Home / Romansa / SEBELUM BERPISAH / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of SEBELUM BERPISAH: Chapter 101 - Chapter 110

122 Chapters

101. I Love You 3

"Coba kalau dokter Hendy jahat, apa Mas nggak tambah nyesel misahin El sama Rizal. Rizal itu laki-laki yang tahu tanggungjawabnya sebagai lelaki. Dia bekerja keras agar bisa menafkahi dan memantaskan diri buat, El. Sayangnya kita nggak ngasih kesempatan ke dia."Semua sudah terjadi. Yang kusesali cuman cacian Mas pada mereka. Nggak habis pikir aku, Mas." Hasna bangkit dari kursi meja rias, hendak berbaring di ranjang. Namun Arman meraih dan memeluknya. "Maafkan aku, Ma.""Sudahlah, Mas. Aku mau tidur!" Hasna melepaskan tangan sang suami dengan paksa, kemudian berbaring di sisi ranjang yang lain.Arman diam membeku. Ya, dia sadar sudah keterlaluan selama ini. Terbayang jelas wajah Bu Salima yang teduh, tanpa kebencian dan dendam. Kemudian terbayang almarhumah ibunya juga. Arman menangis. Tubuhnya terguncang pelan. Hasna tahu, tapi dia memilih diam. Biar suaminya menyesal dan introspeksi diri.***L***Kabar kehamilan Elvira disambut suka cita oleh dua keluarga. Bu Putri meminta anak dan
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

102. Menjaga Hati 1

SEBELUM BERPISAH - Menjaga Hati Hendy berdiri di sisi meja operasi, menyiapkan alat-alat anestesi sambil memperhatikan monitor yang menampilkan tanda-tanda vital pasien. Di seberangnya, dokter Herlina tampak sibuk dengan persiapan terakhir sebagai dokter kandungan yang akan memimpin operasi caesar kali ini.Herlina jadi serba salah melihat Hendy bersikap tenang. Sekarang hubungan mereka terasa asing. Pria itu sudah tidak pernah berinteraksi dengan Herlina lagi selain masalah pekerjaan. Saat Herlina sibuk melakukan proses pembedahan, pikiran Hendy melayang ke Elvira. Delapan bulan lagi anaknya lahir. Caesar atau normal? Apa dia akan masuk ruangan ini sebagai tim medis sekaligus suami pasien? Atau hanya seorang suami yang menunggu istrinya melahirkan?Dia berdoa supaya Elvira nanti melahirkan secara normal saja. Mengingat sang istri susah minum obat.Belum apa-apa, pikiran Hendy sudah diliputi ketegangan. Dia sudah terbiasa menghadapi proses kelahiran di kamar operasi. Namun kelahir
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

103. Menjaga Hati 2

Sore itu hujan turun cukup deras. Elvira sudah mandi, salat asar, dan menyusun pakaian yang baru diambilnya dari laundry ke dalam lemari.Sekarang waktunya ke dapur. Ingin masak ca kangkung sama menggoreng ikan bawal. Namun baru selesai mencuci ikan, ponsel yang ditaruh di atas meja berdering. "Assalamu'alaikum, Mas.""Wa'alaikumsalam. Kamu sudah di rumah?""Iya. Ini mau masak.""Honey, mas minta maaf. Sepertinya mas akan pulang telat malam ini. Sebab ada operasi darurat. Mas usahakan, setelah selesai langsung pulang.""Oh ... iya. Nggak apa-apa, Mas.""Kalau mas pulang nanti, pengen dibawain apa?""Nggak ada. Aku lagi nggak pengen apa-apa.""Beneran?""Iya.""Ya sudah kalau begitu. Mas tutup dulu, ya. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Elvira memasukkan kembali sayuran ke dalam kulkas. Urung memasak daripada nanti tidak di makan. Hendy pasti pulang lewat dari jam sembilan malam. Nanti dirinya makan pakai sambal dan kerupuk saja.Sabar, El. Dia harus membiasakan diri seperti ini.
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

