All Chapters of Ketika Istriku Balik Melawan : Chapter 91 - Chapter 100

115 Chapters

Bab 91 Mempesona

Rumah keluarga Harjono hari ini dipenuhi dengan dekorasi meriah. Balon warna-warni menggantung di setiap sudut ruangan. Pita-pita emas dan biru melilit di sepanjang dinding, sementara meja panjang di tengah ruang tamu dipenuhi dengan berbagai hidangan mewah. Kue ulang tahun berukuran besar dengan angka "1" bertengger di atasnya. Dihiasi dengan fondant berbentuk boneka beruang dan mobil-mobilan kecil.Para tamu mulai berdatangan. Kebanyakan adalah rekan bisnis Bima dan keluarga besar Harjono. Anak-anak berlarian dengan balon di tangan mereka, sementara para ibu sibuk berbincang di sudut ruangan. Membicarakan kemewahan pesta yang diadakan untuk seorang bayi berusia satu tahun.Saat acara utama dimulai, seorang MC naik ke atas panggung dan mengambil mikrofon. "Selamat siang semuanya! Hari ini kita berkumpul untuk merayakan ulang tahun pertama putra tercinta dari Bapak Bima Santoso dan Ibu Nina Julian, yang bernama Abi!"Tepuk tangan riuh memenuhi ruangan. Nina dengan bangga membawa Abi k
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 92 Menusuk Hati

Lampu kristal berkilauan di langit-langit, dan para pelayan berlalu-lalang dengan nampan berisi minuman dan makanan mewah. Di tengah kebahagiaan itu, Reza dan Maya berjalan mendekati Bima dan Nina yang sedang berdiri menerima tamu."Selamat ulang tahun untuk Abi," ujar Reza lebih dulu. Lantas mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Bima.Bima menyambutnya dengan anggukan kecil. "Terima kasih," balasnya singkat.Maya mengulaskan senyum. Senyum yang dulu begitu familiar bagi Bima, namun kini terasa begitu jauh. Maya menatap Bima sejenak. "Semoga Abi tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia," katanya tulus.Bima mengangguk. Ketika dia menurunkan pandangan, matanya menangkap sesuatu yang berkilauan di jari manis Maya. Sebuah cincin berlian.Dada Bima terasa sesak. Sekilas, dunia di sekelilingnya terasa membisu. Semua suara pesta menjadi jauh, tidak lagi berarti. Hanya ada dia dan kenyataan yang terpampang di depan mata. Maya sudah bertunangan. Jari manis yang dulu dia genggam dengan
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 93 Tak Terduga

Saat pesta masih berlangsung meriah, Maya menyelinap ke sudut ruangan. Dia mencari kesempatan untuk sejenak menjauh dari keramaian. Dia menghela napas lega ketika menemukan pintu menuju toilet yang sedikit tersembunyi di balik lorong panjang."Akhirnya aku menemukanmu,"Maya yang sedang membasuh tangannya di wastafel, seketika membeku. Merasakan hawa dingin menjalari punggungnya. Dia bisa melihat bayangan Viona terpantul di kaca, sedang berdiri di belakangnya.Viona tersenyum miring. “Senang?”Maya menatapnya dengan bingung. "Apa maksudmu?"“Jangan pura-pura bodoh, Maya!” Viona menyeringai sinis. “Kamu sudah mendapatkan semua yang kamu mau, bukan? Termasuk tunanganku,”Maya mengernyit, hatinya terasa panas. “Hubungan kalian berdua sudah berakhir. Bahkan sebelum aku bersama Reza,”Viona tertawa sinis. “Dan kau percaya ucapannya begitu saja?”Maya mencoba mengendalikan emosinya. “Ya, aku percaya padanya,” balasnya. “Aku tidak pernah merebut siapa pun darimu. Jika Reza tidak memilihmu, i
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 94 Selamatkan Dia

