Share

BAB 34

Penulis: Amanda13
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 15:02:25

Matahari terbit perlahan di balik pepohonan, menyinari rumah aman yang kini menjadi tempat persembunyian sekaligus perlindungan terakhir mereka. Kirana terbangun dengan perasaan yang lebih ringan, meski tubuhnya masih lelah setelah hari-hari penuh ketegangan.

Adrian sedang berdiri di dekat jendela, memandangi pemandangan luar dengan secangkir kopi di tangannya. Ketika ia menyadari Kirana sudah terbangun, ia berbalik dan tersenyum.

“Selamat pagi,” katanya lembut.

“Selamat pagi,” balas Kirana, suaranya serak tetapi penuh kehangatan.

Adrian mendekat dan menyerahkan secangkir teh hangat. “Aku tahu kamu lebih suka teh di pagi hari.”

Kirana tersenyum kecil sambil mengambil cangkir itu. “Kamu benar-benar memperhatikanku, ya?”

“Selalu,” jawab Adrian tanpa ragu, membuat wajah Kirana memerah.

Mereka duduk di teras kecil rumah aman itu, menikmati kehangatan pagi. Burung-burung berkicau riang, seolah ikut merayakan ketenangan yang akhirnya mereka rasakan.

“Adrian,” Kirana mulai berbicara pelan, “
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 35

    Pagi itu, suasana rumah aman terasa berbeda. Adrian bangun lebih awal untuk memastikan kondisi sekitar tetap aman. Namun, ketika ia keluar ke halaman, sebuah mobil asing terparkir di depan gerbang. Ia segera waspada, meraih teleponnya untuk menghubungi Rian, tetapi sebelum ia sempat melakukan apa pun, seorang pria keluar dari mobil tersebut.“Adrian!” teriak pria itu dengan suara penuh semangat.Adrian mengernyit, berusaha mengenali sosok itu. Ketika pria itu mendekat, ia akhirnya sadar siapa yang berdiri di depannya. “Danu?”Pria itu mengangguk dengan senyum lebar. Danu adalah sahabat lama Adrian yang sudah lama tidak ia temui. Mereka pernah bekerja bersama di lapangan saat Adrian baru memulai kariernya sebagai penyelidik independen.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Adrian dengan nada penasaran, meskipun senyumnya mulai muncul.“Aku mendapat kabar dari Rian. Katanya kamu butuh bantuan tambahan. Jadi, aku datang,” jawab Danu sambil menepuk bahu Adrian. “Dan sepertinya kamu punya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 36

    Pagi itu datang dengan udara yang sejuk, tetapi suasana di rumah aman masih terasa tegang. Ancaman dari Arif, salah satu anak buah Rahman yang tersisa, menjadi pembicaraan utama. Ia mulai melancarkan aksinya dengan mengirim pesan-pesan ancaman kepada Adrian dan Kirana.Adrian membaca salah satu pesan itu dengan wajah serius. “Kalian pikir kalian aman? Pertarungan ini belum selesai,” tulis Arif dalam pesannya.Kirana yang duduk di dekat Adrian terlihat gelisah. “Dia benar-benar berani. Apa yang sebenarnya ia rencanakan?” tanyanya pelan.Rian, yang baru saja tiba membawa laporan, menjelaskan situasi terkini. “Arif sedang mengumpulkan sisa anak buah Rahman untuk melakukan serangan balasan. Informasi yang kami dapatkan menunjukkan bahwa ia nekat dan tidak peduli pada konsekuensi. Kita harus bertindak cepat.”Adrian mengangguk sambil berpikir. “Dia berbahaya, tapi kita tidak akan membiarkan dia menang. Kita harus mengambil langkah sebelum dia berhasil menyusun rencananya.”Adrian dan Rian

