Home / Romansa / Cinta Di Tengah Deadline / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Cinta Di Tengah Deadline: Chapter 31 - Chapter 40

68 Chapters

BAB 31

Pagi itu, Kirana memulai harinya dengan perasaan sedikit lebih lega. Meskipun ancaman terus membayangi, ia merasa ada kekuatan baru dalam dirinya untuk menghadapi segalanya. Di ruang tengah, Adrian dan Bima sudah berkumpul, membahas langkah terakhir untuk memastikan kasus Rahman tidak akan terhenti di tengah jalan.“Kita sudah mengirim semua bukti tambahan ke pihak berwenang, termasuk video yang kamu temukan,” ujar Bima kepada Kirana. “Ini memperkuat dakwaan terhadap Rahman. Mereka tidak punya alasan untuk tidak melanjutkan kasus ini.”Kirana mengangguk. “Jadi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Apakah kita masih perlu bersiap menghadapi serangan mereka?”Adrian, yang sedang memeriksa beberapa dokumen, menjawab dengan tenang. “Rahman mungkin sudah ditahan, tapi anak buahnya masih bebas. Mereka pasti tidak akan tinggal diam. Kita harus tetap waspada sampai semuanya benar-benar selesai.”Kirana menyadari bahwa perjuangan mereka belum berakhir. “Kalau begitu, kita juga harus memast
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

BAB 32

Pagi di rumah aman terasa jauh dari kata tenang. Meskipun tempat itu aman secara fisik, beban mental yang mereka bawa masih berat. Kirana duduk di dekat jendela kecil, memandangi hutan yang mengelilingi rumah tersebut. Suara burung-burung terdengar dari kejauhan, namun pikirannya tetap gelisah.Adrian memasuki ruangan, membawa dua cangkir kopi hangat. Ia meletakkan salah satunya di hadapan Kirana dan duduk di sampingnya. “Kopi ini mungkin tidak sehebat buatan kafe favoritmu, tapi setidaknya bisa menghangatkan pagi.”Kirana tersenyum kecil, mengangkat cangkir itu, tetapi tidak langsung meminumnya. “Terima kasih, Adrian. Aku hanya… merasa semuanya terlalu berat. Kita memang aman di sini, tapi aku tahu ini belum berakhir.”Adrian mengangguk pelan. “Kamu benar. Tapi kita punya keunggulan sekarang. Rahman semakin terdesak, dan kita memiliki bukti yang kuat untuk menjatuhkannya. Kita hanya perlu waktu.”Kirana meletakkan cangkirnya dan menatap Adrian. “Tapi, berapa lama lagi? Semakin lama k
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

BAB 33

Pagi pertama setelah Rahman ditangkap membawa perasaan yang bercampur aduk bagi Kirana dan Adrian. Sinar matahari menembus jendela rumah aman, mengusir kegelapan malam sebelumnya. Namun, meskipun situasi tampak lebih tenang, di hati mereka masih tersisa kecemasan.Kirana duduk di meja kecil di ruang tengah, secangkir teh hangat di tangannya. Matanya menatap ke luar jendela, memandangi embun yang masih menempel di daun-daun. Adrian masuk ke ruangan itu, masih mengenakan kaus hitam sederhana.“Pagi,” sapanya lembut sambil duduk di kursi seberang Kirana.“Pagi,” balas Kirana dengan senyuman kecil. Namun, dari matanya, Adrian tahu ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.“Kamu masih memikirkan sesuatu?” tanyanya dengan nada perhatian.Kirana mengangguk pelan. “Aku tahu Rahman sudah ditangkap, tapi aku tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan buruk lainnya. Bagaimana kalau ada orang-orang yang masih setia padanya? Bagaimana kalau mereka berusaha membalas dendam?”Adrian meraih tangan Kira
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

