Semua Bab Dilamar Bos Muda Usai Dikhianati Suami : Bab 51 - Bab 60

69 Bab

51. Keliru

POV Haikal Hingga beberapa hari aku menunggu kabar Rosa pulang, tapi tidak ada. Apakah dia nekad tinggal di kontrakan tanpa uang? Masa bodoh, itu ganjaran buat orang yang keras kepala seperti Rosa. Kehidupan rumah tanggaku bersama Arumi sangat jauh berbeda ketika dengan Rosa. Arumi sangat dominan dan mengatur segala sesuatunya. Mungkin karena dia merasa punya uang jadi dia berkuasa atas apapun termasuk hidupku. Hidupku tak sebebas dulu. Rosa memang membosankan tapi setidaknya aku mencintainya dan bisa mengusir bosan dengan bermain hati di luaran. Tapi Arumi? Dia sama-sama membosankan dengan segala aturannya dan aku tidak berkutik sama sekali. Ponselku sering kali diperiksa dan dia hapus semua kontak yang dia tidak kenal termasuk para wanita yang kerap aku goda ketika aku iseng. Pergi ke mana pun hampir tak bisa leluasa, tapi bukan Haikal namanya kalau tidak punya seribu alasan. Dari grup alumni Arumi aku tahu kalau Rosa sekarang bekerja di rumah salah satu teman SMA-nya. Pantas
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-23
Baca selengkapnya

52. Membaik

Hari ini Amanda memberikan kabar baik, aku diminta menemui pemilik butik tempat dia bekerja. Besoknya aku ke sana dan bertemu langsung dengan pemilik butik tersebut. "Apakah Mbak membawa contoh hasil jahitan Mbak?" tanya wanita yang diperkirakan umurnya tidak jauh berbeda dariku itu. "Oh ini, ada." Aku menyerahkan baju hasil jahitanku. Sebelumnya Amanda sudah memberitahu perihal ini, jadi aku sudah mempersiapkannya sebelum berangkat tadi. Untuk beberapa saat wanita yang kuketahui bernama Sandra itu menelisik hasil pekerjaanku. Di tempat dudukku, aku menunggu dengan gelisah sambil berdoa di dalam hati mudah-mudahan dia suka dengan hasil pekerjaanku. "Lumayan bagus dan rapi. Untuk mengerjakan satu baju ini berapa lama?" tanyanya setelah beralih menatapku. "Dua hari, tapi kalau tidak banyak gangguan sehari juga bisa selesai." "Gangguan?" Sandra mengerutkan keningnya. "Saya punya anak kecil, jadi kalau misalkan dia rewel, otomatis saya tidak bisa bekerja," "Oke, bagaimana kalau s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

53. Tuduhan Arumi

Alfan nampak senang bisa makan lagi di sini. Beberapa kali aku pernah mengajaknya ke sini. Sejak punya penghasilan dari butik, sesekali aku mengajak Alfan dan Delia makan di tempat seperti ini. "Jadi, maksudnya kamu kerja apa?" Mas Dika mengulang lagi pertanyaannya. "Aku menjahit untuk Sandra Butik, lumayan lah buat mengganjal perut," jawabku seraya tersenyum tipis. "Wah, benarkah?" tanya Mas Dika kaget. Aku mengangguk, lucu juga melihat ekspresi dia yang kaget seperti itu. "Aku sering ke Sandra butik. Tapi, kok, belum pernah bertemu, ya, sebelum ini? Tadi juga kalau Alfan tidak memanggilku, Aku nggak bakalan pada kalian." "Aku cuma sebentar di butik, paling kalau ngambil bahan dan nganterin yang sudah selesai." Obrolan kami mengalir, meski ini pertemuan yang kedua kalinya tapi entah kenapa kami seperti yang sudah kenal lama. Mas Dika orangnya enak diajak ngobrol. Alfan juga asik berbicara apa saja. "Aku permisi pulang dulu, Mas. Terima kasih sudah ditraktir." Aku mengambil
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

