Home / Thriller / MERINDUKAN SURGA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of MERINDUKAN SURGA: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

KAMU BERBOHONG

“Ada apa kamu menyuruhku datang ke sini malam-malam?” tanya Yusuf seketika, saat dia sampai di tempat pertemuan yang dijanjikan Rico.Yusuf masih berdiri di tepi saung, sedangkan Rico tersenyum miring sambil menikmati sebatang rokok.“Sampean mau berdiri saja di situ?” Rico berbasa-basi.“Aku nggak suka basa-basi, cepat katakan, ada perlu apa?” desak Yusuf.Rico menggeser duduknya, kakinya mengayun di tepi saung. Hamparan langit luas menaungi mereka, sinar rembulan sebagai penerang.“Aku mau minta tolong sama sampean, sebaiknya smapean bawa Salma pergi dari desa ini!” pintanya.Yusuf melipat tangan di depan dada, keningnya berkerut heran. “Kalau kamu memang tulus menikahinya dengan niat mau menolong Salma, pergi dari desa ini adalah jalan terbaiknya. Kalau tidak ….” Rico menggantungkan ucapannya.“Kalau tidak apa?” tanya Yusuf tak sabar.“Salma itu sebenarnya ….”“Ngapain kalian di sini?!” Suara besar itu mengejutkan Rico dan Yusuf.Keduanya menoleh ke arah suara. Muncul seorang pria
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

NENEK TEGA!

“Nek … bangun, tumben nenek tidur lagi habis subuh.” Salma melipat sajadahnya, baru selesai menunaikan wajib dua rakaat. Dia sengaja tidak membangunkan sang nenek yang tertidur menyandarkan lengan dan kepalanya di sisi tempat tidur, sebab Nek Minah tampak sangat lelap.“Nek … ayo bangun, sebentar lagi fajar,” ucap Salma sembari menyentuh lengan neneknya yang masih mengenakan mukena dan duduk di atas sajadah lusuhnya, menghadap ke arah jendela.Tak ada sahutan. Neneknya masih tertidur lelap. Salma berdiri, melangkah menuju jendela dan membuka tirainya agar udara sejuk masuk ke kamar.“Nek … Salma minta maaf atas ucapan Salma tadi malam. Nenek masih marah?” Salma kini duduk menghadap wajah sang nenek yang masih terpejam. “Salma bukan ingin menyembunyikan rahasia ini dari nenek, tapi Salma takut nenek terkejut dan sakit nenek kambuh lagi. Salma ingin, biar ini semua Salma yang menanggungnya. Salma sama sekali nggak marah sama nenek. Salma nggak punya siapa-siapa lagi selain nenek.”Rasa
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

KAMU NGGAK TAHU RASANYA

“Mas, tadi malam sebelum Nek Minah pulang ke rumahnya, dia sempat menitipkan surat ini buat kamu.” Alya menyerahkan selembar kertas yang dilipat persegi.Yusuf meraih surat itu, lalu melipat sajadahnya. Mereka baru saja selesai menunaikan Sholat Subuh berjama’ah.“Kamu udah baca, Sayang? Apa isinya?”Alya menggeleng. “Belum, Mas. Karena ini amanah untuk kamu, jadi seharusnya kamu dulu yang baca.”Yusuf tersenyum. Dia semakin kagum dengan istrinya. Padahal bisa saja dia membaca surat itu lebih dulu karena kertas berisi pesan itu tidak dimasukkan ke dalam amplop.Yusuf membukanya perlahan lalu membacanya dalam hati. Alya memperhatikan raut wajah suaminya yang mengerutkan kening, matanya sesekali melebar, menunjukkan keterkejutan.“Sayang ….” Yusuf menatap Alya setelah selesai membaca surat itu. Suaranya tercekat, seolah sedang ditimpa beban berat.“Ada apa, Mas? Nek Minah bilang apa di surat itu?” Alya mulai penasaran.Yusuf tidak langsung menjawab, dia memeluk Alya. Membawa kepala istr
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