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 37

    Kirana dan Adrian akhirnya tiba di sebuah kota kecil yang tenang di pinggiran pegunungan. Kota itu dipenuhi dengan rumah-rumah kayu sederhana, jalanan yang sepi, dan udara segar yang terasa menenangkan. Setelah semua kekacauan yang mereka alami, tempat ini seperti sebuah oase yang membawa ketenangan bagi jiwa mereka.Rumah baru mereka berada di ujung jalan kecil, dikelilingi kebun bunga liar yang tumbuh alami. Meskipun sederhana, rumah itu memancarkan kehangatan. Kirana langsung jatuh cinta dengan tempat itu.“Ini sempurna, Adrian,” katanya dengan senyum lebar. “Aku tidak pernah membayangkan kita bisa memiliki tempat seperti ini.”Adrian menggenggam tangannya, memandang ke arah rumah. “Aku hanya ingin kamu bahagia, Kirana. Dan aku rasa tempat ini adalah awal yang baik untuk kita.”Mereka mulai membongkar barang-barang yang mereka bawa, menyusun perabotan, dan membuat rumah itu menjadi lebih hidup.Hari-hari mereka di kota kecil itu dimulai dengan kesederhanaan. Kirana sering menghabis

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 38

    Hari-hari di kedai baru itu berjalan lancar. Aroma kopi segar dan suara tawa pelanggan memenuhi ruang kecil yang telah mereka bangun bersama. Kirana menghabiskan pagi hari mempersiapkan resep minuman baru, sementara Adrian menangani logistik dan memastikan segala kebutuhan kedai terpenuhi. Kehidupan mereka yang kini lebih tenang memberi ruang bagi keduanya untuk merasakan kebahagiaan sederhana yang telah lama mereka cari.Namun, meskipun suasana terasa nyaman, Adrian selalu menjaga kewaspadaan. Di balik senyumnya, ia tetap memantau kabar tentang perkembangan kasus Rahman. Ia tahu ancaman belum sepenuhnya hilang, meskipun kondisi sudah jauh lebih aman.Suatu pagi, saat Adrian sedang duduk di teras kedai, seorang pelanggan tetap datang menghampiri. Seorang pria paruh baya dengan topi tua yang selalu membawa buku. “Adrian, kopi hari ini lebih nikmat dari biasanya. Apa ada rahasia baru?”Adrian tersenyum ramah. “Tidak ada rahasia, Pak. Mungkin karena suasana hati kami sedang baik.”Pria i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 39

    Pagi itu, Kirana sibuk di dapur kecil kedai, menyusun menu baru yang akan diluncurkan minggu depan. Sementara itu, Adrian sedang membantu seorang pelanggan tetap memperbaiki kursi kayu yang sedikit goyah di sudut ruangan. Suasana kedai seperti biasa, hangat dan ramah, dengan aroma kopi yang menggoda mengisi udara.Di tengah kesibukan, Rian, teman lama Adrian yang bekerja di bidang keamanan, datang berkunjung. Ia mengenakan jaket kulit dan senyum ramah yang selalu menjadi ciri khasnya.“Kirana, Adrian,” sapa Rian, melangkah masuk. “Tempat ini benar-benar luar biasa. Kalian berhasil menciptakan sesuatu yang istimewa.”Kirana tersenyum lebar. “Terima kasih, Rian. Kami hanya ingin tempat ini menjadi rumah bagi siapa saja yang datang.”Rian mengangguk, tetapi ada sesuatu di wajahnya yang menunjukkan bahwa ia memiliki tujuan lain selain hanya memuji. Setelah memesan kopi dan duduk, ia mengeluarkan sebuah map dari tasnya.“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” katanya serius. “Ini mungkin t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 40

    Hari demi hari, kedai Kirana dan Adrian semakin dikenal bukan hanya sebagai tempat menikmati kopi, tetapi juga sebagai ruang bagi mereka yang membutuhkan dukungan. Program “Ruang Harapan” mulai memberikan dampak nyata. Para peserta, yang sebelumnya datang dengan wajah penuh kecemasan, kini mulai menunjukkan senyuman.Salah satu kisah yang paling menyentuh adalah dari seorang remaja bernama Nisa. Ia awalnya datang dengan rasa takut dan rendah diri akibat pengalaman pahit yang ia alami. Namun, melalui sesi konseling dan seni yang diadakan di kedai, perlahan-lahan ia mulai membuka diri.“Terima kasih, Kak Kirana,” kata Nisa suatu sore. “Aku merasa seperti menemukan kembali diriku di sini.”Kirana merangkulnya dengan lembut. “Kamu adalah orang yang kuat, Nisa. Jangan pernah ragu untuk melangkah ke depan.”Adrian, yang memperhatikan dari kejauhan, merasa hatinya penuh kebanggaan. Ia tahu, mereka telah menciptakan sesuatu yang benar-benar berarti.Pada suatu pagi yang cerah, Rian datang den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 41

