All Chapters of Dijual Ibu Mertua Karena Mandul: Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

Bab 11

"Apa yang kau katakan?" tanya Arhan bingung.Arhan memundurkan langkah saat mendengar teriakan Lula. Keningnya mengerenyit heran seraya mencerna perkataan istrinya. Tangan yang sedari tadi terkepal akhirnya terbuka dengan pandangan yang sulit diartikan. Kesedihan di wajah Lula begitu sangat ketara hingga menggetarkan hati dan tubuh Arhan. "S-siapa yang bilang kau mandul? Siapa yang menyiksamu?" tanya Arhan dengan suara bergetar. Bersamaan dengan pertanyaan itu Edna masuk ke dalam ruangan Lula. Ia diberi kabar oleh Stella jika Lula telah dilarikan ke rumah sakit, namun tidak dengan kondisi Lula yang kini tengah berbadan dua. Edna meremas jari-jemarinya seraya memperhatikan wajah Arhan. Kemudian ia menatap Lula yang kini tengah menatapnya dengan penuh kebencian. Lula menghapus air matanya dengan kasar, mengulas senyum pahit saat melihat wajah Edna di hadapannya. "Mami yang menyiksaku, dia menjualku pada pria lain untuk memuaskan nafsu bejat mereka." tunjuk Lula pada Edna hingga
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 12

"Keterlaluan kamu, La...." gumamnya seraya meremas rambut dengan frustasi, namun pria itu meneteskan mata sambil tersenyum getir. Arhan berdiri di depan pintu rumah, menatap Lula yang tersungkur di bawah hujan. Tubuh wanita itu gemetar, basah kuyup, dan terlihat begitu lemah. Namun tatapan dingin Arhan tetap tidak berubah. Ia tak berkata sepatah kata pun, hanya memandangi Lula dengan wajah tanpa ekspresi sebelum akhirnya berbalik masuk ke dalam rumah, membiarkan pintu tertutup rapat.Pernikahan yang tengah berlangsung pun dibatalkan. Keputusan itu diambil bukan karena belas kasih pada Lula, tetapi karena hati Arhan diliputi kekosongan dan keraguan yang terlalu besar untuk ia abaikan. Ia tak bisa melanjutkan apa yang sudah direncanakan oleh ibunya.Setelah acara pernikahan dibubarkan, Edna duduk di ruang tamu sendirian. Tangannya gemetar saat memegang sebuah amplop yang ia temukan di kamar pribadinya. Isinya adalah hasil pemeriksaan medis yang mengungkap bahwa Arhan adalah pihak yang
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 13

"La!... Lula!" teriak Arhan. Arhan berlari mengejar mobil yang membawa Lula pergi. Hujan terus mengguyur tubuhnya, membuat langkahnya terasa berat, tapi ia tidak peduli. Ia memanggil nama Lula dengan suara penuh penyesalan, berharap wanita itu mau berhenti dan memberinya kesempatan untuk menjelaskan. "Lula! Tunggu! Tolong maafkan aku!" teriak Arhan dengan suara serak. Di dalam mobil, Lula menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang terus mengalir. Matanya terpaku pada spion, melihat sosok Arhan yang terus mengejarnya. Hatinya terasa remuk, tapi ia tetap diam. Frans melirik Lula dari kursi pengemudi, lalu kembali fokus pada jalan. Ia bisa merasakan luka di hati istri sahabatnya itu, tapi ia tahu Lula membutuhkan waktu dan jarak untuk memulihkan diri. "La, kamu yakin tidak ingin aku berhenti?" tanya Frans pelan, meski ia sudah tahu jawabannya. Lula menggeleng dengan lemah. "Tidak, Kak... Aku harus pergi dari sini. Jangan berhenti," jawabnya sambil menggenggam erat gamis pem
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 14