104. Menjaga Hati 3

Rizal terharu. Dia mengangguk dan mengucapkan banyak terima kasih. Apa karena hal ini, Pak Bahtiar memintanya untuk menjemput di bandara?Pesanan di antar dan mereka langsung makan tanpa percakapan."Kamu kaget saya suruh jemput di bandara?" Pak Bahtiar bertanya seraya mengelap bibirnya menggunakan tisu."Jujur saja, iya Pak.""Ada hal yang ingin saya sampaikan ke kamu." Lelaki berkacamata itu mencondongkan tubuh agak ke depan. Terlihat sangat serius."Kamu punya pacar?" Pertanyaan yang sungguh mengagetkan bagi Rizal."Nggak, Pak.""Serius?""Iya." Pak Bahtiar manggut-manggut. Ia percaya pada Rizal. Dilihat dari wajahnya saja, dia laki-laki yang sangat jujur. "Saya ingin ngenalin kamu sama putri bungsu saya. Namanya Arsita."Rizal terkejut. Benarkah yang ia dengar? Lelaki kaya seperti Pak Bahtiar bilang terus terang, ingin mengenalkan sang anak padanya? Siapalah dirinya jika dibandingkan dengan Pak Bahtiar yang kaya raya. "Usia Arsita sama denganmu. Dua puluh enam tahun. Dia Sarjan
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

105. Dilema 1

SEBELUM BERPISAH- DilemaUntuk apa Rizal mengirimkan fotonya dengan Elvira ke emailnya? Ini foto kapan? Terlihat foto saat mereka masih pacaran. Lalu saat mereka makan berdua di sebuah restoran. Kalau yang ini, jelas foto baru.Dada Hendy sempat bergemuruh hingga akhirnya dia menyadari sesuatu. Dahinya mengernyit tajam. Dia tidak percaya Rizal melakukan hal itu. Kalaupun mau mengambil Elvira kembali, pasti sudah dilakukan saat beberapa kali menolong istrinya kala itu. Bahkan dia merahasiakan darinya Elvira, saat Rizal membawanya ke klinik.Lagipula, foto saat di restoran diambil diam-diam dari tempat tersembunyi yang jaraknya lumayan. Baik Elvira atau pun Rizal tidak menyadarinya. Dari sini saja bisa ditebak, kalau bukan email asli lelaki itu.Lalu siapa yang menggunakan foto profil dan email dengan namanya rizal856@gmail.com. Hendy memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Kembali melangkah ke parkiran. Tidak perlu meladeni hal-hal begini. Hendy bisa menebak siapa yang melakukannya.
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

106. Dilema 2

Hendy memeluk istrinya erat, seolah ingin memastikan bahwa Elvira sangat berharga. Kemudian mencium kening, lalu melanjutkan ke pipi, dan akhirnya bertemu dengan bibir Elvira. Ciuman yang lembut. Hendy melakukan dengan hati-hati, menyadari kondisi kehamilan Elvira yang perlu dijaga.Elvira memejamkan mata. Menikmati sentuhan sang suami yang membawanya kembali berkelana.Malam itu bukan hanya tentang keintiman, tetapi juga tentang cara untuk menguatkan hubungan antara mereka. Hendy merasa seluruh dunianya hanya berputar di sekitar perempuan ini saja sekarang.***L***Pagi itu gerimis turun. Akhir tahun selalunya seperti ini. Curah hujan sangat tinggi. Rizal masih duduk di bangku kayu setelah selesai membenahi motor bututnya. Motor yang penuh kenangan. Sang ibu membelikannya setelah menabung bertahun-tahun dan ditambahi uang upahnya menjadi kuli bangunan. Dengan motor itu, ia sering memboceng Elvira.Lelaki itu melamun memandang gerimis. "Semua sudah tak sama lagi," gumamnya dalam ha
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

107. Dilema 3

Hendy menurunkan kopernya dari bagasi mobil, sementara di kejauhan tampak kerlap kerlip lampu di permukaan bukit-bukit Pandaan. Udara dingin pegunungan menyusup, menyejukkan, mengusir penat dari hiruk pikuk kota yang baru saja mereka tinggalkan. Sengaja Hendy mengajak istrinya staycation. Berangkat malam itu juga, sepulangnya dia dari rumah sakit. Semoga malam ini sampai besok tidak ada panggilan darurat. Kalau pun ada, dokter Edy sudah standby."Honey, kita masuk."Elvira yang asyik menikmati pemandangan malam kota Pandaan tersenyum. Lantas menyambut tangan suaminya yang terulur."Mas sengaja pilih tempat ini. Supaya kita bisa istirahat dan refreshing," kata Hendy, menaruh kopernya di sudut ruangan kamar hotel.Elvira duduk di sofa. Ia mengusap perutnya pelan. "Mas, baik sekali. Terima kasih.""Baru sadar ya, kalau suamimu ini baik dan ganteng." Hendy mendekat, duduk di sebelahnya, dan menggenggam tangan Elvira dengan lembut. Lalu mengusap perut istrinya. Hendy tidak akan pernah me
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

