Share

BAB 38

Penulis: Amanda13
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 08:11:22

Hari-hari di kedai baru itu berjalan lancar. Aroma kopi segar dan suara tawa pelanggan memenuhi ruang kecil yang telah mereka bangun bersama. Kirana menghabiskan pagi hari mempersiapkan resep minuman baru, sementara Adrian menangani logistik dan memastikan segala kebutuhan kedai terpenuhi. Kehidupan mereka yang kini lebih tenang memberi ruang bagi keduanya untuk merasakan kebahagiaan sederhana yang telah lama mereka cari.

Namun, meskipun suasana terasa nyaman, Adrian selalu menjaga kewaspadaan. Di balik senyumnya, ia tetap memantau kabar tentang perkembangan kasus Rahman. Ia tahu ancaman belum sepenuhnya hilang, meskipun kondisi sudah jauh lebih aman.

Suatu pagi, saat Adrian sedang duduk di teras kedai, seorang pelanggan tetap datang menghampiri. Seorang pria paruh baya dengan topi tua yang selalu membawa buku. “Adrian, kopi hari ini lebih nikmat dari biasanya. Apa ada rahasia baru?”

Adrian tersenyum ramah. “Tidak ada rahasia, Pak. Mungkin karena suasana hati kami sedang baik.”

Pria i
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 39

    Pagi itu, Kirana sibuk di dapur kecil kedai, menyusun menu baru yang akan diluncurkan minggu depan. Sementara itu, Adrian sedang membantu seorang pelanggan tetap memperbaiki kursi kayu yang sedikit goyah di sudut ruangan. Suasana kedai seperti biasa, hangat dan ramah, dengan aroma kopi yang menggoda mengisi udara.Di tengah kesibukan, Rian, teman lama Adrian yang bekerja di bidang keamanan, datang berkunjung. Ia mengenakan jaket kulit dan senyum ramah yang selalu menjadi ciri khasnya.“Kirana, Adrian,” sapa Rian, melangkah masuk. “Tempat ini benar-benar luar biasa. Kalian berhasil menciptakan sesuatu yang istimewa.”Kirana tersenyum lebar. “Terima kasih, Rian. Kami hanya ingin tempat ini menjadi rumah bagi siapa saja yang datang.”Rian mengangguk, tetapi ada sesuatu di wajahnya yang menunjukkan bahwa ia memiliki tujuan lain selain hanya memuji. Setelah memesan kopi dan duduk, ia mengeluarkan sebuah map dari tasnya.“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan,” katanya serius. “Ini mungkin t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 40

    Hari demi hari, kedai Kirana dan Adrian semakin dikenal bukan hanya sebagai tempat menikmati kopi, tetapi juga sebagai ruang bagi mereka yang membutuhkan dukungan. Program “Ruang Harapan” mulai memberikan dampak nyata. Para peserta, yang sebelumnya datang dengan wajah penuh kecemasan, kini mulai menunjukkan senyuman.Salah satu kisah yang paling menyentuh adalah dari seorang remaja bernama Nisa. Ia awalnya datang dengan rasa takut dan rendah diri akibat pengalaman pahit yang ia alami. Namun, melalui sesi konseling dan seni yang diadakan di kedai, perlahan-lahan ia mulai membuka diri.“Terima kasih, Kak Kirana,” kata Nisa suatu sore. “Aku merasa seperti menemukan kembali diriku di sini.”Kirana merangkulnya dengan lembut. “Kamu adalah orang yang kuat, Nisa. Jangan pernah ragu untuk melangkah ke depan.”Adrian, yang memperhatikan dari kejauhan, merasa hatinya penuh kebanggaan. Ia tahu, mereka telah menciptakan sesuatu yang benar-benar berarti.Pada suatu pagi yang cerah, Rian datang den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 41