Arhan mengernyit, mencoba mengenali sosok itu. Dalam kegelapan, wajah Frans perlahan terlihat, dengan tatapan tajam yang menusuknya. "Frans?" Arhan bertanya, suaranya serak dan penuh kebingungan. Frans melangkah mendekat, menatap Arhan dengan pandangan yang tak bisa ditebak. "Kau pikir kau pantas mendapatkan kesempatan kedua setelah semua yang kau lakukan padanya?" Arhan terdiam, tak bisa membalas. Namun, sebelum ia sempat mengatakan apa pun, Frans mendekat lagi, matanya menyipit tajam. “Kalau kau ingin menebus semua dosa-dosamu pada Lula,” Frans berhenti, nadanya semakin rendah namun mengancam, “kau harus siap kehilangan segalanya.” Arhan terpaku di tempatnya, tubuhnya menegang. Kata-kata Frans menggema di kepalanya. Frans menatap Arhan dengan dingin, seolah setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah pisau yang siap menusuk. Ia berdiri tegak di hadapan Arhan, matanya menatap pria itu dengan campuran kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam. “Kau benar-benar tak tahu apa-apa,
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

Bab 15

"Berhenti!" Frans berseru, suaranya tegas meski wajahnya menahan kesal. Arhan berhenti mendadak, lalu berbalik dengan napas terengah-engah. Matanya penuh harap, seolah Frans adalah satu-satunya jalan keluar. “Kau pikir dengan kondisinya sekarang dia akan kembali ke rumah orang tuanya?” Frans berjalan mendekat, tangannya dimasukkan ke dalam saku, mencoba terlihat tenang meski jelas ada api di matanya. “Kau mau cari Lula, tapi dengan keadaanmu yang sekarang? Kau pikir dia bakal senang ketemu kamu?” Arhan menelan ludah, dadanya terasa sesak. “Kalau aku nggak cari dia, gimana caranya aku bisa minta maaf? Gimana aku bisa memperbaiki semuanya?” Frans mendesah berat, seolah mencoba menahan diri agar tidak meledak. “Denger ya. Lula itu lagi hancur banget. Dia nggak butuh siapapun sekarang, apalagi kalau kau cuma datang bawa omongan tanpa bukti. Yang dia butuh itu ketenangan. Kalau kau maksa ketemu dia sekarang, kau cuma akan buat semuanya makin parah.” “Tapi aku nggak bisa diam aja!” Arha
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bab 16

"Lula!!" teriak Athan menggema di sekitarannya. Tubuhnya langsung membeku. Lututnya hampir goyah ketika melihat Lula menaiki pagar balkon. Tubuhnya gemetar, sementara bayangan Lula yang berdiri di tepi pagar terlihat begitu rapuh di bawah sorotan lampu jalanan. “Lula!” Arhan berteriak sekeras-kerasnya, suaranya penuh panik. “Lula, jangan!” Teriakannya bergema di antara gedung-gedung sepi, membuat Frans yang berada di samping Lula tersentak. Frans langsung berlari ke arah wanita itu, napasnya memburu saat melihat Lula yang sudah berdiri di atas pagar. “La, apa yang kau lakukan?!” berteriak, suaranya bergetar. Dia mendekat perlahan, tangannya terulur ke arah wanita itu. “Turun, La! Jangan lakukan ini!” Lula menoleh perlahan, wajahnya dihiasi senyum tipis yang nyaris tidak terbaca. Angin malam menerpa rambut panjangnya, membuatnya terlihat seperti bayangan yang hampir menghilang. “Kak,” katanya pelan, suaranya datar tanpa emosi. “Santai saja. Aku hanya bermain-main.” “Tolong, turu
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 17

"La, a-aku...." ucapnya terbata kerena tak tega dengan nasib istrinya saat ini. Arhan melangkah mendekat, langkahnya ragu-ragu namun dipenuhi harapan. Matanya tak lepas dari sosok Lula yang berdiri diam di ambang pintu kamar. Ketika jaraknya cukup dekat, ia mengulurkan tangannya, mencoba meraih tangan wanita itu. Namun, Lula dengan lembut menepis uluran tangannya. Bukan dengan kasar, melainkan seperti seseorang yang tak ingin terhubung kembali dengan masa lalu. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia berbalik dan berjalan lebih dulu menuju sofa, meninggalkan Arhan terpaku. Lula duduk dengan tenang, tangannya terlipat di pangkuan. Matanya menatap lurus ke depan, dingin dan datar. Meski hatinya terasa seperti diiris, tak ada air mata yang keluar. Ia sudah terlalu lama menangis hingga kini semua itu terasa percuma. Arhan mengikutinya, berdiri di hadapannya dengan wajah penuh penyesalan. Ia menghela napas, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bicara. “La,” panggilnya, suaranya berat dan
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 18