54. Berkembang

Yang namanya kesukaan, mau dicegah seketat apapun akan tetap saja suka. Begitu juga kebiasaan, mau kebiasaan baik maupun buruk, akan terus diulang dan terjadi lagi. Seperti halnya Mas Haikal, sudah menjadi kebiasaannya juga kesukaannya bermain dari satu hati ke hati yang lain. Meskipun Arumi memberi segala yang dia inginkan, tetap saja tidak bisa membuat Mas Haikal menetap. Aku bisa berpikiran seperti itu karena Arumi terus saja menerorku dengan pesan yang semua isinya menuduhku main belakang dengan Mas Haikal dan menguras uangnya. Sepertinya Mas Haikal sekarang sering meminta sejumlah uang kepada Arumi dengan alasan untuk biaya Alfan. Makanya Arumi menuduhku seperti itu. Ditambah lagi sekarang usahaku mulai menemui titik terang. Selain untuk menabung, aku juga memperhatikan kebutuhan Alfan dan Delia. Memberikan makanan dan pakaian yang layak. Aku ingin menunjukkan pada Mas Haikal, bahwa tanpa dia aku bisa hidup lebih baik. Mungkin ini yang menimbulkan kecurigaan pada Arumi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

55. Akibat Perbuatan

Dengan Mas Dika sendiri, komunikasiku dengannya timbul tenggelam. Kartu nama yang pernah dia berikan dulu ternyata tidak aku temukan, entah terselip di mana. Akhirnya karena aku tak juga ada menghubungi, Mas Dika yang duluan mengirim pesan. Katanya dia mendapatkan nomorku dari Sandra Butik. Entah benar atau salah, aku tidak terlalu mengorek informasi. Mas Dika pernah beberapa kali berkunjung ke rumah sewaktu dia berada di kota ini. Karena setahuku dia punya usaha toko di luar kota. Para tetanggaku sudah tidak ada yang berkomentar miring lagi denganku, mungkin mereka bosan karena nyinyiran mereka tidak pernah aku ladeni. Atau mungkin mereka lebih bisa menghargai aku melihat usahaku yang mengalami kemajuan. Maklumlah, kadang status sosial bisa mempengaruhi bagaimana kita diperlakukan oleh lingkungan sekitar. Itu masih berlaku di mana-mana. Aku yakin. Tak jarang mereka sering menyanjungnya karena ada maunya. Hanya teman-temanku yang tulus membantuku dulu ketika aku terpuruk dan be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

56. Teror lagi

Kemudian aku bercerita tentang Arumi yang terus menerus menerorku dengan mengirimkan pesan tuduhan dan fitnahan itu, meski berkali-kali aku blokir nomornya tapi dia selalu datang dengan nomor baru. "Tindakan kamu udah bener, daripada diladeni yang ada kita mengotori mulut dan jempol kita kan? Mending diemin aja, kalau perlu blokir nomornya. Orang seperti Arumi itu maunya cari ribut, kalau kita terpancing itu artinya dia yang menang." Serly berkata sambil melihat kami secara bergantian. "Setuju, yang penting kamu nggak salah Ros. Biarkan saja, sebenarnya Arumi itu panik juga. Bagaimana tidak, gara-gara Haikal dia kehilangan hidupnya yang dulu. Suami dengan harta bawaannya, pabrik roti lalu sisa kekayaannya sekarang dikuras juga sama Haikal, gimana nggak frustasi?" imbuh Haris. Kalau dipikir, perkataan Haris ada benarnya juga. Secara tidak langsung Arumi sudah mengeluh lantaran pengeluaran yang deras demi memenuhi permintaan Mas Haikal. Sepertinya Arumi baru sadar kalau sebenarnya ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

57. Tak Disangka

Setelah panggilan berakhir aku memasukkan kembali ponsel pada tas lalu segera berangkat, karena khawatir Andra sudah menunggu. Biasanya pemuda itu suka ngomel-ngomel seperti ibu-ibu kalau aku telat. Benar saja, ketika aku sampai di cafe Diamond, Andra sudah berada di sana. Raut wajahnya terlihat serius, tidak seperti biasanya yang terlihat santai dan apa adanya. Kali ini sikap Andra sedikit terlihat kaku. Aku pun sempat mengerutkan kening. Jangan-jangan Andra mau melamarku. Tidak bisa, ini tidak boleh terjadi. Meskipun terlihat dewasa namun usia Andra jauh lebih muda dariku. Hari ini benar-benar penuh dengan teka-teki. Dua lelaki yang dekat denganku tiba-tiba memintaku untuk bertemu dengannya. "Beliau? Beliau siapa Ndra?" "Kita lihat saja nanti, ya, kalau aku kasih tahu sekarang bukan kejutan dong, namanya." Andra terkekeh. Aku mencebik mendengar Andra berkata seperti itu. Pake acara kejutan segala, tidak lucu. Tapi serius, aku gelisah, jantungku deg-degan. Sambil menunggu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

