Beranda / Rumah Tangga / Seuntai Janji / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Seuntai Janji : Bab 31 - Bab 40

63 Bab

Bab 31

31Selama tiga hari di Canberra, Imran menyibukkan diri dengan menyelesaikan semua pekerjaan, agar dia tidak perlu kembali lagi ke kota itu dalam waktu dekat. Malam terakhir di Ibu Kota Australia, Imran menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh di pusat perbelanjaan. Imran memasuki toko langganannya dan langsung berburu benda buat putri serta keponakannya. Imran juga membeli souvenir buat anak-anak bos dan beberapa karyawan yang dekat dengannya. Ketika melihat deretan kaus anak laki-laki, ingatan Imran langsung tertuju pada kedua anak Arya, yakni Aldi dan Aldo.Pria berjaket krem bahan fleece, mengulurkan tangan kanan untuk mengambil kaus merah. Tiba-tiba satu tangan lain juga memegangi baju yang sama. Imran menoleh ke kanan dan beradu pandang dengan sepasang mata bermanik hitam, yang balas menatapnya saksama. Keduanya spontan menyunggingkan senyuman, sembari menarik tangan masing-masing. "Ketemu lagi kita, Mas," ucap Maudy. "Ya," sahut Imran. "Lagi nyari oleh-oleh?" tanyanya bas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 32

32Dahayu meminta izin pada rekan-rekannya untuk membalas panggilan Arya. Dia berdiri di dekat jendela sambil memandangi lalu lintas di jalan raya yang cukup padat di siang menjelang sore. "Waalaikumsalam," tutur Dahayu membalas sapaan salam lelaki di seberang telepon. "Mas tadi nelepon, ya?" tanyanya. "Hu um," sahut Arya. "Lagi sibuk?" tanyanya. "Enggak juga. Tadi aku lagi ngobrol sama teman-teman desainer dan pemilik EO." "Siapa? Apa aku kenal?" "Pasti kenal. Mereka adalah Renata, istri Mas Baskara. Risty, istri Mas Anto, dan Mutiara, istri Mas Arkhan." "Oh, kalian membahas bisnis tempo hari?" "Bukan. Tadi kami membicarakan acara fashion show besok." "Ehm, maaf, aku nggak bisa datang." "Enggak apa-apa, Mas. Tapi acara di Surabaya, Mas harus datang. Kalau nggak, aku ngambek." "Kapan acaranya?" "Dua minggu lagi. Dari Jakarta, lalu ke Bandung dan Semarang. Lanjut Yogyakarta, Surabaya, dan terakhir di Bali." "Oke, insyaallah aku datang nanti. Kabari aja waktu dan tempatnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 33

33Arya melambaikan tangan melepas keberangkatan rekan-rekannya yang memasuki ruang tunggu khusus penerbangan ke Jakarta. Setelah orang terakhir menghilang dari pandangan, Arya mengikuti langkah Alvaro dan kelompoknya ke ruang tunggu di sisi kiri. Arya mengamati interaksi ketiga putranya dengan Mayuree dan Malanaya, yang tidak sungkan untuk ikut mengasuh Aldi, Aldo dan Alfian. Hingga Wahyuni dan Intan yang turut serta, bisa sedikit santai karena ada bala bantuan yang mengasuh ketiga bocah. Arjuna dan Yunara juga terlihat antusias bergantian mendorong kereta bayi bersama si kembar. Tiba di tempat tujuan, keempat bocah langsung pergi ke wahana permainan yang disediakan pengelola bandara. Sementara Alfian tetap tidur nyenyak dalam keretanya. Mayuree memotret sang bayi berbaju merah motif dinosaurus. Kemudian dia mengamati Alfian sambil membatin, karena nasib lelaki kecil itu begitu malang. Bila Aldo dan Aldi masih sempat dirawat mamanya, Alfian bahkan tidak bisa berlama-lama didekap E
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 34