"Apa syaratnya, La?" tanya Arhan lagi. “Aku tidak mau bertemu dengan Edna. Aku tak ingin melihat wajahnya lagi.” Bahkan Lula sudah enggan memanggil wanita itu dengan panggilan Ibu. Arhan terdiam mendengar permintaan itu. Ia tahu betul perasaan Lula. Edna, ibunya, adalah orang yang selama ini menipu dan menghancurkan hidup Lula. Bahkan, wanita itu adalah orang yang tega menjualnya, mempermainkan perasaan dan hidupnya demi keuntungan pribadi. Lula menatap Arhan dengan tatapan yang penuh kebencian, meskipun di dalam dirinya ada perasaan yang tak bisa ia ungkapkan. “Jangan bawa aku berdekatan dengan wanita itu. Aku tak bisa melihatnya. Aku benci dia.” Arhan menghela napas panjang. Hatinya terasa terjepit di antara dua pilihan yang tak mudah. Di satu sisi, Edna adalah ibunya, wanita yang sudah melahirkannya, meski perbuatannya tak terampuni. Namun, di sisi lain, Lula adalah istrinya, orang yang begitu ia cintai, dan ia tahu betul betapa dalam luka yang ditinggalkan oleh Edna di hati L
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 19

"Cepat bawa dia ke rumah sakit! Tunggu apa lagi?" seru Lula akhirnya dengan nada dingin. Arhan segera membawa tubuh ibunya yang tak sadarkan diri ke sofa. Wajahnya terlihat panik, sementara Lula hanya berdiri mematung seolah tak bersimpatik. Namun, naluri kemanusiaannya tak bisa ditahan lebih lama. Tanpa menunggu lebih lama, Arhan mengangkat tubuh Edna dan membawanya ke mobil. Lula mengikuti dengan langkah santai, meskipun hatinya masih penuh kebencian. Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, suasana di dalam mobil kembali dipenuhi ketegangan. Arhan fokus mengemudi dengan wajah penuh kecemasan, sesekali melirik ibunya yang terkulai lemah di kursi belakang. Sesampainya di rumah sakit, Arhan segera memanggil bantuan. Tim medis dengan sigap membawa Edna ke ruang gawat darurat, meninggalkan Arhan dan Lula menunggu di luar. Arhan terlihat mondar-mandir di koridor, wajahnya penuh kekhawatiran. "La," panggilnya pelan, menghentikan langkahnya. Lula menatapnya dengan ragu. "Apa?" "Ma
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 20

"Cepat periksa semua ruangan, kepung mereka agar tidak ada yang bisa melarikan diri!" teriak komandan polisi. Polisi sudah mulai menggeledah rumah itu. Mereka masuk ke setiap ruangan, membuka pintu-pintu tersembunyi, bahkan merekam segala aktivitas aneh yang ditemukan. Beberapa wanita tampak ketakutan, tapi tak ada jejak Lula. Arhan langsung mencari Stella, perempuan yang dulu mengelola tempat ini. Tentu ia tahu nama mucikari itu dari Frans yang telah menceritakan segalanya. Dia berdiri di ruang tamu dengan wajah santai seolah tak ada yang salah. “Stella!” Arhan mendekat dengan langkah cepat. “Di mana Lula?!” suaranya keras, penuh amarah. Stella hanya mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. “Aku nggak tahu siapa yang kamu cari.” “Jangan pura-pura bodoh!” Arhan menunjuk wajahnya. “Kamu pasti tahu sesuatu! Katakan di mana dia!” Stella terkekeh pelan. “Serius. Sudah lama aku nggak urus bisnis kayak gini. Tempat ini udah bersih. Nggak ada yang namanya perdagangan perempuan lagi.”
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status