All Chapters of SOPIR PRIBADIKU TERNYATA MILIARDER: Chapter 21 - Chapter 30

36 Chapters

Bab 21: Perang Bayangan

Malam itu terasa lebih kelam dari biasanya. Adrian duduk di depan meja panjang di markas kecil mereka, matanya tertuju pada layar holografik yang memancarkan diagram kompleks. Data yang mereka curi dari fasilitas Leon memberikan banyak informasi, tetapi juga membuka kenyataan pahit. Proyek Omega bukan sekadar teknologi eksperimental, melainkan senjata global yang dapat mengguncang dunia. Keira berdiri di dekat jendela, menatap kota yang sunyi di bawah mereka. "Semua ini terlalu besar, Adrian. Kita tidak hanya melawan Leon, tapi juga sebuah sistem." Adrian menghela napas panjang, menggenggam kepalanya yang terasa berat. "Aku tahu. Tapi jika kita tidak melakukannya, siapa lagi? Leon akan memanfaatkan teknologi ini untuk memonopoli kekuatan dunia." Victor, yang sibuk dengan perangkatnya, akhirnya angkat bicara. "Bukan hanya Leon. Aku menemukan indikasi bahwa Aegis juga ingin mengontrol teknologi ini. Mereka tidak berbeda jauh. Mereka mungkin menggunakan pendekatan yang lebih halus, t
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 22: Bayang-Bayang yang Mempersempit

Kegelapan menyelimuti gudang tua itu. Bau logam berkarat bercampur debu menyeruak di setiap sudut. Adrian berdiri diam di tengah ruangan, tangan kanannya meremas sebuah flash drive kecil yang baru saja mereka selamatkan dari jebakan Leon. Napasnya terdengar berat, tetapi matanya penuh dengan api yang sulit dipadamkan.Victor berdiri tak jauh, jari-jarinya sibuk mengetuk layar holografik yang memproyeksikan data baru. Wajahnya memancarkan kegelisahan, sementara matanya terus bergerak dari satu baris kode ke baris berikutnya.“Adrian, aku menemukan sesuatu...” bisiknya, suara rendah itu seperti enggan memecah keheningan.Keira, yang duduk bersandar di dinding dengan lutut tertarik ke dada, mendongak. Rambut cokelatnya kusut, dan bekas goresan di pelipisnya masih memerah. Namun, matanya tak lagi menunjukkan kelelahan—hanya tekad yang keras kepala.“Apa itu?” Adrian berbalik, tatapannya tajam seperti pisau.Victor menggeser layar, memperbesar peta jaringan fasilitas Leon. “Data ini menunj
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 23: Api di Dalam Bayangan

Lampu jalan yang remang-remang mengiringi kendaraan mereka meluncur di malam yang pekat. Mesin berdengung lembut, tetapi suasana di dalamnya penuh ketegangan. Adrian duduk di kursi pengemudi, tangannya mencengkeram setir lebih erat dari biasanya. Wajahnya terlihat tenang, tetapi matanya lurus ke depan, menyembunyikan gejolak di pikirannya.Keira, yang duduk di sampingnya, memegang alat pelindung kecil di pangkuannya. Sesekali, ia melirik ke arah Adrian, mencoba menebak apa yang ada di pikirannya. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa. Diam-diam, ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk menantang atau meredakan ketegangan.Di belakang, Victor menatap layar holografiknya, memindai data yang baru saja mereka ambil. Wajahnya tegang setiap kali ia menemukan sesuatu yang janggal."Ini tidak masuk akal," gumam Victor, suaranya hampir tenggelam dalam dengungan mesin.Adrian mengerutkan kening, tetapi tidak melepaskan pandangannya dari jalan. "Apa maksudmu?"Victor mengangkat wajah, menunjukkan p
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 24: Bayangan di Balik Kebenaran