BAB 34

Matahari terbit perlahan di balik pepohonan, menyinari rumah aman yang kini menjadi tempat persembunyian sekaligus perlindungan terakhir mereka. Kirana terbangun dengan perasaan yang lebih ringan, meski tubuhnya masih lelah setelah hari-hari penuh ketegangan.Adrian sedang berdiri di dekat jendela, memandangi pemandangan luar dengan secangkir kopi di tangannya. Ketika ia menyadari Kirana sudah terbangun, ia berbalik dan tersenyum.“Selamat pagi,” katanya lembut.“Selamat pagi,” balas Kirana, suaranya serak tetapi penuh kehangatan.Adrian mendekat dan menyerahkan secangkir teh hangat. “Aku tahu kamu lebih suka teh di pagi hari.”Kirana tersenyum kecil sambil mengambil cangkir itu. “Kamu benar-benar memperhatikanku, ya?”“Selalu,” jawab Adrian tanpa ragu, membuat wajah Kirana memerah.Mereka duduk di teras kecil rumah aman itu, menikmati kehangatan pagi. Burung-burung berkicau riang, seolah ikut merayakan ketenangan yang akhirnya mereka rasakan.“Adrian,” Kirana mulai berbicara pelan, “
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

BAB 35

Pagi itu, suasana rumah aman terasa berbeda. Adrian bangun lebih awal untuk memastikan kondisi sekitar tetap aman. Namun, ketika ia keluar ke halaman, sebuah mobil asing terparkir di depan gerbang. Ia segera waspada, meraih teleponnya untuk menghubungi Rian, tetapi sebelum ia sempat melakukan apa pun, seorang pria keluar dari mobil tersebut.“Adrian!” teriak pria itu dengan suara penuh semangat.Adrian mengernyit, berusaha mengenali sosok itu. Ketika pria itu mendekat, ia akhirnya sadar siapa yang berdiri di depannya. “Danu?”Pria itu mengangguk dengan senyum lebar. Danu adalah sahabat lama Adrian yang sudah lama tidak ia temui. Mereka pernah bekerja bersama di lapangan saat Adrian baru memulai kariernya sebagai penyelidik independen.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Adrian dengan nada penasaran, meskipun senyumnya mulai muncul.“Aku mendapat kabar dari Rian. Katanya kamu butuh bantuan tambahan. Jadi, aku datang,” jawab Danu sambil menepuk bahu Adrian. “Dan sepertinya kamu punya
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

BAB 36

Pagi itu datang dengan udara yang sejuk, tetapi suasana di rumah aman masih terasa tegang. Ancaman dari Arif, salah satu anak buah Rahman yang tersisa, menjadi pembicaraan utama. Ia mulai melancarkan aksinya dengan mengirim pesan-pesan ancaman kepada Adrian dan Kirana.Adrian membaca salah satu pesan itu dengan wajah serius. “Kalian pikir kalian aman? Pertarungan ini belum selesai,” tulis Arif dalam pesannya.Kirana yang duduk di dekat Adrian terlihat gelisah. “Dia benar-benar berani. Apa yang sebenarnya ia rencanakan?” tanyanya pelan.Rian, yang baru saja tiba membawa laporan, menjelaskan situasi terkini. “Arif sedang mengumpulkan sisa anak buah Rahman untuk melakukan serangan balasan. Informasi yang kami dapatkan menunjukkan bahwa ia nekat dan tidak peduli pada konsekuensi. Kita harus bertindak cepat.”Adrian mengangguk sambil berpikir. “Dia berbahaya, tapi kita tidak akan membiarkan dia menang. Kita harus mengambil langkah sebelum dia berhasil menyusun rencananya.”Adrian dan Rian
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

BAB 37

Kirana dan Adrian akhirnya tiba di sebuah kota kecil yang tenang di pinggiran pegunungan. Kota itu dipenuhi dengan rumah-rumah kayu sederhana, jalanan yang sepi, dan udara segar yang terasa menenangkan. Setelah semua kekacauan yang mereka alami, tempat ini seperti sebuah oase yang membawa ketenangan bagi jiwa mereka.Rumah baru mereka berada di ujung jalan kecil, dikelilingi kebun bunga liar yang tumbuh alami. Meskipun sederhana, rumah itu memancarkan kehangatan. Kirana langsung jatuh cinta dengan tempat itu.“Ini sempurna, Adrian,” katanya dengan senyum lebar. “Aku tidak pernah membayangkan kita bisa memiliki tempat seperti ini.”Adrian menggenggam tangannya, memandang ke arah rumah. “Aku hanya ingin kamu bahagia, Kirana. Dan aku rasa tempat ini adalah awal yang baik untuk kita.”Mereka mulai membongkar barang-barang yang mereka bawa, menyusun perabotan, dan membuat rumah itu menjadi lebih hidup.Hari-hari mereka di kota kecil itu dimulai dengan kesederhanaan. Kirana sering menghabis
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

