Semua Bab Ibu Muda Anak Mas Duda: Bab 81 - Bab 90

96 Bab

Garis Merah yang Mengubah Hidup

Maria duduk di atas toilet dengan tangan gemetar, memandangi benda kecil di tangannya. Tespek itu menunjukkan dua garis merah yang jelas. Air matanya hampir tumpah, tapi ia menahannya, mencoba mencari logika di tengah kekacauan pikirannya. “Kenapa ini bisa terjadi? Baru sekali... hanya sekali...,” gumamnya dengan suara serak, suaranya nyaris bergetar. Ingatan malam itu terlintas, membuatnya menggigit bibir dengan penuh penyesalan. “Dia... pria itu... brengsek itu... aku bahkan gak tahu nama lengkapnya!” Maria mengusap wajahnya dengan kasar. Dadanya terasa sesak, seperti dunia menghimpitnya dari segala arah. Rasanya tak ada yang lebih buruk dari ini—batal menikah karena insiden memalukan, lalu kini harus menghadapi kenyataan bahwa hidupnya kembali berubah. Ia berdiri, menatap bayangan dirinya di cermin kamar mandi. “Gimana kalau Mama tahu? Atau Papa?” pikirnya. Suaranya pecah saat berbicara sendiri. “
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Tamu Tak Diundang

Mauren Mengguncang Hidup TommySiang itu, Tommy baru saja pulang kerja. Tubuhnya lelah, kemejanya basah oleh keringat, dan dia hanya ingin melepas lelah di kursi tua yang sudah miring di teras rumah. Namun, kedamaian sore itu segera sirna ketika suara teriakan seseorang memecah keheningan."Heh, kamu!"Tommy mendongak. Sosok Maria berdiri di depan pagar rumahnya, wajahnya merah padam seperti seseorang yang habis dikejar badai. Tommy hanya bisa mematung ketika Maria berjalan cepat mendekatinya.“Eh, ada apa ini?” gumam Tommy, mencoba membaca situasi.Tanpa banyak bicara, Maria mengangkat tangannya dan—plak!—tamparan keras mendarat di pipinya. Tommy terpaku, bahkan tidak sempat menghindar."Hei, kenapa ini? Sakit tau!" protes Tommy sambil memegang pipinya yang memerah. Namun, Maria tidak peduli."Kamu harus tanggung jawab!" teriak Maria, kini tangannya sibuk memukul-mukul dada Tommy."Eh, stop! Udah gila ya? Datan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Jeratan Maria

Tommy baru saja pulang kerja. Tubuhnya terasa remuk setelah seharian menghadapi pelanggan yang bawel dan bos yang selalu menuntut lebih. Namun, ia berusaha berpikir positif, setidaknya di rumah ia bisa beristirahat. Tapi begitu ia membuka pintu, harapannya hancur lebur. Pemandangan di ruang tamu membuatnya terpaku di ambang pintu.“Gila, rumah gue kayak habis kena badai Katrina!” seru Tommy sambil memegangi kening.Bungkus cemilan berserakan di lantai, sofa penuh remah-remah, dan meja tamu hampir tidak terlihat karena tertutup kaleng soda. Dan di tengah-tengah kekacauan itu, seorang gadis dengan rambut acak-acakan tidur pulas di sofa. Selimutnya setengah melorot ke lantai, dan bantal yang mestinya menyangga kepalanya malah tergolek jauh di sisi lain.“ASTAGA... perempuan setres ini lagi!” Tommy mengerang frustrasi. Itu Maria, gadis yang entah bagaimana selalu berhasil menyusup ke rumahnya.Dengan langkah berat, Tommy mendekati sofa. “Ban
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Agara dan Gio: Retaknya Ego Sang Kakek