    Beberapa minggu setelah pembukaan cabang pertama “Ruang Harapan,” Kirana menerima sebuah email dari organisasi nirlaba internasional yang bekerja di bidang pemberdayaan komunitas. Mereka mengundangnya untuk berbicara di sebuah konferensi di Jakarta tentang perjalanan hidupnya, khususnya bagaimana ia menggunakan pengalaman pahit untuk membangun sesuatu yang bermakna.“Adrian, mereka ingin aku berbicara di depan umum!” kata Kirana dengan nada terkejut, menunjukkan email itu kepada Adrian.Adrian membaca dengan saksama sebelum menatap Kirana dengan bangga. “Kirana, ini luar biasa! Mereka melihat apa yang kamu lakukan dan terinspirasi oleh keberanianmu.”“Tapi… aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya. Berbicara di depan banyak orang? Itu menakutkan.”Adrian memegang kedua bahu Kirana, menatap matanya dengan penuh keyakinan. “Kamu bisa, Kirana. Ceritamu tidak hanya menginspirasi orang-orang di sekitar kita, tapi juga bisa mengubah hidup mereka yang mendengarnya. Ini adalah kesempatan b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 42

    Setelah sukses membuka cabang kedua “Ruang Harapan,” Kirana dan Adrian mulai fokus pada rencana ekspansi ke kota-kota lain. Mereka mengadakan diskusi rutin dengan komunitas lokal untuk memahami kebutuhan setiap daerah, sehingga setiap cabang bisa memberikan dampak yang nyata.Suatu hari, saat sedang mempersiapkan presentasi untuk investor, Kirana menerima undangan dari seorang tokoh masyarakat terkenal, Bapak Nugraha, yang dikenal sebagai pendukung pengembangan komunitas kecil.“Kirana, aku dengar banyak tentang ‘Ruang Harapan.’ Aku ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana konsep ini bisa diterapkan di daerah-daerah terpencil,” ujar Bapak Nugraha saat mereka bertemu di sebuah seminar.Kirana menjelaskan visi dan misinya dengan penuh semangat. Adrian, yang menemani, menambahkan beberapa ide tentang bagaimana mereka dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengelola kedai secara mandiri.“Ini luar biasa,” kata Bapak Nugraha. “Aku akan mendukung kalian untuk membuka cabang di

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 43

    Setelah beberapa minggu berdiskusi dan merencanakan, Adrian dan Kirana akhirnya memutuskan untuk memulai proyek cabang baru di daerah pegunungan, seperti yang Kirana impikan. Lokasinya dipilih dengan hati-hati—di atas bukit kecil dengan pemandangan lembah hijau yang membentang hingga cakrawala.“Kirana, lihat ini,” ujar Adrian saat mereka berdiri di lokasi yang akan menjadi kedai baru mereka. “Bayangkan tempat ini dengan teras kayu, meja-meja kecil, dan lampu gantung yang menerangi malam. Ini akan menjadi tempat yang sempurna.”Kirana mengangguk, matanya berbinar. “Aku sudah bisa membayangkannya, Adrian. Orang-orang akan datang ke sini bukan hanya untuk menikmati kopi, tapi juga untuk menemukan kedamaian.”Mereka memulai pembangunan dengan melibatkan penduduk lokal. Anak-anak muda dari desa setempat bergabung, membawa kayu, membantu membangun fondasi, dan menyumbangkan ide-ide kreatif untuk membuat kedai itu terasa seperti bagian dari komunitas mereka.Dika, yang kini menjadi salah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 44

    Hari-hari berlalu, dan kabar tentang kedai mereka menyebar semakin luas. Kedai kecil di pegunungan itu menjadi perbincangan banyak orang, tidak hanya karena suasananya yang menenangkan, tetapi juga karena nilai-nilai kebersamaan yang diusung Kirana dan Adrian.Suatu pagi, Kirana menerima sebuah pesan melalui email. Pesan itu berasal dari seorang penyelenggara acara wirausaha sosial.“Selamat pagi, Ibu Kirana,” bunyi email tersebut. “Kami sangat terinspirasi oleh cerita ‘Ruang Harapan’ yang telah membawa perubahan nyata di komunitas lokal. Kami ingin mengundang Anda untuk menjadi pembicara dalam seminar bertema ‘Membangun Harapan di Tengah Tantangan.’”Kirana membaca email itu dengan perasaan bercampur aduk. Ia merasa tersanjung, tetapi juga gugup. “Adrian, aku tidak pernah berbicara di depan banyak orang sebelumnya. Bagaimana kalau aku tidak cukup baik?”Adrian tersenyum sambil menyandarkan diri di kursi. “Kirana, kamu sudah melakukan sesuatu yang luar biasa. Semua yang kamu katakan b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 45

