Napas Xuan Li belum sepenuhnya stabil setelah pertarungan dan penyelamatan di tempat itu. Tapi pikirannya tetap tajam. Tanpa banyak membuang waktu, ia duduk bersila dan menarik napas dalam.Kesadarannya menyentuh tubuh tiruannya yang masih berada jauh di Kota Awan Surga.Dalam satu hembusan napas, jiwa tiruan itu luruh kembali ke tubuh utamanya. Ingatan dan pengalaman sebagai tabib di kota itu, penyembuhan, interaksi dengan pasien, dan observasi spiritual, mengalir deras ke dalam benaknya. Tubuhnya sedikit bergetar karena beban integrasi, tapi tidak berlangsung lama.“Selesai,” bisiknya.Xuan Li melompat ke udara, melesat seperti bayangan di antara angin senja. Arah tujuannya jelas, yaitu ke Paviliun Gunung Sunyi. Tempat tinggalnya yang sunyi dan tersembunyi, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Tempat di mana ia bisa merenung dan menata ulang pikirannya.Namun, saat baru melewati puncak ketiga di barisan gunung utara, langit tiba-tiba terbelah.Sebuah celah hitam seperti luka muncul di angka
Terakhir Diperbarui : 2025-04-17 Baca selengkapnya