108. Keputusan 1

SEBELUM BERPISAH - Keputusan "El," panggil Ranty membuka pintu ruangan sahabatnya. Kosong. Elvira ke mana?Tas Elvira juga tidak ada. Ranty tergesa keluar dan bertanya pada staf di resepsionis. "Mbak, ngelihat Mbak Elvira, nggak?""Oh, Mbak El-nya pulang, Mbak. Tadi tergesa-gesa. Bilang kalau lagi nggak enak badan. Saya baru saja mau ke ruang meeting untuk ngasih tahu ke Mbak Ranty dan Pak Rizal."Dahi Ranty mengernyit heran. Kenapa Elvira tidak pamit padanya. Atau ke ruang meeting sejenak untuk menemui Rizal. Padahal tadi dia sudah tahu kalau Rizal mau datang. Dan waktu datang tadi Elvira tampak sehat-sehat saja dan sempat ngobrol dengannya.Ranty melangkah ke ruang meeting. Rizal heran melihatnya datang sendirian. "Mana El, Ran.""Bentar." Ranty meraih ponsel untuk menelepon sahabatnya. Ternyata sudah ada pesan masuk dari Elvira.[Ran, maafkan aku. Aku buru-buru pulang dan nggak sempat nemui kalian. Badanku lemas. Kamu saja yang nemui Rizal untuk membahas renovasi gedung di Sidoar
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

109. Keputusan 2

"Iya, Mas. Aku di rumah sekarang.""Kenapa? Kamu sakit?" Suara Hendy sarat rasa khawatir."Nggak. Emang lagi longgar saja. Makanya aku pulang. Nanti sibuk lagi di awal tahun." Elvira berbohong. Berusaha menyeimbangkan suaranya supaya Hendy tidak tahu kalau dirinya habis menangis. Eh, tapi bagaimana kalau Hendy bertanya pada Ranty?"Beneran karena itu?""Aku memang pengen istirahat di rumah. Pas nggak ada kerjaan juga. Jadi aku ngasih alasan pusing ke Ranty, Mas." Elvira tertawa kecil untuk hal yang sama sekali tidak lucu. Juga untuk menutupi kegundahannya karena membohongi Hendy."Kamu naik taksi tadi? Kenapa nggak nelepon Mas Asep saja untuk menjemput.""Nggak, Mas. Nanti kelamaan nunggu. Mesti ngambil mobil ke rumah dulu, baru menjemputku. Oh ya, aku mau masak. Bikin ayam kremes. Hari ini Mas pulang jam berapa?""Kalau sesuai jadwal. Sore mas sudah sampai di rumah.""Baiklah, kutunggu.""Oke. Nanti mas telepon lagi. Mas mau ke ICU sebentar, terus ke ruang bedah.""Iya.""Assalamu'al
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

110. Keputusan 3

Demi menjaga hubungan baiknya dengan Ranty, terpaksa ia berhenti kerja. Agar tidak sering bertemu Rizal juga. Sudah selayaknya ia menjauh, agar Rizal pun bisa membuka hati untuk insan baru. Soal impiannya, Elvira sudah mengikhlaskan. Seharian tadi dia berpikir dalam-dalam tentang hal itu.Tentang tanggungjawabnya pada pembangunan gedung baru, bisa ia limpahkan pada Ranty atau staf lain. Toh itu bukan pekerjaan yang susah. Hanya sekedar mengawasi dan berinteraksi dengan Rizal sebagai arsiteknya saja.Sekalipun ekspresi Elvira terlihat serius meyakinkannya, tapi Hendy tetap merasa ada sesuatu yang terjadi. Apa perlu ia menelepon Ranty untuk bertanya?"Mas masih ingat kalau kamu ingin memiliki brand tersendiri. Mas dukung kamu untuk merintis usaha sendiri. Mas akan mensupport secara materi juga.""Nggak semudah itu, Mas. Untuk buka usaha aku juga harus punya banyak pengalaman dan koneksi. Nanti, mungkin. Sekarang aku mau fokus sama rumah tangga kita."Hendy tersenyum bahagia. Meski keput
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status