Semua Bab Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan: Bab 11 - Bab 20

50 Bab

Bab 11 Rasanya seperti Dia Menikah dengan Dua Wanita

Sudut pandang Arini:Tiga hari kemudian ...."Selamat pagi, Bu Arini," kata Dokter Sarah dengan senyum hangat saat memasuki ruangan. "Kamu sudah sembuh dan bisa pulang. Suamimu cuma perlu mengurus administrasi nanti."Aku tersenyum. "Terima kasih, Dok."Dokter Sarah mengangguk dan berbalik untuk meninggalkan ruangan. "Jaga diri, Bu Arini. Semoga pemulihanmu lancar di rumah."Anita yang duduk di samping tempat tidur tersenyum dan menggenggam tanganku. "Syukurlah, akhirnya kamu boleh pulang, Arini."Aku membalas senyumannya. "Terima kasih, Anita."Tak lama kemudian, Jovan masuk sambil membawa beberapa bungkus makanan. "Selamat pagi, Sayang. Aku beli sarapan buat kamu.""Terima kasih," jawabku datar. Tiga hari terakhir benar-benar canggung. Kami lebih mirip seperti orang asing.Aku jarang bertemu Jovan, kecuali saat dia datang untuk menjengukku. Namun, kunjungannya itu juga tak pernah lebih dari beberapa menit. Dia selalu terburu-buru meninggalkanku untuk menemani Safira. Saat aku mengelu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 12 Kesepakatan

Sudut pandang Arini:Perjalanan pulang kali ini adalah salah satu pengalaman paling menyebalkan yang pernah aku alami. Safira melakukan berbagai macam hal yang menguji kesabaranku, mulai dari merajuk hingga terus-menerus menempel pada Jovan.Saat asyik mengobrol dengan Jovan, perempuan itu sesekali merangkulnya dengan ceria. Tak lupa, dia juga memberiku tatapan mengejek dari kaca spion tengah."Jovan, bisa putar lagu? Aku bosan," ujar Safira tiba-tiba memecah keheningan di dalam mobil."Kamu mau dengar lagu apa?""Lagu yang dulu biasa kita dengar waktu SMA, 'I Will Always Love You,' dari Whitney Houston," kata Safira."Aku nggak punya lagu itu lagi," sahut Jovan tanpa melepaskan tatapannya dari jalan."Kenapa kamu nggak menyimpan lagu yang dulu berarti banget buat kita?" rengek Safira yang tampak kecewa.Jovan hanya mengangkat pundak dan terkekeh. Namun, adegan itu sudah cukup untuk membuatku sakit hati. Dia selalu tampak begitu santai di dekat Safira. Padahal, jika bersamaku, dia jara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 13 Menampung Perempuan Lain

Sudut pandang Arini:Aku menatap Jovan, mengharapkan penjelasan. Namun, dia tampaknya ingin mengabaikanku.Amarahku seketika tersulut. Apa-apaan ini? Jangan bilang Jovan setuju menampung Safira di rumah ini tanpa memberi tahu dan membahasnya denganku."Jovan, kesepakatan apa?" ulangku lagi dengan nada yang lebih tegas dan meninggi. "Cepat ceritakan padaku.""Sayang, nggak perlu teriak-teriak," jawab Jovan sebelum melirik Safira. "Kami sudah membicarakannya tadi.""Membicarakan apa?" tanyaku dengan kesabaran yang makin menipis. "Kamu nggak bisa sembarangan mengundang orang untuk tinggal di sini tanpa berdiskusi denganku dulu. Aku ini istrimu!"Safira masih berdiri dan mengelus-elus perutnya untuk mengemis simpati. "Jovan, bilang saja ke Arini," katanya sambil menggenggam tangan Jovan. "Kita sudah sepakat kalau aku bisa tinggal di sini sampai aku bisa bangkit dan dapat tempat tinggal sendiri.""Bangkit?" ulangku dengan ekspresi tak percaya. "Kamu hamil, Safira, bukan cacat! Kamu harusnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 14 Haruskah Aku Memeriksa Ponselnya?