    Beberapa minggu setelah pembukaan cabang pertama “Ruang Harapan,” Kirana menerima sebuah email dari organisasi nirlaba internasional yang bekerja di bidang pemberdayaan komunitas. Mereka mengundangnya untuk berbicara di sebuah konferensi di Jakarta tentang perjalanan hidupnya, khususnya bagaimana ia menggunakan pengalaman pahit untuk membangun sesuatu yang bermakna.“Adrian, mereka ingin aku berbicara di depan umum!” kata Kirana dengan nada terkejut, menunjukkan email itu kepada Adrian.Adrian membaca dengan saksama sebelum menatap Kirana dengan bangga. “Kirana, ini luar biasa! Mereka melihat apa yang kamu lakukan dan terinspirasi oleh keberanianmu.”“Tapi… aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya. Berbicara di depan banyak orang? Itu menakutkan.”Adrian memegang kedua bahu Kirana, menatap matanya dengan penuh keyakinan. “Kamu bisa, Kirana. Ceritamu tidak hanya menginspirasi orang-orang di sekitar kita, tapi juga bisa mengubah hidup mereka yang mendengarnya. Ini adalah kesempatan b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 42

    Setelah sukses membuka cabang kedua “Ruang Harapan,” Kirana dan Adrian mulai fokus pada rencana ekspansi ke kota-kota lain. Mereka mengadakan diskusi rutin dengan komunitas lokal untuk memahami kebutuhan setiap daerah, sehingga setiap cabang bisa memberikan dampak yang nyata.Suatu hari, saat sedang mempersiapkan presentasi untuk investor, Kirana menerima undangan dari seorang tokoh masyarakat terkenal, Bapak Nugraha, yang dikenal sebagai pendukung pengembangan komunitas kecil.“Kirana, aku dengar banyak tentang ‘Ruang Harapan.’ Aku ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana konsep ini bisa diterapkan di daerah-daerah terpencil,” ujar Bapak Nugraha saat mereka bertemu di sebuah seminar.Kirana menjelaskan visi dan misinya dengan penuh semangat. Adrian, yang menemani, menambahkan beberapa ide tentang bagaimana mereka dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengelola kedai secara mandiri.“Ini luar biasa,” kata Bapak Nugraha. “Aku akan mendukung kalian untuk membuka cabang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 64

    Setelah berhasil membangun kolaborasi antar-desa dan memperkenalkan program pendidikan digital, Kirana dan Adrian menyadari bahwa fokus berikutnya adalah memastikan ketahanan komunitas dalam menghadapi perubahan global yang terus berkembang. Salah satu tantangan terbesar adalah perubahan iklim, yang mulai memengaruhi pola panen, sumber air, dan kestabilan ekonomi desa.“Kita harus mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian,” ujar Adrian dalam rapat bersama tim Ruang Harapan. “Ketahanan komunitas adalah kunci.”Langkah awal yang mereka ambil adalah memperkenalkan program pertanian berkelanjutan. Dengan menggandeng para ahli, mereka mengadakan pelatihan tentang penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti irigasi tetes, kompos organik, dan tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.Pak Budi, seorang petani kopi di Desa Asa, menjadi salah satu peserta pertama. “Awalnya saya ragu, tetapi setelah mencoba, saya melihat

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 63

    Setelah melihat dampak signifikan dari program Ruang Harapan di Desa Asa, Kirana dan Adrian mulai merancang langkah untuk menjangkau desa-desa yang lebih terpencil. Mereka sadar bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Infrastruktur yang minim, akses komunikasi yang sulit, dan jarak yang jauh menjadi tantangan besar. Namun, tekad mereka untuk membawa perubahan lebih luas terus membara.“Kita harus percaya bahwa di setiap desa, selalu ada potensi tersembunyi,” kata Adrian saat mempresentasikan rencana ekspansi mereka kepada tim.Desa pertama yang mereka tuju adalah Desa Langkat, yang terletak di perbukitan dengan akses jalan yang rusak parah. Perjalanan ke desa itu memakan waktu hampir sepuluh jam, tetapi setibanya di sana, mereka disambut dengan antusias oleh para warga yang telah mendengar kisah sukses Desa Asa.“Selamat datang di Desa Langkat,” kata seorang pemuda bernama Arga, yang kemudian menjadi perwakilan komunitas setempat. “Kami sudah menunggu kesempatan ini.”Kirana tersenyum.

