Semua Bab Ibu Muda Anak Mas Duda: Bab 111 - Bab 120

130 Bab

Kepanikan di Tengah Malam

Setelah puas menghabiskan waktu seharian berkencan tanpa gangguan dari anak-anak mereka, Naya dan Raka akhirnya memutuskan untuk menjemput buah hati mereka di rumah kakak Naya, Tommy. Saat tiba di rumah, mereka berjalan perlahan menuju kamar Tommy. Namun, begitu membuka pintu, mereka mendapati anak-anak mereka sudah tertidur nyenyak bersama paman dan tantenya. Tak ingin membangunkan Tommy dan Maria, Naya dan Raka memutuskan untuk membawa anak-anak mereka pulang tanpa mengganggu tuan rumah. Sebelum pergi, Naya meninggalkan bingkisan di meja dapur sebagai tanda terima kasih. Ia juga menuliskan pesan di atas meja rias kakak iparnya, Maria, lalu dengan hati-hati membopong anak-anaknya satu per satu. Sebelum keluar, Naya memastikan rumah terkunci dengan baik, menggunakan kunci cadangan yang ia miliki. Naya membuka pintu kamar perlahan dan tersenyum melihat anak-anak mereka tertidur nyenyak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Kecurigaan di Pagi Hari

Keesokan paginya, Maria terbangun dan berjalan ke dapur. Ia melihat bingkisan yang ditinggalkan oleh adik iparnya, Naya, di atas meja makan. Tanpa menunda waktu, ia mulai memanaskan makanan tersebut. Setelah semuanya siap, Maria mendekati suaminya yang masih terlelap untuk membangunkannya agar sarapan bersama. Maria menggoyangkan bahu suaminya dengan lembut. "Tom, bangun. Sarapan sudah siap." Tommy menggeliat sebentar, lalu menarik selimut menutupi wajahnya. "Hmm... sebentar lagi, Ma..." gumamnya dengan suara malas. Maria mendecak pelan. "Kalau kamu nggak bangun sekarang, nanti makanannya keburu dingin. Ini dari Naya, loh. Sayang kalau nggak dimakan." Tommy membuka satu matanya sedikit. "Oh iya... Naya ninggalin makanan? Apa isinya?" Maria tersenyum. "Aku nggak ngecek satu-satu, tapi sepertinya lauk sama camilan. Aku sudah memanaskannya. Sekarang ayo bangun, cuci muka, terus sara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Kerumah Nabila

Cemburu dalam DiamMaria tidak bisa menutupi kecemburuannya setiap kali Tommy mampir ke rumah Nabila sebelum berangkat kerja. Itu semua atas permintaan orang tua Nabila, yang khawatir akan kondisi putri mereka. Nabila kini tengah depresi setelah Tommy memilih menikah dengan Maria."Kenapa?" tanya Tommy saat melihat wajah istrinya yang tampak tak bersemangat."Boleh tidak aku ikut? Aku bosan di rumah," sahut Maria, nada suaranya penuh harap.Tommy menatapnya heran. "Masa sih? Kamu mau ikut aku kerja? Di sana semuanya laki-laki, tidak ada perempuan. Aku nggak mau kamu jadi tontonan mereka karena kecantikanmu itu."Maria tersenyum kecil. "Aku tidak ikut ke tempat kerja kok, tapi aku ingin ikut ke rumah Nabila. Ini bukan keinginanku, tapi keinginan anak kita yang ada di dalam," ucapnya sambil mengelus perutnya yang mulai membesar.Tommy terdiam. Melihat istrinya mengusap perutnya seperti itu, ia merasa tidak tega untuk menolak. Deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Kencan Yang Tertunda

Janji di Pasar Malam Setelah menengok Nabila, Tommy dan Maria akhirnya pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, Tommy masih kesal dengan sikap usil istrinya tadi, tapi di sisi lain, ia tak bisa benar-benar marah. Saat mereka sampai di rumah, Tommy langsung bersiap untuk berangkat kerja. Ia menoleh ke arah Maria yang berdiri di depan pintu, melipat tangannya sambil memasang wajah manja. "Aku berangkat dulu. Jangan ke mana-mana, ya? Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku." Maria tersenyum, mengacungkan jempol. "Siap, bos!" Tommy menghela napas, mendekati istrinya. "Cium tangan dulu." Maria menurut, mencium tangan suaminya dengan lembut. Tak sampai di situ, ia langsung mencuri kesempatan untuk mencium pipi Tommy. "Muach... muach..." Maria sengaja membuat suara nyaring, memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Olahraga Pagi yang Ketahuan

Kini usia kandungan Maria memasuki tujuh bulan. Di masa kehamilannya ini, Tommy semakin perhatian. Apa pun yang diinginkan Maria, selalu ia penuhi. Meski usia kandungannya terus bertambah, kecantikan Maria justru semakin terpancar. Kulitnya yang putih mulus membuat siapa pun yang menatapnya tak akan pernah bosan. Para lelaki di sekitar rumah mereka pun sering diam-diam mencuri pandang saat Maria menyapu halaman. Seperti biasa, sebelum berangkat kerja, Tommy selalu mencuci motor Ninja kesayangannya. "Maria, tolong nyalain keran airnya. Aku mau bilas motor," ucapnya dari halaman. Samar-samar terdengar suara Maria dari dalam rumah. "Bentar!" Tommy menunggu, tetapi matanya memperhatikan Maria yang baru saja keluar dengan gerakan sedikit gelisah. Wanita itu tampak tidak nyaman, sesekali mengibaskan dasternya. Tommy memicingkan mata, menelisik sang istr
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Suami Penuh Luka, Istri Penuh Air Mata