Ruang kontrol itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya layar holografik yang memantulkan bayangan ke dinding baja. Keira berdiri dengan tubuh tegang, jemarinya masih menggenggam alat pelindung dengan erat. Matanya terpaku pada pria tua di hadapannya, tetapi pikirannya berputar, mencoba memahami apakah kata-kata pria itu sekadar tipu muslihat atau kebenaran.Victor berdiri sedikit di belakangnya, diam namun siaga. Suara mesin di sekitar mereka berdengung pelan, seakan menjadi pengingat bahwa waktu terus berjalan, dan mereka tidak punya banyak."Siapa namamu?" Keira akhirnya bertanya, suaranya dingin, tapi ada sedikit getar yang tidak dapat ia sembunyikan.Pria itu mengangkat wajah, menunjukkan garis-garis usia yang dalam, seperti peta perjalanan hidup yang penuh beban. "Dr. Arlen Wexler," jawabnya pelan. "Aku ilmuwan yang menciptakan dasar proyek ini... sebelum Leon mengambil semuanya."Keira mengernyitkan alis, tetapi tidak menjawab. Di belakangnya, Victor membungkuk lebih dekat ke laya
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 25: Jebakan di Balik Strategi

Ruangan itu dipenuhi suara alarm yang menggema, bercampur dengan langkah kaki berat dari penjaga yang mendekat. Cahaya merah berkedip seperti denyut jantung yang tak teratur, menciptakan bayangan panjang di dinding logam. Keira berdiri di depan Victor, tubuhnya siaga seperti kawat tegang yang siap putus kapan saja. Ia memegang alat pelindungnya erat, jantungnya berdetak cepat seiring derap langkah musuh yang kian dekat.Victor, dengan napas tergesa, tetap fokus pada layar konsol. Jarinya bergerak cepat, menekan tombol-tombol holografik, berusaha memecahkan sistem keamanan yang rumit."Berapa lama lagi?" tanya Keira, suaranya rendah, namun tegas.Victor tak menoleh. "Aku butuh waktu. Mereka memasang protokol pengamanan tingkat tinggi. Jika aku salah satu langkah saja, kita akan terkunci di sini."Keira menggertakkan giginya, matanya tajam menatap koridor di depan mereka. Dari sudut matanya, ia melihat Dr. Wexler yang berdiri gelisah, tubuhnya setengah membungkuk seperti ingin lari namu
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 26: Pilihan yang Berat

Ruangan itu terasa seperti perangkap hidup yang tak henti mengecil. Keira berdiri dengan napas tertahan, mendengar suara langkah sepatu berat yang mendekat. Wajahnya tetap tegar, meski di dalam dirinya ada gejolak ketakutan. Ini bukan kali pertama ia menghadapi bahaya, tapi kali ini ia tahu risikonya jauh lebih besar.Victor, yang sibuk dengan perangkat di tangannya, tampak hampir putus asa. Ia terus mencoba membuka akses ke sistem keamanan, sementara Dr. Wexler berdiri mematung, terjebak dalam rasa bersalahnya sendiri.“Kita tidak punya waktu,” kata Victor dengan suara rendah namun penuh tekanan. Ia melirik Keira, matanya menunjukkan kecemasan yang tak mampu ia sembunyikan. “Apa rencananya?”Keira menatap ventilasi di dinding seberang ruangan. Itu satu-satunya jalan keluar mereka. Tapi, mencapai tempat itu berarti melawan gelombang penjaga bersenjata yang sudah mengepung mereka.“Kalian pergi lebih dulu,” jawab Keira akhirnya, suaranya mantap. “Aku akan menahan mereka.”Victor menole
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 27: Jaring-Jaring yang Menghimpit

Pagi menjelang siang, matahari mulai merambah ke bawah kanopi pohon-pohon tinggi yang menjulang, menyinari setiap inci tanah yang dihiasi dedaunan basah. Keira merasakan setiap helaan napasnya berat, dada terasa sesak. Setiap langkah yang ia ambil di tanah lembap membuat lututnya terasa semakin lemah. Meski begitu, ia tetap melangkah. Tidak ada pilihan lain.Di depannya, Victor memimpin. Wajahnya tak dapat disembunyikan dari ketegangan, meskipun ia berusaha menjaga ketenangan. Keira menatap punggungnya, melihat sosok itu seolah tak tergoyahkan. Namun, di balik itu semua, Keira tahu betul bahwa Victor juga merasakan kekhawatiran yang sama. Sesekali, ia mendengar gerakan tubuh Victor yang lebih cepat, atau suara napasnya yang berubah menjadi lebih cepat—tanda bahwa pria itu pun tak sekuat yang ia coba tunjukkan.Victor menghentikan langkahnya di antara pepohonan yang rapat, menarik napas panjang. “Kita perlu berhati-hati,” katanya, suaranya tenang meskipun ada ketegangan yang tak bisa d
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 28 Bayang di Tengah Keheningan