Sore itu, Florentina berjalan pelan menuju kamar Agara. Udara dingin menelusup melalui celah-celah jendela, tapi hati Florentina hangat dengan satu niat sederhana: mendekatkan Agara dengan cucu-cucunya. Sejak sakit, Agara memang tinggal di rumah Raka, anak sulungnya. Namun, meski tubuhnya mulai melemah, hatinya tetap keras. Ia selalu menunjukkan ketidakpedulian pada cucu-cucunya, terutama karena mereka lahir dari perempuan-perempuan yang tak pernah ia restui. Florentina membawa Gio, cucu laki-laki mereka, ke kamar itu. Sementara Chelly, kakak Gio, masih tidur di kamar orang tuanya. Florentina tahu ini momen yang harus dimanfaatkan. Ia berharap si kecil Gio bisa menjadi penyejuk hati bagi pria yang selama ini begitu dingin. Saat pintu kamar terbuka, Agara terlihat sedang duduk bersandar di tempat tidurnya, wajahnya terlihat lelah, namun matanya masih tajam. Ia melirik sekilas ke arah Florentina dan cucunya tanpa ekspresi berarti. “Kenapa k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Pelarian di Tengah Hujan

"Maaf..." Maria mencoba mengumpulkan keberanian, tapi suaranya terdengar lirih. "Siapa ayahnya?" Ayah nya bertanya, kini nadanya mulai berubah tajam. Ibunya menatap putrinya tajam. "Sayang, kamu sudah dewasa. Kami tahu itu. Waktunya menikah dan punya anak, iya, tapi bukan begini caranya! Hamil tanpa suami? Siapa yang berbuat ini? Ini Raka, kan?!" Maria menggelengkan kepala nya, air matanya mengalir deras. "Bukan, Ma..." "Kalau bukan Raka, lalu siapa?!" Ayah nya membentak, amarahnya mulai memuncak. Maria menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis, sebelum akhirnya berkata dengan suara gemetar, "Aku hamil... sama kakaknya, Naya. Maaf aku baru bisa bilang... Waktu aku diculik, aku..." ia berhenti, suaranya pecah, "aku diperkosa..." Ruangan mendadak sunyi. Kata-kata itu menggema di kepala Ayah dan Ibu nya. "Sialan!" Ayah berdiri dengan kemara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Konflik di Pagi Hari

Pagi Hari di Rumah TommyKetika pagi menjelang, Tommy bangun dari tidurnya dan keluar dari kamar. Ia mengira Maria sudah pindah ke kamar adiknya, tapi ternyata gadis itu masih tertidur di sofa ruang tamu. Tubuhnya meringkuk, terlihat nyaman di balik selimut tipis yang ia berikan semalam.Berinisiatif memindahkan Maria ke kasur tanpa membangunkannya, Tommy mendekat dan bersiap mengangkat tubuhnya. Namun, saat hendak menyentuh, matanya tak sengaja menangkap sesuatu yang membuatnya tertegun. Bukit kembar Maria terlihat menyembul di balik selimut, membuat tenggorokannya terasa kering."Gila nih cewek! Lepas baju tapi nggak diganti. Apa nggak malu kalau dilihat orang lain?" gumamnya sambil meneguk ludah.Tommy memutuskan mundur, berdiri kaku sambil membuang napas berat. Namun, sebelum ia benar-benar pergi, Maria tiba-tiba bergerak. Gadis itu kini duduk dengan mata masih terpejam, meracau sesuatu yang tidak jelas."Dia pikir masih di rumah mewa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Misteri Maria dan Dosa Lama

Hari Minggu yang Panjang Minggu pagi pukul 09.00, Naya membangunkan suaminya, Raka, yang masih terkapar di tempat tidur. Malam sebelumnya, Raka kelelahan setelah pertarungan "romantis" di ranjang bersama istrinya. "Katanya hari ini kamu mau nganter aku ke rumah kakakku. Ayo, cepat bangun!" tegur Naya sambil menarik selimut suaminya. "Nanti dulu, Sayang. Badanku masih lemas. Tenagaku belum terkumpul semua," balas Raka setengah mengeluh. "Dasar cowok lemah! Pokoknya aku nggak mau tahu. Hari ini kamu harus ngantar aku ke rumah kakakku!" Naga mendesak. Raka mencoba berdiplomasi. "Iya, aku janji nganter kamu. Tapi gimana kalau sebelum itu kita bertempur dulu lagi di tempat tidur?" Kesal, Naya langsung melemparkan bantal ke wajah Ethan. "Bugh!" "Kenapa sih, Mas, pikiranmu selalu ke situ terus? Lama-lama aku jahit tuh Arjuna!" bentak Naya dengan nada geram.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Pelajaran Rasa dari Dapur dan Pasar