58. salah tingkah

"Mas Dika bohong kan soal calon Mas itu?" "Tidak!" "Lalu mana orangnya?" "Dia diajak duluan sama kamu dan sekarang ada di sini," ucap mas Dika dan matanya tak lepas menatapku Jadi? Apa yang terjadi sebenarnya. Apakah ada permainan di antara mereka, sengaja membuatku sok seperti ini. Kenapa kakak beradik ini seperti sekongkol. Apa ini kebetulan atau ini rencanaMu, Ya Allah. Aku melebarkan mata saat mendengar ucapan Mas Dika. Apakah yang dimaksud calon istrinya itu adalah aku? "Jujur ya, aku masih bingung, maksudnya apa semua ini?" Aku menatap dua lelaki di hadapanku secara bergantian. Andra tersenyum ke arahku lalu beralih menatap Mas Dika kakaknya. Sementara Mas Dika meremas jari-jarinya yang bertaut di atas meja. "Kamu yang jelaskan, Mas? Jangan Andra terus, kan yang punya niat Mas Dika." Andra menaikturunkan alisnya sambil menatap Mas Dika, sedangkan lelaki yang diajak bicara itu nampak ragu. Ia menatapku sebentar lalu mengalihkan pandangannya lagi. "Oke, jadi begini Ros,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

59. Canggung

"Saat itu dalam hati aku berdo'a pada Allah kalau aku kelak ingin istri seperti kamu yang bisa menjaga diri dan dan menjaga kehormatan suaminya. Tapi sepertinya Allah malah memberikan kamu untukku," ucapnya penuh percaya diri. Sontak aku menunduk karena tiba-tiba pipiku terasa menghangat. Apakah ini pertanda aku sudah siap untuk membuka kembali hatiku? Drrttt ... drrttt ... ponselku bergetar dan nama Andra tertera di sana, aku yakin Mas Dika pun melihatnya karena aku meletakkan ponsel di atas meja. "Aku dan Alfan sudah sampai di rumah kamu. Sengaja aku tinggalkan kalian biar Mas Dika yang mengantar kamu pulang." Kalimat itu meluncur dari mulut Andra setelah dia menjawab salamku. "Kamu ... " "Udah, jangan protes! Berikan ponselnya ke Mas Dika!" Jawabnya tegas. Aku menjauhkan ponsel dari telingaku lalu memberikannya pada Mas Dika. Pria itu pun keheranan. "Siapa?" tanya Mas Dika tanpa suara. "Andra," jawabku dengan tanpa suara juga. Mas Dika lalu berbicara dengan Andra, dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-27
Baca selengkapnya

60. Belum Pasti

Sejak kejadian siang itu di cafe, hubunganku dengan dua lelaki kakak beradik itu tak ada yang berubah. Andra masih rajin mengantar kain yang aku pesan, biasanya dia akan menemani Alfan bermain sebentar. Sementara Mas Dika masih bersikap sok tidak peduli seperti biasa. Aku jadi berpikir apakah mas Dika serius dengan ucapannya pada Andra yang mengatakan bahwa dia sudah punya calon istri dan ternyata aku yang dimaksud oleh dia. Atau itu hanya akal-akalan dia saja untuk menghindari perjodohan dari Andra? "Bagiamana dengan Mas Dika?" tanya Andra siang ini ketika baru saja selesai menurunkan barang. "Tidak ada yang berubah," jawabku sambil menerima secarik kertas sebagai bukti pembelian. "Sebenarnya dia serius apa nggak, sih?" "Aku yang salah karena belum memberikan jawaban." "Astaga Ros! Aku kira kalian sudah jadian." Andra menepuk keningnya. Aku tak merespon ucap Andra karena sedang konsentrasi mengecek barang yang baru saja dia turunkan dari mobil. "Aku mau tanya, sebenarnya kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status