Saat pintu terbuka lebar, Reza adalah orang pertama yang melihatnya. Napasnya tercekat ketika mendapati Maya tengah bersimpuh di lantai, memeluk tubuh Bima yang bersimbah darah. Tangan Maya berlumuran darah merah pekat, wajahnya penuh rasa cemas."Ya Tuhan … Bima!" seru Reza, matanya melebar ngeri.Di belakangnya, Sulastri dan Nina tiba bersama beberapa anggota keluarga lainnya. Begitu melihat Bima tergeletak di pelukan Maya, Sulastri menjerit histeris.“Bima!!” jerit Sulastri. Dia nyaris jatuh jika tidak ditahan oleh salah satu tamu.Nina kini tampak pucat pasi. Bibirnya terbuka, tetapi tak ada suara yang keluar. Pandangannya beralih dari wajah Bima yang pucat ke Maya yang masih erat memeluk pria itu. Rasa cemburu menyelinap, tetapi ketakutannya jauh lebih besar."Ambulans! Seseorang panggil ambulans!" teriak Reza.Beberapa tamu segera berlari keluar, menelepon dengan panik. Sementara itu, Viona berdiri di pojok ruangan dengan wajah kosong. Dia masih memegang pisau yang kini berlumur
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 95 Memiliki Tempat

Lampu indikator di atas pintu ruang tindakan masih menyala merah. Sejak pintu itu tertutup, Maya belum beranjak dari tempatnya duduk di lantai. Seakan jika dia bergerak, sesuatu yang lebih buruk akan terjadi. Matanya terus menatap kosong ke depan, menunggu, berharap, berdoa.Tiba-tiba pintu ruang tindakan terbuka. Seorang dokter keluar dengan wajah tegang. Maya segera bangkit, hampir tersandung karena kakinya yang mati rasa."Bagaimana keadaan Bima, Dok?" tanya Maya, gemetar."Kami telah berusaha menghentikan pendarahan, tapi pasien kehilangan banyak darah. Tekanan darahnya turun drastis dan dia butuh transfusi secepatnya,"Jantung Maya mencelos. "Apa sudah ada donor?" tanyanya cemas.Dokter itu menggeleng. "Kami sedang menghubungi bank darah, tapi stok golongan darahnya sangat terbatas. Jika ada keluarga atau seseorang dengan golongan darah yang cocok, kita bisa segera melakukan transfusi,"Maya berdiri terpaku di depan dokter dengan napas memburu. “Saya yang akan menjadi donornya, D
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 96 Mencintai Bima

Nina menarik napas dalam. Dia tidak tahan lagi berada di rumah sakit, melihat semua orang memandang Maya dengan kagum dan rasa terima kasih. Bahkan Sulastri—yang selama ini selalu mendukung pernikahannya dengan Bima kini terlihat begitu tersentuh dengan apa yang dilakukan Maya.Dengan langkah cepat, Nina mendekati Sulastri yang masih berdiri di depan ruang ICU, menunggu kabar terbaru dari dokter.“Ibu, aku izin pulang sebentar. Aku mau lihat Abi. Kasihan dia sendirian di rumah,” kata Nina.Sulastri menoleh. Wajahnya tampak lelah dan cemas. “Baiklah. Abi pasti juga membutuhkanmu,” jawabnya lemah.Nina mengangguk kecil. “Aku cuma sebentar, nanti kalau ada kabar tentang Bima, tolong hubungi aku, ya,”“Baiklah, hati-hati di jalan,”Tanpa menunggu lebih lama, Nina berbalik dan melangkah keluar dari rumah sakit. Dia sempat melirik ke arah Maya yang masih duduk tertunduk lemah. Kemudian Nina mendengus kesal.Nina menyalakan mesin mobilnya, tapi dia tidak langsung melajukan kendaraan. Dengan
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 97 Sebentar Lagi Mati

Nina masih berdiri di tempat. Tubuhnya tegang ketika Femil semakin mendekat. Tatapan pria itu berubah, tidak lagi dingin. Justru kini Femil menyeringai penuh minat."Kenapa tegang begitu?" tanya Femil lirih. "Aku tidak datang untuk menakutimu, Sayang. Aku justru bisa membantumu,"Nina mendengus, berusaha mengalihkan pandangan. Tapi Femil sudah berdiri begitu dekat, hanya beberapa senti darinya."Aku tidak butuh bantuanmu," tolak Nina.Femil menyeringai miring. "Benarkah? Kamu sedang kacau. Bima terbaring tak sadar diri di rumah sakit dan sekarang kamu harus mengurus Abi yang terus menangis. Itu bukan hidup yang kamu inginkan, bukan?"Tangan Femil terulur, dengan santai menyentuh sehelai rambut Nina yang jatuh di pundaknya. "Kamu masih seindah dulu, Nina," gumamnya. "Selalu menarik, selalu menggoda,""Hentikan omong kosongmu, Femil," Nina langsung menjauh dengan tatapan jijik.Femil tertawa pelan, suara beratnya menggema di ruang tamu. Femil lantas duduk di sofa, memperhatikan si keci
last updateLast Updated : 2025-02-20
Read more