BAB 38

Hari-hari di kedai baru itu berjalan lancar. Aroma kopi segar dan suara tawa pelanggan memenuhi ruang kecil yang telah mereka bangun bersama. Kirana menghabiskan pagi hari mempersiapkan resep minuman baru, sementara Adrian menangani logistik dan memastikan segala kebutuhan kedai terpenuhi. Kehidupan mereka yang kini lebih tenang memberi ruang bagi keduanya untuk merasakan kebahagiaan sederhana yang telah lama mereka cari.Namun, meskipun suasana terasa nyaman, Adrian selalu menjaga kewaspadaan. Di balik senyumnya, ia tetap memantau kabar tentang perkembangan kasus Rahman. Ia tahu ancaman belum sepenuhnya hilang, meskipun kondisi sudah jauh lebih aman.Suatu pagi, saat Adrian sedang duduk di teras kedai, seorang pelanggan tetap datang menghampiri. Seorang pria paruh baya dengan topi tua yang selalu membawa buku. “Adrian, kopi hari ini lebih nikmat dari biasanya. Apa ada rahasia baru?”Adrian tersenyum ramah. “Tidak ada rahasia, Pak. Mungkin karena suasana hati kami sedang baik.”Pria i
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

BAB 39

Pagi itu, Kirana sibuk di dapur kecil kedai, menyusun menu baru yang akan diluncurkan minggu depan. Sementara itu, Adrian sedang membantu seorang pelanggan tetap memperbaiki kursi kayu yang sedikit goyah di sudut ruangan. Suasana kedai seperti biasa, hangat dan ramah, dengan aroma kopi yang menggoda mengisi udara.Di tengah kesibukan, Rian, teman lama Adrian yang bekerja di bidang keamanan, datang berkunjung. Ia mengenakan jaket kulit dan senyum ramah yang selalu menjadi ciri khasnya.“Kirana, Adrian,” sapa Rian, melangkah masuk. “Tempat ini benar-benar luar biasa. Kalian berhasil menciptakan sesuatu yang istimewa.”Kirana tersenyum lebar. “Terima kasih, Rian. Kami hanya ingin tempat ini menjadi rumah bagi siapa saja yang datang.”Rian mengangguk, tetapi ada sesuatu di wajahnya yang menunjukkan bahwa ia memiliki tujuan lain selain hanya memuji. Setelah memesan kopi dan duduk, ia mengeluarkan sebuah map dari tasnya.“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” katanya serius. “Ini mungkin t
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

BAB 40

Hari demi hari, kedai Kirana dan Adrian semakin dikenal bukan hanya sebagai tempat menikmati kopi, tetapi juga sebagai ruang bagi mereka yang membutuhkan dukungan. Program “Ruang Harapan” mulai memberikan dampak nyata. Para peserta, yang sebelumnya datang dengan wajah penuh kecemasan, kini mulai menunjukkan senyuman.Salah satu kisah yang paling menyentuh adalah dari seorang remaja bernama Nisa. Ia awalnya datang dengan rasa takut dan rendah diri akibat pengalaman pahit yang ia alami. Namun, melalui sesi konseling dan seni yang diadakan di kedai, perlahan-lahan ia mulai membuka diri.“Terima kasih, Kak Kirana,” kata Nisa suatu sore. “Aku merasa seperti menemukan kembali diriku di sini.”Kirana merangkulnya dengan lembut. “Kamu adalah orang yang kuat, Nisa. Jangan pernah ragu untuk melangkah ke depan.”Adrian, yang memperhatikan dari kejauhan, merasa hatinya penuh kebanggaan. Ia tahu, mereka telah menciptakan sesuatu yang benar-benar berarti.Pada suatu pagi yang cerah, Rian datang den
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status