Semua Bab Cinta di Kursi Roda: Bab 71 - Bab 80

108 Bab

Bab 71: Sebuah Keyakinan yang Tenang

Malam itu, angin berhembus pelan, membawa aroma melati yang menenangkan. Laila duduk di ruang keluarga, mengumpulkan keberanian yang sejak tadi berkecamuk di dalam dadanya. Matanya memandang ke arah kedua orang tuanya yang duduk berhadapan dengannya, wajah mereka memancarkan keseriusan yang begitu dalam. Ia tahu, pembicaraan ini tidak akan mudah. Tapi ia merasa bahwa waktunya telah tiba untuk berbicara dari hati ke hati dengan keluarga yang selalu ia hormati, untuk menyampaikan sebuah keyakinan yang selama ini terpendam di dalam hatinya.Dengan lembut, Laila membuka percakapan, “Ayah, Ibu… terima kasih sudah mau mendengarkan aku malam ini. Aku tahu mungkin kalian merasa lelah dengan semua yang terjadi. Dan aku tahu bahwa pilihan yang aku buat bukanlah sesuatu yang mudah bagi kalian untuk diterima. Tapi, aku mohon, izinkan aku untuk menjelaskan semuanya dari sudut pandangku.”Ibunya menghela napas panjang, namun masih mendengarkan. Wajahnya yang dipenuhi kasih sayang, namun juga tampak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 72: Tantangan dan Keteguhan Hati

Fajar menyingsing perlahan, membawa serta secercah harapan dalam kesibukan yang sudah menanti di kantor. Hari ini adalah hari penting, hari ketika proyek besar yang dikerjakan oleh Laila dan Raka mencapai fase paling kritis. Segala upaya, kerja keras, dan malam-malam panjang yang mereka lalui bersama akan dipertaruhkan di titik ini. Namun, tak hanya semangat yang menyelimuti suasana, tetapi juga keraguan dan bisikan-bisikan di balik punggung mereka.Sejak awal, Raka telah berjuang keras membuktikan kemampuannya di lingkungan yang selalu memandang skeptis pada kondisinya. Bagi sebagian orang, kelemahan fisik yang ia miliki seolah menjadi alasan untuk meremehkannya, menganggapnya tak layak memimpin. Tapi, dengan tekad yang kuat, Raka terus berjalan, tak pernah menyerah meski banyak rintangan menghadang.Di ruangan yang terang oleh lampu-lampu neon, Laila memperhatikan Raka yang sedang berdiri di depan layar komputer besar. Wajahnya tampak serius, matanya menyorotkan ketegangan namun jug
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Bab 73: Setitik Cahaya di Tengah Gelap

Hari itu, Raka memulai terapinya dengan semangat yang baru. Ada harapan yang pelan-pelan tumbuh dalam hatinya, setitik cahaya di tengah kegelapan yang selama ini menguasai jiwanya. Meski prosesnya berjalan lambat, setiap gerakan kecil yang berhasil dilakukannya terasa seperti kemenangan besar. Kehangatan dan kekuatan cinta yang ia rasakan dari Laila telah menjadi bahan bakar bagi tekadnya, mengobarkan harapan bahwa suatu hari ia akan kembali seperti dulu, atau setidaknya, mendekati harapannya.Di ruangan terapi yang tenang, Raka berusaha menggerakkan tubuhnya sesuai instruksi dari terapis. Latihan yang mungkin terlihat sederhana bagi orang lain ternyata memerlukan usaha luar biasa bagi Raka. Setiap gerakan kecil menjadi perjuangan, namun ada perasaan puas yang mengalir di dalam dirinya ketika otot-otot yang dulu nyaris tak terasa kini mulai merespons, meskipun perlahan.“Baik sekali, Raka,” ucap terapisnya dengan senyum penuh dorongan. “Progresmu sudah lebih baik dari sesi sebelumnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 74: Tantangan di Balik Senyuman

Hari-hari di kantor yang dulu tenang kini berubah menjadi lautan tekanan yang menghantam Raka dari segala penjuru. Prestasinya belakangan ini, terutama di tengah keterbatasan fisik yang ia hadapi, telah menjadi pusat perhatian. Beberapa rekan kerja yang sebelumnya ramah kini tampak mulai menyimpan prasangka, sementara yang lain berusaha bersikap biasa saja, meskipun tatapan mereka mulai berubah menjadi dingin. Di balik senyuman yang dilemparkan dengan basa-basi, tersimpan ketidaksetujuan dan kecemburuan.Di antara mereka, seorang kolega bernama Yuda mulai menunjukkan tanda-tanda ketidaksukaan yang semakin kentara. Yuda, seorang karyawan lama yang selama ini merasa posisinya tak tergoyahkan, kini merasa terganggu dengan kehadiran Raka. Seolah-olah semua usaha dan keringat yang telah ia curahkan selama bertahun-tahun tampak kurang berarti di hadapan kesuksesan Raka yang datang dalam waktu singkat. Diam-diam, Yuda merencanakan cara untuk menjatuhkan Raka, mencari celah untuk membuktikan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 75: Jejak Ketenangan di Bawah Langit