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 62

    Setelah bertahun-tahun mengembangkan Ruang Harapan, Kirana dan Adrian akhirnya mencapai titik di mana program mereka mulai dikenal secara internasional. Sejumlah organisasi global mengundang mereka untuk berbagi pengalaman tentang pemberdayaan komunitas dan pengembangan desa berbasis kearifan lokal.Salah satu undangan datang dari sebuah konferensi besar di Eropa yang membahas pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Kirana awalnya ragu untuk menerima undangan itu. “Aku tidak terbiasa berbicara di depan banyak orang, apalagi di tingkat internasional,” katanya pada Adrian.“Tapi kamu adalah inti dari semua ini, Kirana,” ujar Adrian meyakinkan. “Tidak ada yang lebih tahu tentang perjalanan kita selain kamu.”Setelah berdiskusi panjang, Kirana akhirnya setuju untuk berbicara di konferensi tersebut. Ia menganggap ini sebagai kesempatan untuk membawa cerita komunitas mereka ke dunia yang lebih luas.Pada hari konferensi, Kirana berdiri di panggung

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 61

    Setelah berbagai pencapaian yang mereka raih, Kirana dan Adrian menyadari bahwa langkah berikutnya adalah memastikan keberlanjutan Ruang Harapan. Mereka mengadakan rapat besar bersama para pemimpin lokal dan tim inti untuk menyusun strategi jangka panjang.“Kita tidak hanya bisa bergantung pada semangat awal,” ujar Kirana dengan nada serius. “Kita perlu membangun sistem yang dapat berjalan meski tanpa keterlibatan langsung kita di masa depan.”Adrian menambahkan, “Langkah pertama adalah menciptakan struktur organisasi yang lebih solid. Kita butuh pemimpin lokal yang benar-benar memahami visi kita, dan yang terpenting, mampu menginspirasi orang lain.”Dalam diskusi tersebut, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga pelatihan kepemimpinan yang akan melatih generasi muda dari berbagai desa untuk mengambil peran sebagai pemimpin komunitas.Namun, tidak semua rencana berjalan mulus. Ketika Ruang Harapan mulai berkembang lebih besar, muncu

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 60

    Setelah bertahun-tahun membangun Ruang Harapan dari nol, Kirana dan Adrian akhirnya diundang untuk berbicara di sebuah konferensi internasional tentang pembangunan berkelanjutan di Jenewa, Swiss. Acara ini mempertemukan para pemimpin dari berbagai negara yang memiliki visi untuk menciptakan dunia yang lebih baik.“Ini kesempatan besar untuk membagikan kisah kita,” ujar Adrian dengan semangat.Namun, Kirana merasa gugup. “Apa yang bisa kita sampaikan di panggung sebesar itu? Kita hanya memulai dari desa kecil.”Adrian menggenggam tangannya. “Justru itu yang membuat cerita kita istimewa. Kita membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil.”Di konferensi tersebut, mereka berbicara tentang pentingnya melibatkan komunitas lokal dalam setiap proses pembangunan. Presentasi mereka, yang dilengkapi dengan cerita nyata dari desa-desa yang mereka bantu, mendapat tepuk tangan meriah dari audiens.Salah satu peserta dari sebuah organisasi internasional mendekati mereka setelah

