Beranda / Rumah Tangga / Seuntai Janji / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Seuntai Janji : Bab 21 - Bab 30

63 Bab

Bab 21 - Bukan Pendendam

21Dahayu mengernyitkan dahinya. "Aku menurut karena memang jelas kekurangan. Mas Zay anak cowok satu-satunya. Kalau nggak punya keturunan, silsilah keluarganya tamat." "Menurutku, itu sudah nggak zaman. Kenapa dia nggak bisa menerima itu? Sedangkan aku, bisa," sahut Imran. "Mas sudah punya Nadia. Mas Dihyan punya anak cowok tiga. Jelas beda situasinya dengan Mas Zay." "Bisa lewat jalur adopsi, Yu. Enggak perlu menikah lagi dan menyakiti hatimu. Bahkan menceraikanmu demi istri kedua." "Mas nggak tahu cerita sebenarnya, jangan asal bicara!" Imran terkejut mendengar suara Dahayu yang meninggi. "Sorry, Yu. Aku nggak bermaksud bikin kamu tersinggung. Aku justru menyampaikan apa yang ada dalam otakku. Poligami bukan solusi bila tidak punya keturunan." "Cukup, Mas. Aku nggak mau melanjutkan percakapan ini!" "Tenang dulu. Jangan emosi." "Gimana aku nggak emosi? Mas ngoceh, padahal nggak tahu kenyataannya kayak gimana." "Aku ...." "Aku yang meminta Ivana masuk ke pernikahanku dan bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 22

22Dahayu membulatkan mata seusai mendengarkan penuturan Arya, tentang pertemuan pria tersebut dengan sang pengendara motor. Dahayu mengulaskan senyuman. Dia senang karena Arya sangat bijaksana dan bukan pendendam. Perempuan berjilbab krem manggut-manggut, lupa bila tidak sedang berhadapan dengan sahabatnya. "Syukurlah, aku ikut senang karena Mas memberikan kesempatan pada Nopriandi untuk memperbaiki diri," tutur Dahayu, sesaat setelah Arya menuntaskan ucapannya. "Ya. Aku tidak tega untuk bersikap kejam padanya. Padahal CV-nya bagus. Dia sudah nyambi kerja saat kuliah," terang Arya. "Alhamdulillah. Semoga kebaikan Mas akan dibalas Allah." "Aamiin." "Mas tempatkan di mana dia?" "Divisi marketing. Sesuai dengan pengalaman kerjanya." "Dulu dia kerja di mana?" "Marketing properti." "Ehm, yang lima orang lagi, ditugaskan di mana?" "Perempuan yang berambut pendek, gantiin posisi Tami. Satu cowok, staf Gunawan. Sisanya di divisi operasional dan umum.""Tami nggak balik kerja lagi?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 23

23Sementara itu di tempat yang hendak dituju Imran, Dahayu berbaring miring ke kiri di kasur. Dia meremas-remas perut yang sakit akibat tamu bulanan yang muncul beberapa hari lebih awal. Dahayu mengingatkan dirinya untuk memeriksakan kesehatan ke dokter esok pagi. Sebab dia penasaran dengan rasa sakit yang kian hebat bila tamu bulanannya berkunjung. Puluhan menit berikutnya, Dahayu tersentak ketika bel pintu unit berbunyi. Dia bangkit duduk sambil bertanya-tanya dalam hati tentang siapa tamu yang bisa langsung naik. Padahal biasanya para pengunjung diminta menunggu di lobi dan akan diperbolehkan menaiki lift setelah diizinkan penghuni. Dahayu berdiri. Dia menyambar jilbab instan dari meja rias dan mengenakannya dengan cepat. Dahayu jalan keluar sembari mengusap wajahnya dengan kedua tangan untuk menghilangkan minyak alami.Dahayu terkejut seusai membuka pintu. Dia tidak menduga jika Imran akan muncul sambil membawa kantung belanja. Dahayu mempersilakan tamunya masuk, lalu dia men
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 24