    Setelah menyelesaikan pelatihan di desa kecil, Kirana dan Adrian mulai membahas langkah-langkah strategis untuk membawa “Ruang Harapan” ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka menyadari bahwa potensi konsep ini jauh melampaui apa yang mereka bayangkan sebelumnya.“Kirana,” ujar Adrian suatu pagi di ruang kerja mereka, “aku berpikir, bagaimana kalau kita mulai memperkenalkan konsep ini ke kota-kota besar? Kita bisa menjangkau lebih banyak orang dan membangun jaringan yang lebih luas.”Kirana mengangguk sambil memutar pena di tangannya. “Aku setuju, Adrian. Tapi aku ingin memastikan bahwa esensi dari ‘Ruang Harapan’ tetap terjaga. Aku tidak ingin tempat ini kehilangan sentuhan personalnya hanya karena kita berkembang terlalu cepat.”Adrian tersenyum. “Itulah yang selalu membuatku yakin kita bisa melakukannya. Kamu selalu fokus pada inti dari apa yang kita lakukan.”Mereka memutuskan untuk mengundang beberapa mitra potensial untuk mendiskusikan ide tersebut. Dalam waktu singkat, rencana per

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 46

    Kirana dan Adrian memulai hari dengan suasana hati yang penuh semangat. Setelah sukses dengan cabang pertama di kota besar, mereka berencana mengembangkan “Ruang Harapan” ke daerah yang lebih terpencil. Namun, mereka sadar bahwa langkah ini akan membutuhkan lebih banyak persiapan, tenaga, dan komitmen.“Kita harus memilih lokasi dengan hati-hati,” ujar Adrian saat mereka duduk di ruang kerja, memeriksa peta wilayah. “Daerah yang kita pilih harus benar-benar membutuhkan tempat seperti ‘Ruang Harapan.’”Kirana mengangguk sambil memandangi daftar lokasi potensial. “Aku ingin kita membuka cabang di sebuah desa pegunungan. Di sana, banyak orang yang merasa terisolasi dari dunia luar. Kita bisa membawa lebih dari sekadar kedai kopi—kita bisa membawa koneksi dan harapan.”Adrian tersenyum, merasa terinspirasi oleh visi Kirana. “Itu ide yang bagus. Mari kita mulai dengan survei lokasi dan berbicara langsung dengan penduduk setempat. Kita harus memastikan bahwa apa yang kita lakukan benar-bena

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 68

    Setelah sukses memantapkan program Kampung Mandiri, Kirana dan Adrian mulai menyadari pentingnya membangun struktur komunitas yang lebih kokoh. Mereka memutuskan untuk membentuk dewan desa mandiri di setiap desa binaan, yang terdiri dari perwakilan masyarakat, tokoh adat, dan generasi muda.“Kita butuh sistem yang bisa berjalan bahkan tanpa kehadiran kita,” ujar Adrian dalam pertemuan bersama para pemimpin komunitas. “Desa-desa ini harus mampu mengelola dirinya sendiri.”Kirana menambahkan, “Kita hanya menanam benih, tapi akarnya harus tumbuh dari kekuatan komunitas itu sendiri.”Dewan desa ini bertugas mengawasi program-program yang sedang berjalan, memastikan pembagian sumber daya yang adil, dan memberikan pelatihan kepemimpinan bagi anggota baru. Dengan adanya dewan ini, desa-desa binaan menjadi lebih mandiri dalam mengambil keputusan dan menjalankan program mereka.Selain itu, Kirana dan Adrian mulai memperkenalkan konsep keberlanjutan da