Sudut pandang Arini:Aku terbangun karena merasakan tepukan pelan di pundakku. Ketika membuka mata, aku melihat Jovan sedang memandangiku dengan lembut."Makan malam sudah siap, Bu Arini," ujarnya dengan hangat sambil mengecup keningku."Makan malam?" seruku yang langsung duduk. "Jam berapa sekarang?" tanyaku sambil menatap ke jendela dan menyadari bahwa di luar sudah gelap.Jovan terkekeh. "Kamu tidur hampir empat jam. Kayaknya baru kali ini kamu tidur siang selama itu. Kamu nggak sakit, 'kan?""Aku nggak apa-apa," jawabku cepat sambil turun dari tempat tidur. Aku yakin tubuhku yang terasa berat ini adalah karena kehamilanku. Namun, aku belum berniat memberi tahu Jovan sekarang."Ya sudah," kata Jovan sambil mengangguk. "Kamu mau makan?"Aku mengiakan dan kami pun berjalan ke luar kamar. Saat menuju ruang makan, aku bertanya, "Kita makan malam apa hari ini?""Kentang goreng, brokoli, dan ayam," jawab Jovan sambil tersenyum.Aku berhenti sejenak dan menatap Jovan dengan heran. "Kamu ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 15 Langkah Licik

Sudut pandang Arini:Aku sadar bahwa tindakanku ini salah. Hanya karena penasaran, aku sampai melanggar prinsipku sendiri. Namun, aku tidak mampu menahan diri lagi. Tanpa sadar, jariku sudah bergerak dan mengetikkan password. Tadi, Jovan mengatakan di mobil bahwa password ponselnya adalah namaku. Sekarang  adalah saat untuk membuktikannya.Setelah mengetikkan namaku, ternyata kunci layar memang benar-benar terbuka. Aku segera membuka kotak pesan dan membaca pesan-pesan dari Safira.[Jovan, kamu sudah selesai mandi belum?][Habis mandi, kamu mau menemani aku sebentar nggak?][Jovan, kenapa kamu nggak balas? Apa Arini masih bangun?][Jovan!!!][Aku nggak bisa tidur. Ayo kita keluar lihat bintang kayak dulu di SMA.][Kamu sudah janji waktu di rumah sakit kalau kita mau lihat bintang bareng.]Dengan marah, aku mematikan dering ponsel dan meletakkannya kembali di sofa. Dasar perempuan tidak tahu malu! Seharusnya dia langsung tidur, bukan mengajak suami orang untuk keluar malam-malam dan mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 16 Pernikahan yang Tak Sempurna

Sudut pandang Arini:Aku bisa merasakan tubuh Jovan menegang. Lengannya yang memelukku terasa kaku. Aku tidak bisa menarik kembali kalimatku barusan. Kira-kira, apa jawaban Jovan?"Oh, mungkin aku nggak sengaja pakai sampomu," kata Jovan setelah beberapa saat sambil berusaha terdengar tenang.Hatiku kembali merasa seperti diiris. Rasanya selalu menyakitkan setiap kali Jovan berbohong padaku. Aroma sampo di tubuh Jovan adalah aroma vanila, padahal aku menggunakan sampo beraroma lavender. Siapa lagi pemilik sampo itu kalau bukan Safira? Wanginya mungkin menempel saat Safira bersandar di pundak Jovan tadi."Ada apa, Arini?" tanya Jovan pelan.Apa lagi yang bisa kukatakan? Saat ini aku merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku masih ingat dengan semua alasan dan kebohongannya jika kami berbicara soal Safira. Telingaku bosan mendengar Jovan mengatakan bahwa mereka hanya sahabat. Aku rasa, jurang yang memisahkan kami tidak bisa dijembatani lagi hanya dengan kata-kata.Apakah hal ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 17 Marah dan Bergairah

Sudut pandang Arini:Saat jam kerjaku selesai, Jovan sudah menunggu di depan restoran untuk mengantarku pulang. Riska yang muncul dari balik pintu ruanganku langsung menyeletuk, "Suami Ibu sudah datang.""Iya, aku sudah tahu," jawabku sambil tersenyum."Hahaha, siap, Bu," ujar Riska sebelum pergi.Aku buru-buru keluar karena tidak ingin membuat Jovan menunggu terlalu lama. Ketika sampai di depan, aku melihat dia bersandar di mobilnya."Bagaimana pekerjaan hari ini, Bu Arini?" tanyanya begitu aku sampai di dekatnya."Biasa, sibuk banget.""Kalau aku minta kamu berhenti kerja, kamu nggak bakal mau, 'kan?" ujarnya sambil mengambil tas tanganku."Tentu saja nggak," jawabku. Memasak adalah duniaku. Aku tidak bisa bisa membayangkan hidup tanpa pekerjaanku sebagai koki."Ayo aku bantu kamu masuk," kata Jovan sambil mengulurkan tangan. Aku meraihnya dan duduk di kursi sebelah pengemudi.Jovan duduk di sebelahku dan memasang sabuk pengaman. Aku mengira dia akan langsung menyalakan mobil, tetapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 18 Berduaan dengan Suami

