Lahat ng Kabanata ng Ketika Istriku Balik Melawan : Kabanata 81 - Kabanata 90

115 Kabanata

Bab 81 Penuh Luka Masa Lalu

Maya melangkah keluar dengan gaun sederhana berwarna biru tua. Rambutnya yang tergerai lembut berayun setiap kali dia melangkah. Maya sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu, tapi tetap merasa sedikit gugup.Begitu dia sampai di lobi, Reza turun dari mobil dan berjalan menghampirinya. Pria itu mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung hingga siku. Begitu menawan. Senyum khasnya langsung menghangatkan hati Maya.“Kamu cantik,” puji Reza. Matanya menelusuri wajah Maya dengan penuh kekaguman.Maya tersipu. “Terima kasih. Kamu juga terlihat … luar biasa,” balasnya.Reza terkekeh pelan. “Jadi, siap untuk makan malam?”Maya mengangguk. “Tapi … kita mau makan di mana?”Reza membuka pintu mobil untuk Maya. “Itu kejutan,” katanya sambil tersenyum misterius.Maya menaiki mobil dan duduk, sementara Reza menutup pintu dan segera mengambil tempat di belakang kemudi. Mobil melaju perlahan meninggalkan apartemen. Lampu kota mulai menyala satu per satu, tampak begitu indah.“Setidaknya b
last updateHuling Na-update : 2025-02-05
Magbasa pa

Bab 82 Sulit Ditebak

Maya menutup mulut dengan tangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia menatap Reza, kemudian orang tua pria itu. Yang tampak begitu bahagia dan penuh harap.Segalanya terasa seperti mimpi. Tak pernah terpikir oleh Maya bahwa malam ini akan menjadi momen di mana hidupnya akan berubah selamanya.“Maya?” panggil Reza. Kali ini sedikit lebih khawatir karena wanita di hadapannya masih belum merespons.Maya menelan ludah, matanya mulai berkaca-kaca. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya seolah tertahan di tenggorokan.Hingga akhirnya, dia mengangguk. “Ya … Aku mau,”Seolah dunia berhenti berputar sejenak.Seketika suara tepuk tangan terdengar dari orang tua Reza. Bahkan beberapa tamu di restoran yang menyaksikan momen tersebut ikut bersorak.Reza tersenyum lega, lalu dengan hati-hati menyematkan cincin itu ke jari manis Maya. Setelahnya dia bangkit dan langsung menarik Maya ke dalam pelukannya.“Terima kasih. Aku sangat bahagia sekarang,” bisik Reza sambil memeluk M
last updateHuling Na-update : 2025-02-06
Magbasa pa

Bab 83 Bagian Masa Lalu

Maya masih berdiri di tempat, hatinya diliputi kebingungan. Kenapa Bima ada di sini?Bima yang masih berdiri di depan nisan orang tua Maya, menundukkan kepalanya sejenak. Seolah sedang menimbang kata-kata yang tepat. Udara di pemakaman terasa hening, hanya suara dedaunan yang berguguran terbawa angin yang terdengar di antara mereka."Aku datang ke sini bukan untuk mengganggumu, May," kata Bima akhirnya. Suaranya terdengar berat. "Aku hanya ingin melayat. Aku merasa bersalah pada ayah dan ibumu … ""Merasa bersalah?" ulang Maya, dingin.Bima menarik napas panjang, lalu berjongkok di depan nisan. Tangannya menyentuh batu dingin itu dengan penuh hati-hati, seolah sedang berbicara langsung kepada orang yang telah tiada. "Mereka menerimaku dengan baik saat aku menikah denganmu. Mereka mempercayaiku, menganggapku bagian dari keluarga. Aku berjanji di hadapan mereka untuk menjaga dan membahagiakanmu … tapi aku gagal," jelas Bima.Maya mengerutkan kening. “Semua sudah berlalu … “"Aku mengkh
last updateHuling Na-update : 2025-02-07
Magbasa pa