34Selama dua hari pertama di Yogyakarta, Arya mengikuti Alvaro dan Yanuar mendatangi semua unit kerja PB serta PBK yang berada di wilayah tersebut. Siang di hari ketiga, Arya dan kedua rekannya bersama ketiga ajudan, mengunjungi kantor pusat Lakeswara Grup. Beberapa pengusaha yang tergabung di PC yang merupakan warga sekitar Yogyakarta, telah datang terlebih dahulu. Bhagawanta Lakeswara, Adik Adwaya, menyambut kehadiran ketiga rekannya dengan pelukan hangat. Pria berusia 27 tahun tersebut mengobrol bersama mereka sesaat, kemudian mempersilakan pada yang lainnya untuk bersalaman. Setelahnya, Alvaro berdiri di depan, kemudian dia memberikan waktu untuk sesi tanya jawab, yang diapresiasi rekan-rekannya dengan antusias. "Bang, aku bisa ganti mentor, nggak?" tanya Abimanyu Bhalendra sembari memandangi pria berparas separuh luar negeri yang balas menatapnya saksama. "Kenapa dengan mentornya?" Alvaro balik bertanya. "Satria rada membingungkan. Menerangkan sesuatu dengan berbelit-beli
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 35

35Kedua bocah kembar melambaikan tangan pada Arjuna dan Yunara yang berada di mobil van. Aldi dan Aldo menurunksn tangan, lalu memandangi mobil itu yang tengah bergerak menjauh dari tempat parkir hotel. Arya mengajak keluarganya menaiki mobil MPV hitam sewaan, yang akan mengantarkan mereka menuju kediaman Dartomo. Sepanjang perjalanan, Arya berpura-pura tidur sambil menyandar ke kursi. Dia memikirkan apa yang hendak dibicarakan Bagja Bratawijaya, Ayah Dahayu. Kemarin malam Arya menelepon pria tua tersebut untuk mengabarkan jika dirinya akan datang esok hari, demi memenuhi panggilan Bagja. Kehadiran Arya dan anak-anaknya menimbulkan kehebohan di kediaman Dartomo. Sang eyang tergopoh-gopoh mendatangi ketiga cucunya dan menyalami si kembar. Lalu menciumi pipi Alfian yang spontan merengut karena tidak mengenali eyangnya.Jamilah keluar dari pintu samping rumah bersama Mbok Sum, asisten yang sudah lama mengabdi pada keluarga Dartomo. Kedua perempuan tua menyalami Arya dan yang lainnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 36

36Sementara itu di sebuah hotel di Kota Semarang, Dahayu baru memasuki kamar yang ditempatinya bersama Westy. Perempuan berhidung bangir membuka jilbab dan meletakkannya ke meja rias. Kemudian Dahayu bergegas ke toilet. Westy berbaring tengkurap di kasur. Tubuhnya lelah karena perjalanan berjam-jam. Terutama karena dia harus menyeret koper besar dari tempat pengambilan bagasi, hingga tiba di dekat mobil penjemput dari hotel. Tidak ada yang sanggup mengangkat koper itu ke troli karena berat. Hingga Westy terpaksa menyeret koper hitam, sementara ketiga rekannya mendorong troli masing-masing. "Wes, bentar lagi kita keluar," ajak Dahayu sesaat setelah muncul dari toilet. "Ke mana?" Westy balik bertanya sambil memiringkan kepalanya ke kiri. "Restoran temanku. Putri bungsu keluarga Adhitama." "Jauh nggak?" "Enggak. Tadi kelewatan sebelum kita nyampe sini." "Ehm, bisa pesan antar? Aku capek banget dan pengen rebahan aja." Dahayu yang sedang menyisiri rambutnya, menghentikan aktivit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 37

37"Tapi, sepertinya ucapan orang tua zaman dulu itu benar, yaitu pernikahan akan membawa rezeki. Ada aja proyek yang ditawarkan ke kita, hingga modal pembangunan gedung ini bisa kembali dalam waktu dua tahun," cakap Arya. "Aku waktu itu sempat nanya ke Erni, uangnya buat bangun rumah, atau tambah modal usaha. Dia jawab yang kedua, dan aku mengalihkan sebagian besar dana ke sana, sisanya buat renovasi rumah hingga separuh bagus." "Kamu tahu, Gun? Aku kadang mikir, sudah jadi suami yang buruk buat Erni. Harusnya nggak semua uang itu buat usaha, tapi dibagi dua, hingga dia juga bisa hidup lebih nyaman Kupikir, dia bilang begitu, padahal sebenarnya dia pengen rumah mentereng kayak saudara-saudaranya." "Aku baru bisa napas lega setelah si kembar umur setahunan. Aku juga nggak mau terlalu ngoyo, dan berusaha memberikan banyak waktu luang buat keluarga. Tapi, anehnya, di saat rada santai gitu, justru aku merasa semuanya lebih mudah. Seolah-olah semua pintu rezeki terbuka lebar dan kita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 38