Setelah Naya pulang bersama suaminya, Maria kini sendirian di rumah Tommy. Sambil menunggu pria itu pulang, ia duduk di ruang tamu, termenung. Hari ini, Maria bertekad untuk mencoba beradaptasi dengan kehidupan sederhana, jauh dari kemewahan yang biasa ia nikmati di rumah orang tuanya. Ia ingin memasak untuk Tommy sebagai bentuk terima kasih karena pria itu mengizinkannya tinggal sementara di rumahnya. Namun, Maria sadar bahwa ia sama sekali tidak bisa memasak. Akhirnya, ia memutuskan menelepon pembantu pribadinya yang masih bekerja di rumah keluarganya. "Bik!" Maria memanggil dengan nada mendesak. "Non, akhirnya Nona menghubungi Bibik! Ibu Nyonya sedang uring-uringan mencari Nona. Pulanglah, Non, jangan kabur lagi!" suara Bibik terdengar penuh kekhawatiran. "Aku lagi di vila teman, Bik. Bilang sama Mami kalau aku baik-baik saja dan nggak akan pulang sebelum Papi kasih restu untuk menikah dengan Tomm
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Antara Nabila dan Maria: Drama Pant*t Palsu

Malam itu, Raka memperhatikan istrinya, Naya, yang mondar-mandir di dalam kamar. Wajahnya tampak serius, seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting. "Hmm, sampai kapan aku harus nonton kamu mondar-mandir kayak ayunan, sih?" goda Raka sambil menyandarkan tubuhnya di ranjang. "Huh... Mas! Aku lagi mikirin cara supaya Kakak mau nikahin Nona Maria!" jawab Naya dengan kesal, berhenti sejenak lalu menatap suaminya. "Kalau Kakak nggak mau, jangan dipaksa dong," balas Raka santai. Naya langsung mengambil sandal dan melemparkannya ke arah Raka. Bugh! "Aduh! Kenapa nyalain aku lagi?" sergah Raka sambil mengusap kepalanya yang terkena sandal. Naya mendekat dan melotot tajam. "Jangan sampe Nona Maria ngalamin apa yang aku alamin dulu! Udah hamil tapi nggak dinikahin! Kamu lupa gimana dulu aku harus nangis-nangis nunggu kamu melamar?" "Yaelah, aku lagi yang disalahin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Drama di Atas Pagar

Di depan rumah Tommy, suara Toa menggema keras, memanggil namanya berulang kali. Suara itu menggetarkan suasana sore yang tenang, membuat Tommy dan Maria yang sedang duduk di ruang tamu terkejut. "Suara Naya, adikku! Ngapain dia teriak-teriak pakai Toa segala?" gerutu Tommy sambil berdiri. Maria menatap Tommy bingung. "Kita keluar, lihat apa yang terjadi." Saat melangkah keluar, pemandangan yang mereka lihat benar-benar mengejutkan. Naya berdiri di atas tembok pagar rumah, memegang Toa dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggenggam botol kecil berlabel racun tikus. "Naya, turun! Lu gila, ya?! Kalau jatuh gimana?" teriak Tommy, suaranya memantul tajam. Namun Naya balas berteriak, suaranya menggema melalui Toa. "Gue nggak mau tahu, kak! Kalau lu nggak nikahin Nona Maria, gue lompat dari sini dan minum racun ini!" Maria terbelalak, tak percaya dengan kegilaan yang dipertontonkan di depa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status