Bab 84 Memberimu Uang

Bima duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop dengan dahi berkerut. Matanya terpaku pada laporan transaksi kartu kredit yang baru saja dia terima melalui email dari bank. Sebuah transaksi besar—ratusan juta rupiah—keluar dari salah satu kartunya.Dia menggeser kursi sedikit mendekat. Matanya menyusuri setiap detail laporan itu. Waktu transaksi, tempat, dan jumlah yang tertera membuat hatinya mulai dipenuhi tanda tanya. Dia tidak ingat pernah mengeluarkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat.Dengan rahang mengeras, Bima menghela napas dalam. Dia berusaha mengingat, tapi tidak ada satu pun pengeluaran yang sesuai dengan nominal tersebut.Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel dan menekan nomor layanan bank. Setelah beberapa nada sambung, suara operator wanita menjawab.“Selamat siang, Pak Bima. Ada yang bisa kami bantu?”“Saya ingin konfirmasi transaksi di kartu kredit saya. Ada jumlah yang tidak saya kenali,” Bima langsung ke intinya.Operator itu meminta beberapa detail untuk
last updateHuling Na-update : 2025-02-10
Magbasa pa

Bab 85 Ancaman Nyata

Raka menghela napas panjang. Lalu bersandar ke kursi, mencoba menunjukkan ekspresi tenang meskipun hatinya berdebar. “Aku sudah bilang, kan? Itu bukan urusanmu, Kak. Uang itu adalah urusan pribadiku dengan Nina,”Bima mendekat lagi, tangannya bertumpu di meja kerja Raka. Sorot matanya semakin tajam, penuh kecurigaan. "Uang ratusan juta itu berasal dari kartuku. Jadi, tentu menjadi urusanku sekarang,"Raka terdiam. Dia tahu Bima tidak akan menyerah sampai mendapatkan jawaban yang dia inginkan.“Atau aku harus bicara langsung dengan Nina?” tanya Bima, karena Raka tidak lagi bicara.Raka menatap Bima dengan rahang mengeras. Dia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat."Aku sedang butuh uang dan Nina menawarkan bantuan," jawab Raka. Hanya itu yang terlintas di otaknya sekarang.Bima menyipitkan mata, tidak puas dengan jawaban itu. "Butuh uang? Untuk apa?"Raka menggeram pelan. "Kamu tidak perlu tahu," katanya keras.Ruangan itu terasa semakin sempit karena tatapan tajam Bima yang ti
last updateHuling Na-update : 2025-02-11
Magbasa pa

Bab 86 Memilih untuk Melindungi

Raka menelan ludah. Berusaha tetap tenang meski kepalanya terasa berdenyut hebat. Dia melirik sekilas ke luar ruangan. Femil masih berdiri di sana, seolah menunggu dan mengawasinya.Bima menatapnya tajam. “Aku tunggu sampai kamu mau bicara,”Raka menghela napas panjang, mencoba menyusun jawaban yang masuk akal. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya. Tidak dengan Femil yang berdiri di sana, dengan belati tersembunyi di balik jaketnya.“Nina memberiku uang untuk usaha,” jawab Raka.Alis Bima terangkat. “Usaha?”Raka mengangguk. “Aku dan Vina berencana membuka usaha. Kami sudah lama membicarakannya. Tadinya aku mau cari modal sendiri, tapi Nina tahu rencana ini dan menawarkan bantuan. Itu saja,”Bima menatapnya lama, seolah menimbang kebenaran dari kata-kata Raka.“Usaha apa?” tanya Bima akhirnya.Raka menghela napas. “Kami ingin membuka butik kecil. Vina sudah lama ingin punya bisnis sendiri,”Ekspresi Bima tetap tajam. “Kenapa Nina tidak bilang apa-apa padaku soal ini?”Raka ber
last updateHuling Na-update : 2025-02-11
Magbasa pa

Bab 87 Penuh Makna

Maya duduk di depan meja rias, mengenakan kimono sutra berwarna putih gading. Seorang penata rias profesional dengan hati-hati mengaplikasikan foundation di wajahnya. Sementara itu, seorang asisten menata rambut panjangnya, untuk disanggul.Maya menatap bayangannya di cermin. Jantungnya berdebar pelan. Hari ini adalah hari penting—lamarannya dengan Reza.Seorang penata gaya datang membawa baki perhiasan yang berkilauan. “Anting ini akan cocok dengan gaun Anda,” katanya sambil menunjukkan sepasang anting berlian kecil.Maya mengangguk pelan. Asisten pribadinya mengambil salah satu gaun. “Saatnya mengenakan gaun ini, Bu Maya,” ucapnya dengan senyum hangat.Saat Maya masih duduk di depan meja rias, menunggu sentuhan akhir dari penata riasnya, pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan cepat."Maya!"Suara riang yang sangat familiar membuat Maya menoleh. Hana berdiri di ambang pintu dengan ekspresi berbinar. Dia melangkah masuk dengan cepat dan langsung memeluk Maya dari belakang.“Selamat, Ma
last updateHuling Na-update : 2025-02-13
Magbasa pa