Bab 98 Hanya Ingin Tahu

Nina bergegas memasuki lobi rumah sakit. Napasnya terengah-engah setelah perjalanan yang terasa begitu panjang. Langkahnya cepat, hampir berlari menuju ruang ICU, tempat Bima dirawat. Sementara Abi berada dalam gendongannya. Kini, pikiran Nina hanya dipenuhi dengan bayangan tubuh Bima yang tak sadarkan diri.Begitu sampai di depan ruang perawatan, Nina langsung melihat Sulastri berdiri di sana. Wajah mertuanya itu penuh kecemasan. Begitu melihat Nina datang, tanpa banyak bicara Sulastri langsung meraih Abi.“Abi … cucuku … “ isaknya. Suara Sulastri parau, memeluk erat bocah itu. Nina menelan ludah, matanya beralih ke sekeliling. Harjono berdiri dengan wajah penuh gurat khawatir. Punggungnya membungkuk seolah menahan beban yang berat. Di sampingnya, Raka dan Vina juga menatap ke arah ICU dengan ekspresi cemas."Kamu kemana saja? Bukannya di sini menemani suamimu ... " gerutu Raka pada Nina."Aku harus mengurus keperluan Abi. Jangan ikut campur," hardik Nina, tak terima. Semenjak Raka m
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 99 Menyerahkan Tubuh

Tiga hari telah berlalu sejak kejadian malam itu. Sejak pisau yang seharusnya menghunus Maya malah tertancap di tubuh Bima. Kini tubuh Bima masih terbaring di ranjang ICU, dikelilingi berbagai alat medis yang membantu mempertahankan hidupnya. Elektrokardiograf berbunyi pelan dengan irama yang stabil, tetapi tetap saja dia belum sadarkan diri.Harjono hampir tidak pernah meninggalkan tempat itu. Sulastri lebih sering menangis diam-diam, sementara Raka dan Vina hanya datang sesekali. Nina adalah yang paling terlihat sibuk. Setiap hari dia bolak-balik dari rumah ke rumah sakit. Memastikan dirinya ada di sana ketika dokter melakukan pemeriksaan, ketika perawat mengganti infus, atau saat ada keluarga lain yang datang menjenguk. Dia berusaha memainkan perannya sebagai istri yang setia.Namun, kenyataannya tidak semudah itu. Setiap kali dia pulang ke rumah, wajahnya berubah. Tidak ada lagi ekspresi cemas atau air mata yang dia tunjukkan di rumah sakit. Yang ada hanya kelelahan, kekesalan, da
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 100 Berempati

Di tengah ruangan yang dipenuhi kain satin dan renda mewah, Maya berdiri diam di depan cermin besar. Gaun putih yang membalut tubuhnya begitu indah. Menyempurnakan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Itu adalah gaun impian bagi banyak wanita. Tapi, wajah Maya tidak memancarkan kebahagiaan seperti yang diharapkan."Bagaimana, Sayang?" tanya Reza, yang berdiri di belakang punggung Maya.Pria itu mendekat, mengenakan setelan jas abu-abu yang baru saja dia coba. Mata cokelatnya berbinar saat menatap Maya.Maya mengangkat kepala dan menatap bayangan mereka berdua di cermin. Sepasang calon pengantin yang sempurna.“Cantik sekali,” puji Reza. Tangannya dengan lembut meraih jari-jari Maya. “Aku tidak sabar menunggumu berjalan di sampingku dengan gaun ini,”Maya tersenyum tipis. Tapi matanya tampak kosong.Sejak kejadian penusukan itu, ada sesuatu dalam hati Maya yang terasa berat. Bukan karena dia ragu pada Reza. Pria itu sudah memberikan segalanya—cinta, perhatian, dan kenyamanan yang selama in
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status