24"Aku nggak ngelarang kamu buat ketemu Nadia, tapi harusnya kamu ngomong dulu ke aku. Sesuai perjanjian kita!" tegas Imran untuk kesekian kalinya. Dia lelah terus berdebat dengan perempuan bergaun biru yang memandanginya dengan tajam. "Aku mamanya!" desis Dian. "Ya, itu nggak bisa dipungkiri lagi. Tapi, kalau ngerasa sebagai Mama, kemarin-kemarin, kamu ke mana aja?" "Aku sibuk." Imran berdecih. "Saking sibuknya, jangankan datang, nelepon seminggu sekali pun nggak. Apa kamu nggak punya pulsa?" "Aku memang salah, dan sekarang aku baru sadar jika aku membutuhkan Nadia." "Baguslah kalau begitu." "Makanya, Mas harus ngizinin aku ketemu dia." Imran melirik kaca depan rumah ibunya di mana gadis kecil berbando merah tengah mengintip. "Aku tanyakan lagi ke Nadia. Tadi dia nolak ketemu kamu." Dian menghela napas berat dan mengembuskannya sekali waktu. Dia kesal karena Imran tidak langsung mengabulkan permintaannya yang jauh-jauh datang demi menemui putri mereka. Perempuan berjilbab
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 25

25Pada pemakaman umum salah satu area Surabaya, seorang pria berkemeja koko putih tengah menatap nisan di hadapannya. Lelaki berkumis tipis bermonolog dalam hati untuk menceritakan ketiga anaknya pada Erni.Kendatipun hanya bisa memandangi nisannya, Arya sudah cukup tenang karena seolah-olah tengah berhadapan dengan almarhumah. Sekali-sekali Arya membersihkan dedaunan yang luruh dari pohon besar di sekitar makam. Kala kaki sudah tidak sanggup menahan beban tubuh, Arya memutuskan untuk menyudahi percakapan satu arah. Dia mengusap nisan beberapa kali sambil mengucapkan kata-kata perpisahan buat sang istri. Arya berdiri dan memutar pergelangan kaki untuk mengusir semut-semut tak kasatmata yang tengah berkerumun di sana. Selanjutnya, dia mengayunkan tungkai menjauhi area hingga tiba di dekat gerbang utama. Arya berbincang dengan pengurus makam. Dia menyelipkan amplop kecil sebagai tips buat lelaki tua yang terlihat semringah mendapatkan rezeki. Kemudian Arya meneruskan langkah menuju
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 26

26Arya mengikuti langkah Dahayu memasuki ruangan bernuansa putih dan abu-abu. Dia duduk di sofa panjang sambil menggulung lengan baju dengan gerakan lambat. Arya sengaja melakukan itu untuk mengulur waktu. Sebab dia yakin kedatangan Dahayu mengindikasikan bila dirinya dalam masalah. "Mas kenapa membohongiku?" tanya Dahayu tanpa mengucapkan basa-basi. "Maksudnya?" Arya balas bertanya. "Jangan berkelit! Aku sudah tahu kalau lomba besok tetap dilaksanakan." Arya mendengkus pelan. Dia memandangi perempuan tersebut sambil menahan deg-degan dalam hati. "Maaf, Yu. Aku cuma nggak mau ngerepotin kamu. Apalagi ... kita memang nggak bisa seakrab dulu," jelasnya. "Kenapa?" "Aku nggak enak hati sama Imran. Kamu sudah memutuskan untuk serius sama dia. Jangan sampai kedekatan kita membuatnya cemburu." Dahayu tertegun. Dia yang sebelumnya hendak menjelaskan hal serupa, akhirnya memutuskan untuk tetap diam. "Aku paham tentang itu, tapi, masalahnya aku sudah janji sama anak-anak." "Mereka nge
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 27

27"Ada apa, Mas?" tanya Dahayu sebelum menyuapkan makanan ke mulutnya. "Ehm, nggak ada apa-apa," kilah Arya. Dia memandangi perempuan berjilbab hitam yang tengah sibuk mengunyah. "Kamu mau diantarkan jam berapa ke hotel?" tanyanya. "Aku bisa berangkat sendiri, nggak perlu diantar." "Enggak baik perempuan jalan sendirian di malam hari." "Westy nyusul ke sini bareng yang lain. Mereka bentar lagi berangkat dari toko." "Berarti aku harus nyiapin suguhan." Dahayu menggeleng. "Mereka nggak turun." Arya kembali mengamati sahabatnya. "Ehm, besok, jadi ikut lomba?" "Ya, dong. Aku sudah latihan lari dari dua minggu lalu." "Kalau begitu, aku batalkan janji dengan Tami." "Dia tetap datang juga boleh. Biar ada suporter. Tami, kan, heboh." Arya mengulum senyuman. "Berarti Gunawan juga harus ikut. Biar ada yang gantiin pengasuh bayi." "Westy dan yang lainnya juga mau ikut. Banyak yang bisa jagain bayi." Enam puluh menit berikutnya, Dahayu terpaksa mengangkut Alfian bersamanya. Sebab sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 28