Malam Penuh Luka Tommy jarang bekerja hingga larut malam, apalagi dengan terburu-buru. Malam ini, Maria tak bisa tidur. Ia mondar-mandir di ruang tamu, matanya terus melirik jam dinding. "Kenapa belum pulang juga, sih? Biasanya kalau telat dikit aja langsung kasih kabar. Kok sekarang enggak?" gerutunya dalam hati. Begitu suara deru motor Ninja terdengar dari halaman, Maria segera berlari ke pintu. Ia mengenali suara itu dengan baik. Dengan penuh semangat, ia membuka pintu, siap menyambut suaminya. "Mas—" Kata-katanya terhenti begitu melihat kondisi Tommy. Napasnya tercekat, wajahnya langsung pucat. "Maria...." suara Tommy lemah, tapi ia masih berusaha tersenyum sambil menenteng tas kertas di tangannya. Mata Maria membesar. Tommy penuh luka. Wajahnya lebam, ada goresan dan darah segar menetes hingga membasahi bajunya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Cinta dalam Sederhana

Satu bulan telah berlalu sejak pengeroyokan yang menimpa Tommy. Peristiwa itu terjadi atas perintah ayah Maria, yang tidak pernah merestui pernikahan putrinya dengan seorang kuli. Baginya, Tommy bukanlah pria yang selevel dengan keluarga kaya seperti mereka. Maria, yang kini tengah mengandung anak mereka, melarang Tommy keluar rumah demi keselamatannya. Ia takut kejadian pengeroyokan itu terulang, apalagi jika anak buah ayahnya masih mengincar suaminya. Demi menjaga kedamaian rumah tangganya dan menghindari konflik lebih lanjut, Tommy memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai kuli bangunan dan beralih profesi menjadi petani. Dalam hitungan minggu, mereka akan menyambut kelahiran buah hati mereka. Tommy semakin protektif terhadap Maria, terkadang terkesan keras kepala, tetapi semua itu ia lakukan demi kebaikan istrinya dan bayi yang dikandungnya. Kini, Tommy menggarap lahan sawah milik seorang dermawan di desa mereka. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Hadiah Ulang Tahun yang Pahit

Di sore harinya, sepulang dari sawah, Tommy mampir ke sebuah toko roti di desa. Ia menatap deretan kue yang dipajang di etalase kaca, mencari sesuatu yang sederhana tetapi istimewa untuk istrinya. "Mas, ada kue ulang tahun yang ukurannya kecil tapi cantik?" tanyanya kepada penjaga toko. Penjaga toko tersenyum dan mengeluarkan sebuah kue tart mungil dengan hiasan krim lembut dan taburan cokelat di atasnya. "Yang ini cocok untuk kejutan kecil, Mas," katanya. Tommy mengangguk puas. "Saya ambil yang ini. Tolong tuliskan ‘Selamat Ulang Tahun, Maria’ di atasnya, ya." Setelah membayar, ia membawa kue itu pulang dengan hati penuh semangat. Bayangan wajah bahagia Maria saat melihat kejutan kecilnya membuat langkah Tommy terasa lebih ringan. Tommy baru saja keluar dari toko roti dengan hati penuh semangat, membawa kue ulang tahun kecil yang sudah dihias cantik untuk Maria. Senyum tipis meng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Di Ujung Ketakutan

Setelah kembali dari berobat di tempat Bidan Desi, Tommy dan Maria akhirnya pulang ke rumah. Meskipun kakinya patah akibat pengeroyokan yang dilakukan oleh bodyguard suruhan ayah Maria, Tommy tetap bersikeras untuk tidak dibawa ke rumah sakit. Sesampainya di rumah, Tommy mengambil kue ulang tahun yang telah ia beli untuk Maria. Untungnya, masih ada bagian kue yang tidak rusak dan layak dimakan. Dengan tangan yang gemetar karena menahan rasa sakit, Tommy menancapkan sebuah lilin di atas kue itu dan menyalakannya. Senyum kecil terukir di wajahnya saat ia mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuk istrinya, meski tubuhnya penuh luka dan rasa sakit yang menusuk. Tommy menarik napas dalam-dalam, menahan rasa sakit di tubuhnya. Dengan suara pelan namun penuh ketulusan, ia mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuk Maria. "Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday, dear Maria...
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Amarah di Ujung Malam

Doa di Ujung Harapan Mobil melaju kencang menuju rumah sakit, menerobos malam yang sunyi. Maria menggenggam tangan Tommy yang terkulai lemah di pangkuannya. Setiap detik terasa begitu menyesakkan. Naya duduk di sampingnya, mencoba menenangkan Maria meskipun hatinya sendiri penuh kecemasan. Begitu mereka tiba di rumah sakit, Raka langsung berlari ke dalam. "Tolong! Kami butuh bantuan! Ada pasien darurat!" suaranya menggema di lorong rumah sakit. Beberapa perawat segera berlari dengan tandu. Maria dan Naya membantu menurunkan Tommy dari mobil, sementara Raka mengangkat tubuhnya dengan hati-hati ke atas tandu. "Pasien mengalami cedera berat dan demam tinggi," ujar Raka dengan nada cemas. Perawat mengangguk. "Kami akan membawanya ke ruang gawat darurat. Keluarga bisa menunggu di luar." Maria hendak mengikuti mereka, tetapi langkahnya tertahan ketika seorang dokter me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status