Xuan Li mengamati ke sekeliling, matanya tajam, namun tubuhnya tidak bergerak. Di hadapannya, para tetua suku berbicara dalam bahasa mereka, suara mereka rendah, serak, namun penuh makna. Beberapa kali mereka menoleh padanya, mengangguk-angguk, seolah menilai seekor ternak langka sebelum dijagal.Saat wanita tua dengan rambut seperti kabut mengangkat tangannya, angin berhenti. Daun-daun berhenti berdesir.Ketua suku berdiri dari tempat duduknya. Pria tua itu memiliki tubuh yang kekar meski sudah termakan usia. Di wajahnya terukir simbol-simbol kepercayaan yang tampak seperti luka bakar. Ia menatap Xuan Li dan tersenyum. Bukan senyum ramah, tapi puas, seperti harimau yang melihat rusa pincang datang sendiri ke mulut gua."Ka'ila... ka'rua," katanya dalam bahasa mereka, lalu menunjuk ke arah bukit batu di kejauhan.Beberapa anggota suku menunduk hormat. Mereka tahu artinya."Persembahan untuk Dewi," gumam Xuan Li dalam hati. "Bukan ditahan, tetapi dikurbankan."Langkah kakinya tidak g
Last Updated : 2025-04-12 Read more