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 67

    Setelah keberhasilan Kampung Mandiri di desa percontohan, Kirana dan Adrian mulai menerima undangan dari desa-desa lain yang ingin mengadopsi konsep serupa. Mereka membentuk tim penggerak yang bertugas untuk melatih pemimpin lokal dan memastikan setiap program disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap desa.“Kita harus memastikan bahwa setiap desa memiliki kemandirian dalam menjalankan program ini,” kata Adrian dalam sebuah rapat dengan timnya. “Bukan hanya menyalin apa yang sudah kita lakukan, tetapi menciptakan solusi yang benar-benar relevan bagi mereka.”Untuk itu, Kirana dan Adrian memperkenalkan konsep Jembatan Komunitas, sebuah program di mana desa-desa yang telah sukses menjadi mentor bagi desa-desa baru. Program ini memungkinkan pengetahuan dan pengalaman mengalir dari satu komunitas ke komunitas lain, memperkuat rasa solidaritas di antara mereka.“Dengan begini, setiap desa bisa saling mendukung,” jelas Kirana. “Dan kita menciptakan jaringan yang saling menguatkan.”Adrian, y

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 66

    Setelah sukses dengan berbagai inisiatif, Kirana dan Adrian memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Mereka meluncurkan proyek baru yang mereka beri nama “Kampung Mandiri.” Proyek ini bertujuan untuk menciptakan komunitas yang sepenuhnya mandiri dalam hal ekonomi, pendidikan, dan lingkungan. “Kita ingin setiap desa bisa menjadi pusat perubahan,” jelas Adrian kepada timnya. “Bukan hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga penggerak bagi desa-desa di sekitarnya.” Sebagai langkah awal, mereka memilih tiga desa percontohan yang memiliki potensi besar namun menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Setiap desa diberikan kesempatan untuk menentukan prioritas mereka sendiri, apakah itu pengembangan usaha lokal, pendidikan, atau pelestarian lingkungan. “Kampung Mandiri ini bukan tentang kita,” kata Kirana dalam pertemuan dengan para pemimpin desa. “Tapi tentang bagaimana kalian, sebagai komunitas, mengambil kendali atas masa depan kalian sendiri.”

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 65

    Setelah keberhasilan konferensi pertama Ruang Harapan, Kirana dan Adrian memutuskan untuk memfokuskan tahun berikutnya pada memperkuat jaringan antar komunitas. Mereka percaya bahwa berbagi pengalaman dan praktik terbaik antara desa-desa yang tergabung dalam program akan mempercepat kemajuan secara kolektif.“Kita harus membuat mereka merasa bahwa mereka tidak sendiri,” kata Adrian saat diskusi dengan tim. “Jika satu desa menemukan cara yang berhasil, desa lain juga bisa belajar darinya.”Mereka memulai inisiatif ini dengan mengadakan program pertukaran antar komunitas. Dalam program ini, warga dari satu desa akan mengunjungi desa lain untuk mempelajari cara kerja program mereka. Sebagai contoh, petani kopi dari Desa Asa mengunjungi petani kakao di Desa Citra untuk mempelajari teknik fermentasi yang lebih efisien.Pak Darman, salah satu petani kopi, merasa terinspirasi setelah kunjungan tersebut. “Saya pikir saya sudah tahu segalanya tentang kopi. Tapi ter

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 64

    Setelah berhasil membangun kolaborasi antar-desa dan memperkenalkan program pendidikan digital, Kirana dan Adrian menyadari bahwa fokus berikutnya adalah memastikan ketahanan komunitas dalam menghadapi perubahan global yang terus berkembang. Salah satu tantangan terbesar adalah perubahan iklim, yang mulai memengaruhi pola panen, sumber air, dan kestabilan ekonomi desa.“Kita harus mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian,” ujar Adrian dalam rapat bersama tim Ruang Harapan. “Ketahanan komunitas adalah kunci.”Langkah awal yang mereka ambil adalah memperkenalkan program pertanian berkelanjutan. Dengan menggandeng para ahli, mereka mengadakan pelatihan tentang penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti irigasi tetes, kompos organik, dan tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.Pak Budi, seorang petani kopi di Desa Asa, menjadi salah satu peserta pertama. “Awalnya saya ragu, tetapi setelah mencoba, saya melihat