AKU AKAN ADIL

“Mas, jangan lupakan amanah dalam surat itu!” peringat Alya ketika Yusuf sama sekali belum mencoba untuk menghibur Salma setelah beberapa hari kepergian sang nenek.Alya berhasil membujuk Salma untuk tidak berbuat hal yang macam-macam setelah dirinya menyerah untuk hidup karena merasa tidak punya siapa-siapa lagi.“Mas, tolong bujuk Salma untuk makan, kasihan bayi dalam kandungannya,” pinta Alya lagi.Yusuf juga merasa kasihan pada Salma, tapi dia benci ditipu. Dia benci dibohongi. Kenapa Salma memanfaatkan dirinya untuk menutupi kehamilannya itu.Kalau bukan karena amanah dari Almarhumah Nek Minah, Yusuf sudah pasti akan menceraikannya. Dia tidak ingin menyakiti hati Alya yang harus menanggung beban akibat ulah Salma.“Mas ….” Alya menyentuh tangan suaminya yang masih melamun di kursi meja makan.“Oke, Sayang. Aku coba ajak dia makan,” ucap Yusuf seraya berdiri.“Mas.” Alya menggelengkan kepala pelan. “Dia pasti belum mau keluar dari kamar.”“Jadi aku harus berbuat apa?” Yusuf mengan
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

NEGOISASI

“Psstt ….” Suara itu berulang kali menggelitik di telinga Rico. Ia yang sedang tertidur, terpaksa harus membuka mata.Rico menoleh ke arah suara. Dia berdiri, mengintip dari luar jendela. Ternyata ada Arif di sana, sedang memanjat sebatang potong di belakang gudang, tempat Rico dikurung oleh Wahyu.Sudah beberapa hari ini Rico dikurung. Dia hanya diberi makanan sisa dan tidak diperbolehkan keluar. Gudang terbengkalai itu memang sangat lengang, di dalamnya juga ada kamar mandi yang masih berfungsi meski sudah lama tidak digunakan.“Pssstt ….” Arif berusaha memanggil Rico. Sebagai sahabat, dia tahu bahwa terjadi sesuatu dengan Rico, sebab sudah beberapa hari ini Rico tidak nongkrong bersamanya.Pagi ini, pasti Wahyu masih sibuk di kilang. Di belakang gudang ini terdapat kebun karet. Arif masih berusaha memanggil sahabatnya. Dahulu, Rico pernah menolong Arif saat dirinya hampir terseret banjir bandang di sungai. Mereka menjadi dekat sejak saat itu. Arif tinggal bersama kakaknya yang su
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

AKU BAHAGIA

“Mbak Alya beruntung banget ya, Mas.” Salma menatap mata Yusuf. Terpaan angin menggoyangkan selendang merahnya.Mereka duduk di saung peristirahatan di kebun apel milik Yusuf.“Beruntung?” Yusuf tersenyum tipis, menoleh sejenak pada Salma sebelum mengalihkan kembali pandangannya ke depan. Pada pohon apel yang berjejer rapi.Salma mengangguk, matanya ikut mengarah ke depan, merasakan hembusan angin yang membawa aroma dedaunan.“Beruntung karena memilikimu selama ini, Mas.”Yusuf tertawa kecil. Kakinya dimainkan, menjulur ke bawah hampir menyentuh tanah. “Kamu salah,” ucap Yusuf seraya menoleh ke samping, melihat Salma yang sedang membenarkan selendangnya. “Saya yang beruntung memiliki Alya.”Senyuman Salma perlahan meredup. Ada rasa tak suka ketika Yusuf selalu memuji Alya.“Nanti malam, kamu bersamaku, kan, Mas?” Salma ingin memastikan lagi janji Yusuf. Dia mengalihkan pembicaraan.Yusuf berpikir sejenak. “Nanti kita tanya Alya dulu, ya.”Salma merengut, dia menahan rasa kesalnya.‘A
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

DI SINI BUKAN TEMPATKU

“Nggak usah, Mas. Alya beneran baik-baik aja. Alya cuman mau istirahat aja, pasti nanti juga enakan.” Alya menarik tangan Yusuf ketika lelaki itu masih bersikeras untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Setelah sepuluh menit tak sadarkan diri, akhirnya Alya tersadar. Dia merasa akhir-akhir ini sering kelelahan.“Makanya kamu jangan kerjain semuanya sendirian, Sayang. Kan, ada aku ada Salma juga.” Yusuf duduk di tepi tempat tidur, Salma yang berdiri di bibir pintu kamar, ikut mengangguk.“Mas, Salma nggak boleh capek!” bisik Alya.“Ya tapi tetap aja ….”Ucapan Yusuf terhenti ketika Salma mendekat.“Ini semua gara-gara aku minta jalan-jalan ke luar desa. Seandainya saja tadi kita langsung pulang, Mas. Pasti Mbak Alya nggak akan kayak gini,” ucap Salma merasa bersalah.Alya segera menggeleng. Dia tidak mau ada yang menyalahkan diri karena keadaan dirinya yang saat ini tiba-tiba lemah.“Udah … udah! Sekarang kita makan asinannya, yuk! Udah nggak tahan dari tadi,” ucap Alya segera berdiri.
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