Bab 28: Bayang-Bayang di Tengah KeheninganKeheningan yang merayap di antara pepohonan terasa seperti perangkap yang tak kasatmata. Keira menyandarkan punggungnya di batang pohon besar, tubuhnya sedikit gemetar karena lelah dan gugup. Napasnya terengah, terdengar jelas di tengah suara desiran angin yang menyelinap di antara dedaunan. Ia merasakan dinginnya keringat mengalir di pelipisnya.Victor berdiri di sampingnya, wajahnya penuh konsentrasi. Tangannya menggenggam erat pistol yang sudah lama terisi peluru, siap untuk menghadapi ancaman. Namun, meskipun kelihatan begitu percaya diri, Keira tahu ada sesuatu yang lain di balik sikap tegas itu. Raut wajahnya, meskipun tidak banyak berbicara, menyiratkan beban yang berat—bukan hanya tentang bahaya di depan mereka, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih dalam.“Keira,” Victor berbisik pelan, memecah keheningan. “Kita harus terus bergerak. Mereka bisa menemukan jejak kita kapan saja.”Keira mengangguk, meski hatinya masih diliputi kecemasan.
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 29 Dalam Kegelapan ada Jawaban

Udara malam semakin menusuk ketika Keira menyandarkan punggungnya ke batang pohon tua. Napasnya masih terengah-engah setelah pelarian tadi, tetapi suara gemerisik dedaunan di sekitarnya membuatnya tetap waspada. Hutan itu gelap, seolah menjadi sekutu bagi mereka yang mengejarnya. Victor berdiri tidak jauh darinya, punggungnya tegak, tubuhnya siaga penuh. Matanya terus menyapu sekeliling, seperti seorang pemburu yang siap menyerang kapan saja. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam raut wajahnya malam ini—sebuah ketegangan yang lebih dalam dari sekadar pelarian. “Victor,” Keira akhirnya memecah keheningan, suaranya pelan namun bergetar. “Kau yakin kita aman di sini?” Victor menoleh sebentar, matanya bertemu dengan milik Keira. Sorot matanya tajam, tetapi ada kehangatan yang tersembunyi di dalamnya. “Tidak ada tempat yang benar-benar aman, Keira. Tapi untuk saat ini, kita tidak punya pilihan lain.” Keira menggigit bibirnya, merasa kata-kata itu membawa beban lebih besar daripada yan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 30 Bayangan Masa Lalu yang Tak Pernah Pergi

Keira berdiri mematung di ambang pintu pondok, tubuhnya setengah gemetar. Udara malam yang menusuk seolah berhenti bergerak, tertahan oleh ketegangan yang menguar dari tiga sosok yang saling berhadapan di luar. Victor tidak bergerak sedikit pun, matanya menatap tajam ke arah pria asing yang berdiri di depan mereka. Cahaya senter yang redup hanya menyoroti sebagian wajah pria itu, memperlihatkan garis rahang yang tegas dan senyuman samar yang membuat Keira semakin tidak nyaman. “Victor,” suara pria itu terdengar tenang, nyaris seperti gumaman. “Kau tahu ini akan terjadi cepat atau lambat.” Victor tidak menjawab. Tangan kanannya masih menggenggam erat senjata, siap digunakan kapan saja. Namun, ada sesuatu di wajahnya—sebuah emosi yang sulit diartikan. Bukan hanya kemarahan atau ketegangan, tetapi juga kesedihan yang terpendam. Keira tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. “Siapa dia, Victor?” tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik. Victor mengalihkan pandangannya sedikit, cuk
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status