Sudut pandang Arini:Aku masuk rumah dengan terburu-buru. Safira sedang duduk di ruang tamu menonton acara drama di TV.Dia melirikku sebentar, lalu kembali menonton TV. Jadi, dia sekarang ingin mengabaikanku? Tidak masalah. Aku malah senang tidak perlu meladeninya. Saat hendak menuju tangga, aku tiba-tiba mendengar dia memanggil Jovan di belakangku.Aku berhenti sejenak dan menoleh. Jovan baru saja masuk ke ruang tamu, tetapi Safira sudah melompat dari sofa dan memeluk lengan suamiku."Aku kangen kamu. Bagaimana tadi di kantor? Kamu capek nggak?" tanyanya dengan nada cemas yang dibuat-buat.Jovan tetap diam. Setelah beberapa saat, barulah dia berbicara. "Jangan begini, Safira. Jaga sikapmu."Aku seketika merasa muak. Jovan tidak langsung mendorongnya atau pergi menjauh.Amarahku kembali tersulut. Mataku bertemu dengan mata Jovan dan aku bisa melihat ada rasa bersalah di sana. Namun, aku segera mengalihkan pandanganku dan cepat-cepat naik ke atas.Aku sudah terlalu lelah untuk terus me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 19 Liburan Singkat

Sudut pandang Arini:Aku benar-benar takjub saat tiba di area hotel. Tadi, ketika kami mengelilingi hotel sebentar dengan mobil, aku benar-benar dibuat ternganga. Bangunan hotel ini begitu luas dan megah.Jovan tertawa kecil dan mematikan mesin mobil, lalu keluar dan membukakan pintu. Aku menyambut uluran tangannya saat turun dari mobil.Aku tidak bisa menahan diri untuk mengamati lebih detail bangunan hotel ini. Gedungnya menjulang tinggi ke atas dan jendela kacanya yang bening tampak berkilau di bawah sinar matahari. Pintu masuknya berupa gapura besar dengan hiasan air mancur yang dikelilingi taman bunga. Secara keseluruhan, penampilan luar hotel menunjukkan kesan mewah yang luar biasa."Aku baru tahu kalau keluargamu punya hotel seperti ini," ucapku tanpa mampu menyembunyikan rasa kagum."Hotel ini memang anak perusahaan Grup Rahadian, tapi aku pemiliknya," sahut Jovan dengan nada bangga.Aku benar-benar kaget. Aku sudah tahu bahwa Jovan dan keluarganya sangat kaya. Namun, aku tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 20 Pijat dan Kencan Makan Siang

Sudut pandang Arini:Jovan kembali sambil membawa tas kami, lalu memasukkannya ke lemari. "Aku nggak mau kamu stres," katanya seraya menghampiriku."Apa kamu mengajakku kemari untuk membuatku malas?" tanyaku sambil pura-pura cemberut."Kamu di sini untuk kumanjakan," jawabnya."Emm ... kedengarannya aku bakal menyukainya," kataku sambil tersenyum."Bagus," kata Jovan sambil mencondongkan badan. "Aku akan membongkar bawaan kita, lalu kita ke spa hotel untuk sesi pijat. Kamu sibuk sekali minggu ini, jadi sangat butuh pijat untuk merelaksasi otot-ototmu.""Kamu sudah mengatur semuanya, 'kan?" tanyaku, merasa senang dengan perhatiannya."Aku nggak akan mengajakmu ke sini tanpa persiapan. Aku akan membongkar tas sekarang." Dia mengedipkan mata kepadaku dan berjalan kembali ke lemari.Saat Jovan memunggungiku, mataku terpaku pada otot-ototnya yang teregang di balik kemejanya yang pas badan. Kurasakan debaran yang tidak asing itu lagi. Aku tersenyum, mensyukuri liburan ini dan perhatian Jovan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status