38Hari berganti. Imran yang masih kesal pada Dahayu, terlihat muram sedari pagi. Dia marah karena Dahayu seakan-akan menyamakannya dengan Zayan. Imran kian emosi karena meyakini bila Dahayu masih mencintai mantan suaminya. Padahal perempuan tersebut telah sering mengatakan ikhlas melepas Zayan buat Ivana. Namun, menurut Imran hal itu cuma di mulut saja, dan Dahayu hanya menjadikannya sebagai pelarian. Kedatangan Dian dan sahabatnya sore itu, kian memperburuk suasana hati Imran. Namun, dia tetap berusaha sopan meladeni kedua tamu berbincang, hingga waktu besuk habis dan keduanya berpamitan. Dian menyalami Salma dengan takzim. Meskipun dulu hubungan mereka sempat kurang baik, tetapi dia tetap menghormati perempuan tua yang pernah menjadi mertuanya selama beberapa tahun. Imran mengantarkan kedua tamu ke depan ruangan. Dia tertegun ketika Dian meminta waktu untuk bicara berdua. Setelah berpikir sesaat, pria berkaus biru mengiakan ajakan sang mantan. Imran mengajak Dian duduk di bang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 39

39"Apa itu, GPIC?" tanya Zayan.."PT yang isinya para pengusaha perempuan," terang Dahayu."Memang boleh yang bukan istri anggota PG dan PC ikut join?" "Boleh. Selain para istri, banyak juga saudara perempuan para bos." Dahayu berhenti sesaat, kemudian dia melanjutkan ucapan. "Laura, anak bungsu keluarga Adhitama dan kakaknya, yang join sama Ian di restoran ini, juga gabung di GPCI. Minggu lalu aku ketemuan dengan Laura di kafenya di Semarang." "Sepertinya kamu sudah dekat dengan anggota keluarga konglomerat Indonesia." "Kebetulan aja, Mas. Aku pernah ikut Mas Arya waktu rapat sama Ian dan teman-temannya. Di situ aku ketemu Mayuree dan yang lainnya. Akhirnya lanjut temenan." "Ya, itu bagus. Memperbanyak relasi juga bisa menambah konsumen." "Ehm, Mas nggak gabung ke PC?" Zayan menggeleng. "Enggak kepegang aku. Ini aja udah repot bagi waktu." "Hmm, ya." "Aku mau nelepon Arya. Kita panas-panasin dia." Zayan mengambil ponselnya dari tas kecil. Dia bergeser ke dekat Berliana. Dem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 40

40"Mungkin saja begitu. Karena kata kepala ruangan bayi, perempuan itu sudah beberapa kali datang dan menitipkan kado buat Zio." Zayan memandangi putra angkatnya yang diadopsi sejak masih bayi. "Aku sudah minta pihak rumah sakit buat ngasih alamat rumah ke perempuan itu. Tapi sampai sekarang dia belum pernah datang," lanjutnya. "Kalau benar dia ibunya Zio, apa kamu akan mengizinkannya menemui Zio?" tanya Arya. "Ya. Aku dan Ivana sudah sepakat, tidak akan menutupi rahasia ini. Jika perempuan itu datang, kami akan menerangkan semuanya pada Zio," ungkap Zayan. "Enggak apa-apakah? Aku khawatir itu akan jadi guncangan buat jiwa Zio. Karena yang dia tahu, kamu dan Ivana adalah orang tua kandungnya." "Itu risiko yang harus kami hadapi, Ar. InsyaAllah, Zio akan kuat mengetahui kebenarannya," balas Zayan. "Lagi pula, tidak ada perubahan. Dia tetap anakku, dan Ivana adalah Ibu susunya. Jadi, secara hukum, dia anak kami. Hanya berbeda gen saja," cakapnya. "Mas nggak nyoba nyari orang tuany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status