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 63

    Setelah melihat dampak signifikan dari program Ruang Harapan di Desa Asa, Kirana dan Adrian mulai merancang langkah untuk menjangkau desa-desa yang lebih terpencil. Mereka sadar bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Infrastruktur yang minim, akses komunikasi yang sulit, dan jarak yang jauh menjadi tantangan besar. Namun, tekad mereka untuk membawa perubahan lebih luas terus membara.“Kita harus percaya bahwa di setiap desa, selalu ada potensi tersembunyi,” kata Adrian saat mempresentasikan rencana ekspansi mereka kepada tim.Desa pertama yang mereka tuju adalah Desa Langkat, yang terletak di perbukitan dengan akses jalan yang rusak parah. Perjalanan ke desa itu memakan waktu hampir sepuluh jam, tetapi setibanya di sana, mereka disambut dengan antusias oleh para warga yang telah mendengar kisah sukses Desa Asa.“Selamat datang di Desa Langkat,” kata seorang pemuda bernama Arga, yang kemudian menjadi perwakilan komunitas setempat. “Kami sudah menunggu kesempatan ini.”Kirana tersenyum.

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 62

    Setelah bertahun-tahun mengembangkan Ruang Harapan, Kirana dan Adrian akhirnya mencapai titik di mana program mereka mulai dikenal secara internasional. Sejumlah organisasi global mengundang mereka untuk berbagi pengalaman tentang pemberdayaan komunitas dan pengembangan desa berbasis kearifan lokal.Salah satu undangan datang dari sebuah konferensi besar di Eropa yang membahas pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Kirana awalnya ragu untuk menerima undangan itu. “Aku tidak terbiasa berbicara di depan banyak orang, apalagi di tingkat internasional,” katanya pada Adrian.“Tapi kamu adalah inti dari semua ini, Kirana,” ujar Adrian meyakinkan. “Tidak ada yang lebih tahu tentang perjalanan kita selain kamu.”Setelah berdiskusi panjang, Kirana akhirnya setuju untuk berbicara di konferensi tersebut. Ia menganggap ini sebagai kesempatan untuk membawa cerita komunitas mereka ke dunia yang lebih luas.Pada hari konferensi, Kirana berdiri di panggung

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 61

    Setelah berbagai pencapaian yang mereka raih, Kirana dan Adrian menyadari bahwa langkah berikutnya adalah memastikan keberlanjutan Ruang Harapan. Mereka mengadakan rapat besar bersama para pemimpin lokal dan tim inti untuk menyusun strategi jangka panjang.“Kita tidak hanya bisa bergantung pada semangat awal,” ujar Kirana dengan nada serius. “Kita perlu membangun sistem yang dapat berjalan meski tanpa keterlibatan langsung kita di masa depan.”Adrian menambahkan, “Langkah pertama adalah menciptakan struktur organisasi yang lebih solid. Kita butuh pemimpin lokal yang benar-benar memahami visi kita, dan yang terpenting, mampu menginspirasi orang lain.”Dalam diskusi tersebut, mereka memutuskan untuk mendirikan sebuah lembaga pelatihan kepemimpinan yang akan melatih generasi muda dari berbagai desa untuk mengambil peran sebagai pemimpin komunitas.Namun, tidak semua rencana berjalan mulus. Ketika Ruang Harapan mulai berkembang lebih besar, muncu

  • Cinta Di Tengah Deadline   BAB 60

    Setelah bertahun-tahun membangun Ruang Harapan dari nol, Kirana dan Adrian akhirnya diundang untuk berbicara di sebuah konferensi internasional tentang pembangunan berkelanjutan di Jenewa, Swiss. Acara ini mempertemukan para pemimpin dari berbagai negara yang memiliki visi untuk menciptakan dunia yang lebih baik.“Ini kesempatan besar untuk membagikan kisah kita,” ujar Adrian dengan semangat.Namun, Kirana merasa gugup. “Apa yang bisa kita sampaikan di panggung sebesar itu? Kita hanya memulai dari desa kecil.”Adrian menggenggam tangannya. “Justru itu yang membuat cerita kita istimewa. Kita membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil.”Di konferensi tersebut, mereka berbicara tentang pentingnya melibatkan komunitas lokal dalam setiap proses pembangunan. Presentasi mereka, yang dilengkapi dengan cerita nyata dari desa-desa yang mereka bantu, mendapat tepuk tangan meriah dari audiens.Salah satu peserta dari sebuah organisasi internasional mendekati mereka setelah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status