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 59

    Setelah menanamkan fondasi kuat di komunitas yang mereka dampingi, Kirana dan Adrian menyadari bahwa keberlanjutan program bergantung pada semangat generasi muda. Di setiap desa yang mereka kunjungi, mereka mulai melihat potensi luar biasa di antara anak-anak muda yang penuh semangat dan kreativitas.“Kita harus memberi mereka ruang untuk berinovasi,” ujar Kirana saat rapat bersama tim. “Mereka adalah masa depan dari semua yang kita bangun.”Adrian mengusulkan pembentukan forum pemuda di setiap komunitas. Forum ini bertujuan untuk menampung ide-ide baru dan memberikan dukungan bagi generasi muda untuk memulai proyek mereka sendiri. Salah satu program awal adalah kompetisi inovasi desa, di mana para peserta diminta untuk menciptakan solusi kreatif bagi tantangan yang mereka hadapi.Di desa kopi, Fajar, seorang remaja yang sudah aktif dalam pelatihan sebelumnya, mengajukan ide unik untuk menciptakan aplikasi sederhana yang menghubungkan petani lokal dengan pembeli secara langsung. Ide i

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 58

    Setelah beberapa tahun membangun Ruang Harapan hingga mencapai keberhasilan yang dirasakan saat ini, Kirana dan Adrian merasa terpanggil untuk membawa visi mereka ke skala yang lebih besar. Namun, tantangan yang mereka hadapi pun semakin kompleks, terutama terkait manajemen organisasi yang semakin besar dan kebutuhan untuk mempertahankan budaya kerja yang inklusif di tengah pertumbuhan.“Aku merasa kita mulai kehilangan sentuhan personal dengan komunitas,” ungkap Kirana dalam rapat tim inti. “Aku takut kita terlalu fokus pada ekspansi dan lupa menjaga kedekatan dengan orang-orang yang telah kita bantu.”Adrian mengangguk setuju. “Itu memang risiko dari pertumbuhan. Tapi kita bisa mencari cara untuk memastikan setiap cabang tetap menjaga hubungan yang erat dengan komunitas mereka.”Untuk mengatasi hal ini, mereka memutuskan untuk membentuk tim khusus yang bertugas memperkuat hubungan dengan komunitas lokal. Tim ini akan bertugas mengumpulkan masukan langsung dari masyarakat dan memasti

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 57

    Dengan Ruang Harapan yang semakin berkembang, Kirana dan Adrian mulai memikirkan bagaimana mereka bisa menciptakan dampak yang lebih besar. Mereka ingin memastikan bahwa program-program mereka tidak hanya menyentuh komunitas kecil, tetapi juga mampu menjadi model pemberdayaan yang bisa diterapkan di berbagai tempat.“Adrian, aku merasa kita perlu mendokumentasikan semua proses yang telah kita lakukan. Supaya orang lain juga bisa belajar,” usul Kirana saat mereka berbincang di ruang kerja.Adrian mengangguk setuju. “Aku setuju. Kita bisa membuat panduan atau semacam manual tentang bagaimana membangun program pemberdayaan berbasis komunitas. Itu akan menjadi kontribusi kita untuk masyarakat luas.”Mereka mulai mengumpulkan catatan, foto, dan video dari perjalanan mereka selama membangun Ruang Harapan. Tim dokumentasi bekerja keras untuk menyusun buku panduan yang berisi langkah-langkah praktis, tantangan yang mereka hadapi, serta solusi yang telah mereka temukan.Sementara itu, program

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 56

    Setelah perayaan ulang tahun pertama Ruang Harapan, Kirana dan Adrian semakin fokus pada langkah-langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan proyek mereka. Namun, dengan pertumbuhan yang semakin pesat, muncul tantangan baru, terutama dalam hal menjaga konsistensi visi di setiap cabang.“Kita perlu memastikan bahwa setiap cabang tetap setia pada nilai-nilai Ruang Harapan,” ujar Kirana saat rapat tim manajemen. “Aku tidak ingin kita menjadi terlalu besar tetapi kehilangan arah.”Adrian menyarankan untuk mengadakan pelatihan intensif bagi para pemimpin cabang. “Kita harus menjadikan mereka penjaga visi ini, memastikan bahwa semangat Ruang Harapan selalu terjaga di setiap lokasi.”Pelatihan itu diadakan di akademi pelatihan baru yang mereka dirikan dengan bantuan pemerintah daerah. Selama beberapa minggu, para pemimpin cabang dari berbagai desa berkumpul untuk belajar tentang manajemen, komunikasi, dan nilai-nilai inti Ruang Harapan.Di salah satu sesi, Kirana berbicara tentang penti

DMCA.com Protection Status