28"Yu, pipimu masih merah aja," ledek Westy sambil mengamati sahabatnya yang tengah duduk di sofa kamar hotel. "Apaan, sih?" keluh Dahayu. "Beneran itu. Masih merona merah jambu klutuk yang matang di pohon." "Kumat!" "Mas Arya kayaknya beneran sayang ke kamu." "Ngawur!"Westy berbalik. "Serius, Yu. Aku, Ninda, Ririn, Wahyuni dan Intan, sepakat tentang itu. Apalagi kata Intan, kamu dan Mas Arya sudah sangat kompak dalam merawat anak-anaknya." Dahayu mendengkus pelan. "Kami sudah terbiasa bekerjasama dari si kembar baru lahir. Erni, kan, sempat drop sehabis lahiran mereka. Kebetulan aku waktu itu memang tengah stay di sini, jadinya bisa lengket banget dengan anak-anak." Westy berdiri dari bangku di depan meja rias. Dia menyambangi perempuan berambut panjang yang sedang menonton televisi. "Aku beneran lebih suka lihat kamu bersama Mas Arya," tutur Westy, sesaat setelah duduk di samping kiri sahabatnya. "Bahkan, Gunawan dan Tami juga sepakat denganku," lanjutnya yang menyebabkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 29

29Arya duduk menyandar ke kursi putar sembari memelototi layar pin. Dia membaca percakapan rekan-rekannya yang tergabung dalam proyek Australia dan New Zealand. Sudut bibir Arya melengkungkan senyuman selama beberapa saat, sebelum berkedut dan terbuka. Arya tergelak akibat isi pesan yang berubah menjadi ajang saling lefek rekan-rekannya. ****Grup Proyek Kelima Australia dan New Zealand*Yanuar : Ladies and Bro, kapan bisa ketemuan? Olavius Aristide : Di mana, Yan? Yanuar : Di mana pun boleh. Alvaro : Aku bosan rapat di Jakarta. Farzan Bramanty : Ka Bandung atuh, @Alvaro. Wirya : Setuju!Harry Abhimana : Agree!Zulfi : Abdi mah, milu wae arek di mana oge. Keven Kahraman : Beuh! Aku jadi pengen mudik. Syuja : Sini, @Pak Keven. Nanti kuteaktir bakso Panghegar. Bryan Chavas : @Syuja, kamu jangan bikin aku ngeces. Nanti anakku juga gitu. Valdi : Anak yang mana, nih, @Pak Bryan? Hansel Arvasathya : Mas Bryan mimpi. Istri aja nggak punya. Mau punya anak dari mana coba? Bryan :
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 30

30Imran memandangi perempuan berambut sebahu yang tengah memasukkan tas ke bagasi kabin. Kala perempuan tersebut selesai dengan kegiatannya, Imran spontan berdiri untuk memberikan jalan buat perempuan berblazer ungu yang hendak duduk di kursi dekat kaca. Setelah kembali duduk, Imran memasang sabuk pengaman. Dia menoleh ke kanan ketika dipanggil perempuan tadi yang ternyata masih mengenalinya. "Mas, ketemu lagi kita," sapa perempuan bermata cukup besar seraya tersenyum. "Ya, mau ke Canberra, juga, ya?" tanya Imran. "Ya." Perempuan tersebut mengulurkan tangan kanan. "Kita sudah dua kali ketemu, tapi belum kenalan. Saya, Maudy Yasinta," paparnya. "Halo, saya, Imran. Senang berkenalan denganmu." Imran menyalami perempuan berparas manis yang sedikit mirip dengan temannya di kantor. "Kamu kerja di Australia?" tanyanya sembari menarik tangan. "Enggak. Hanya kontrol proyek." "Kerja di mana?" "Dewawarman Grup." "Ehm, punya keluarga Atalaric, betul?" "Ya. Mas kenal dengan Mas Aric?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status