Bab 88 Maafkan Aku

Pandangan Bima terpaku pada layar ponsel. Sebuah unggahan dari acara pertunangan Maya dan Reza semalam. Foto-foto itu menampilkan Maya yang begitu cantik dalam balutan kebaya, tersenyum bahagia di samping Reza yang menggenggam tangannya erat. Keduanya dikelilingi keluarga dan kerabat yang tersenyum penuh suka cita.Bima mengembuskan napas panjang. Ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya. Sesuatu yang tidak bisa dia tolak meskipun seharusnya dia sudah terbiasa.“Maya … “ bisik Bima. Sangat pelan.Wanita itu yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupnya, kini melangkah semakin jauh. Seharusnya Bima bahagia untuk Maya. Seharusnya, dia ikut merasa lega karena akhirnya Maya menemukan seseorang yang bisa memberi kebahagiaan.Jemari Bima bergerak menggulir layar, melihat lebih banyak foto dari acara itu. Ada gambar Maya yang tertawa bersama Hana. Ada Reza yang dengan bangga memasangkan cincin di jari manis Maya. Ada pula foto keluarga besar Reza yang tampak menerima Maya dengan hangat.Tiba-
last updateHuling Na-update : 2025-02-13
Magbasa pa

Bab 89 Dimanjakan

Langkah Bima terhenti di ambang pintu begitu suara tangisan keras menggema di seluruh rumah. Bima buru-buru melepas sepatu. Rasa lelah yang tadi menyelimutinya seketika lenyap. Abi menangis begitu kencang, seolah anak itu sudah lama terisak tanpa henti.Bima melangkah cepat menuju ruang tengah. Di sana dia melihat Abi terduduk di lantai, wajahnya merah dan basah oleh air mata. Sementara Nina duduk di sofa dengan tenang, menonton TV tanpa peduli sedikit pun."Nina!" bentak Bima. Sangat keras.Nina menoleh malas, seolah terganggu. "Apa?" tanyanya santai.Bima langsung berjongkok di depan Abi. Kedua tangannya menggenggam bahu kecil anak itu. "Abi, kenapa? Kenapa kamu nangis?"Abi terisak semakin keras, tubuhnya bergetar hebat."Abi sudah waktunya makan," ujar Nina santai. Matanya masih tertuju pada layar ponsel.Bima mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. "Nina! Dia anakmu! Ya sudah sana ambilkan makan!”Nina mendengus, ekspresinya tetap dingin. "Aku capek, Bima. Aku juga butuh istiraha
last updateHuling Na-update : 2025-02-14
Magbasa pa

Bab 90 Penuh Perhatian

Nina duduk di kursi kayu di halaman belakang rumah. Menikmati rokok yang terselip di antara jari-jarinya. Asap putih tipis mengepul, menguar bersama embusan napasnya yang penuh kejengkelan. Matahari masih malu-malu muncul dari ufuk timur. Namun udara segar pagi hari tidak mampu menenangkan hatinya."Dasar wanita sok suci. Akhirnya dapat juga pria kaya, kan?" Nina mendecih sinis ketika mengingat kembali foto pertunangan Maya. Kemudian menarik napas dalam, mengisap rokoknya lebih kuat.Pikiran Nina terus dipenuhi bayangan Maya. Senyum bahagia Maya saat disematkan cincin di jari manisnya. Sorot mata Maya yang begitu lembut saat menatap Reza. Semua itu membuat darah Nina mendidih.“Aku tidak akan membiarkanmu bahagia. Dasar wanita sok suci!” umpatnya lagi.Abi tiba-tiba menangis. Suara jeritannya menusuk telinga Nina. Membuatnya berdecak kesal. Nina menoleh dengan tatapan jengkel ke dalam rumah, tempat suara itu berasal."Ya ampun! Kenapa sih anak ini selalu rewel?!" Nina mengumpat sambil
last updateHuling Na-update : 2025-02-15
Magbasa pa
PREV
1
...
789101112
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status