TAK SEMPAT MENDENGAR

“Mas pulang aja, Mbak Alya kan, lagi kurang sehat!” titah Salma ketika Yusuf baru sampai mengantarnya ke rumah peninggalan sang nenek.Yusuf yang sejak tadi duduk di kursi ruang tamu, tidak mendengar ucapan Salma. Dia justru sibuk dengan ponselnya.Setelah Salma minta pulang ke rumah, Alya memberikan syarat, bahwa suaminya itu harus bergantian ke rumah Salma dan ke rumah Alya. Hari ini, Alya meminta Yusuf untuk bergantian ke rumah Salma, mengingat Salma masih diselimuti kabut duka. Meski dirinya sendiri membutuhkan perhatian, Alya lebih mementingkan keadaan orang lain.“Mas, ini kopinya.” Salma mendorong gelas berisi kopi hitam yang masih mengepulkan asapnya.Yusuf masih diam dan sibuk dengan ponselnya. Keningnya berkerut dan sesekali mengarahkan ponselnya ke telinga. Volume suara dari ponselnya sengaja dikecilkan agar Salma tidak mendengar.Salma melihat gelagat Yusuf yang aneh. Apalagi dari tadi suaminya itu mengabaikannya.“Mas ….” panggil Salma pelan.“Ya, Sayang. Eh, maksudnya, S
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

AKSI MALAM HARI

“Tadi Rico, kan? Tapi ini nomor siapa?”Sudah tengah malam, tapi Salma tidak bisa memejamkan mata. Malam ini, Yusuf tidak jadi membawanya pulang ke rumah nenek, Salma harus tidur di rumah itu lagi, sebab Alya tiba-tiba demam, Yusuf tidak bisa meninggalkan istri pertamanya itu sendirian. Sebenarnya Salma kesal, tapi mengingat kebaikan Alya, dia jadi kasihan. Malam ini, Yusuf harus tidur di kamar Alya. Sementara itu, Salma masih memikirkan seseorang yang tadi sempat menelepon dan menyebut namanya. Tetapi, sampai sekarang nomor itu tidak bisa dihubungi.“Apa yang terjadi sama dia?” Salma membalik badan ke kanan, beberapa detik kemudian dia berbalik ke kiri. Sungguh tidak tenang, dia sangat gelisah. Matanya masih terus menatap layar ponsel dan menunggu seseorang menelepon kembali.Sementara itu, Yusuf merasa sudah berhasil membuat istrinya tertidur. Sejak tadi dia mengompres kening Alya, menepuk lengannya dengan lembut dan mengusap kepalanya agar Alya terlelap. Berkali-kali dia menatap j
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

ISTRIKU HILANG

“Sssstttt ….”Yusuf melotot, melihat seorang pria memakai setelah serba hitam sama seperti dirinya. Pria itu memakai topi dan juga masker. Yusuf masih terbungkam oleh tangan pria tersebut.“Diam di sini!” titahnya, kemudian berjalan ke sisi gudang, memeriksa keadaan di sekitar.Yusuf membeku di tempat, dia berjongkok di bawah jendela kayu, di mana Rico sedang mengintip keadaan di luar. Dia melihat Yusuf dibekap oleh seorang pria.“Siapa dia?” gumam Rico. Melihat postur tubuhnya, itu bukan Arif.Yusuf tersadar, situasinya sangat genting. Dia menyusul pria misterius tersebut ke sisi gudang.“Siapa kamu?” Yusuf membalikkan badan pria itu dengan sigap. Mereka hampir saling menyerang. “Paman Didi?” Yusuf terkejut saat dia berhasil membuka masker dan topi pria itu.Paman Didi meletakkan jari telunjuknya di bibir. “Ini bukan saatnya kumpul keluarga. Lihat di sana!” Paman Didi mengabaikan ekspresi Yusuf yang masih terkejut, kenapa adik dari almarhum papanya itu bisa ada di sini.Dari kejauhan
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status