Sudut pandang Arini:Jovan terdiam. Selama beberapa saat kesunyian menyelimuti kami berdua."Kenapa?" tanyanya."Karena aku nggak mau pergi. Kamu pergi saja dengan Safira. Aku yakin dia pasti akan menemanimu dengan senang hati.""Tapi Safira 'kan bukan istriku, Arini," protesnya. "Istriku itu kamu.""Belakangan ini aku malah bertanya-tanya mengenai statusku di matamu. Kamu membiarkan Safira bertindak seenaknya seolah dia adalah nyonya di rumah ini."Jovan menghampiriku dan berkata, "Sayang, aku minta maaf.""Itulah masalahnya!" seruku sambil melemparkan selimutku dan duduk. "Kamu cuma bisa bilang maaf, maaf, dan maaf, tapi kamu sama sekali nggak berusaha untuk berubah. Aku sudah capek dengar permintaan maafmu karena kamu selalu mengulanginya lagi.""Arini, dia sedang hamil ….""Apakah itu berarti setiap tindakannya yang berlebihan bisa dimaafkan? Sudah ah, aku nggak mau membicarakan Safira lagi. Belakangan ini kita berdua nggak bisa bicara selayaknya suami istri tanpa berdiskusi tentan
Last Updated : 2024-12-10 Read more