melihat senyum indah pada wajah Anindya, tanpa sadar menular pada Ivander yang kini ikut mengukir sebuah senyuman tipis. Kebahagiaan Anindya sangat sederhana, hanya meli
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status