Udara pagi menyambut hangat ketika Raka dan Laila melangkah meninggalkan hiruk pikuk kota, memulai perjalanan kecil yang telah lama mereka impikan. Dalam keheningan mobil yang melaju, mereka berdua terdiam, membiarkan pikiran mengembara ke angan-angan tentang kedamaian yang sebentar lagi akan mereka temui.Langit tampak membentang luas, seolah-olah memberi mereka ruang untuk bernafas setelah sekian lama tenggelam dalam tekanan pekerjaan. Di sanalah, di antara hamparan pepohonan dan jalanan yang sunyi, mereka merasa akhirnya bebas dari semua beban. Raka menyadari bahwa terkadang, dunia bergerak terlalu cepat, menuntut terlalu banyak, sementara hatinya sering kali hanya membutuhkan keheningan dan ketenangan untuk menyembuhkan diri.Perjalanan itu membawa mereka ke sebuah desa kecil di tepi pegunungan, jauh dari bisingnya suara telepon dan notifikasi yang terus berdentang. Di desa ini, waktu seakan berjalan lebih lambat. Angin yang berhembus di sekitar mereka mengirimkan wangi tanah dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Bab 76: Kekuatan Baru di Tengah Badai

Sepulang dari perjalanan yang penuh kedamaian itu, Raka melangkah masuk ke kantor dengan semangat yang lebih kuat. Ada ketenangan baru di dalam dirinya, kekuatan yang tidak hanya lahir dari fisik, tetapi dari keyakinan mendalam akan siapa dirinya dan apa yang ingin ia capai. Meskipun kursi roda masih menjadi teman setianya, kini ia merasa lebih bebas. Ia telah berdamai dengan keadaan, dan bersama Laila, ia menemukan makna yang lebih dalam dari setiap langkah yang mereka tempuh.Pagi itu, Raka membuka rapat tim dengan keyakinan yang terpancar dari tatapannya. Para kolega yang sudah mulai meragukan kemampuannya memimpin proyek besar ini, kali ini merasakan perbedaan. Di hadapan mereka, tidak lagi berdiri seorang Raka yang dibebani oleh kelemahan, tetapi seseorang yang hadir dengan keyakinan penuh dan energi yang kuat.“Saya tahu beberapa waktu ini proyek ini mengalami banyak hambatan,” ucap Raka dengan suara yang tenang namun tegas. “Tetapi saya percaya, kita semua ada di sini bukan han
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 77: Makan Malam di Bawah Cahaya Harapan

Suara denting sendok dan garpu beradu lembut di atas piring. Raka dan Laila duduk berhadapan di sebuah restoran kecil yang terletak di sudut kota, jauh dari hingar-bingar kehidupan mereka sehari-hari. Malam itu, hanya ada mereka, ditemani cahaya lilin yang temaram dan alunan musik lembut yang mengisi ruang dengan kehangatan. Sebuah perayaan sederhana, namun penuh makna.Laila menatap Raka dengan tatapan hangat, bibirnya melengkung dalam senyum yang lembut namun dalam. Di hadapan lelaki yang telah berbagi suka dan duka bersamanya, ia merasa damai. Malam itu, ia menyaksikan kilau kebahagiaan di mata Raka yang jarang terlihat sebelumnya. Sebuah kebahagiaan yang tidak hanya berasal dari keberhasilan, tetapi juga dari rasa penerimaan.“Rasanya seperti mimpi, ya,” ujar Laila pelan, jemarinya memainkan tepi gelas di hadapannya. “Semua perjuangan, rasa lelah, dan keraguan, sekarang menjadi kenangan yang manis. Kita berhasil, Raka.”Raka mengangguk pelan, menghela napas dalam-dalam seolah ingi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 78: Dilema di Persimpangan

Hari itu, Raka merasa ada sesuatu yang berbeda. Pagi yang biasanya ia mulai dengan semangat penuh kini terasa seolah berbalut keraguan. Matanya menatap kosong pada layar email di depan meja kerjanya, di mana sebuah tawaran besar dari perusahaan luar negeri terpampang jelas. Ia menatap kata-kata itu dengan perasaan yang bercampur aduk—antara kebanggaan dan ketidakpastian. Tawaran ini merupakan pencapaian yang sulit dibayangkan sebelumnya, sebuah kesempatan karier yang bisa mengubah hidupnya secara drastis. Namun, di balik gemerlap prospek tersebut, tersembunyi sebuah konsekuensi yang tidak mudah: jika ia menerima pekerjaan itu, ia harus meninggalkan tempat ini dan pergi ke negeri yang jauh.Selama beberapa saat, Raka terdiam, mencoba mencerna arti dari surat itu. Pikirannya melayang pada Laila, pada kehidupan yang baru saja mereka bangun bersama, pada malam-malam penuh obrolan tentang masa depan yang penuh kehangatan dan janji. Rasa bahagia yang baru saja ia temukan di samping Laila ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 79: Mengurai Kekhawatiran dalam Hening

Laila duduk di teras rumahnya, ditemani secangkir teh yang sudah mulai dingin. Malam melingkupi suasana dengan ketenangan yang hampir menggantung di udara, seperti menanti dirinya untuk mengurai segala rasa yang bergejolak di dalam hati. Pikirannya kembali melayang pada percakapan terakhirnya dengan Raka, pada janji-janji tak terucap dan senyum yang ia pasang meski hatinya bimbang. Ia mencintai Raka lebih dari yang bisa ia ungkapkan, namun sekarang, ia harus menghadapi bayangan perpisahan yang nyata. Di tengah lamunannya, ponselnya berdering. Nama sahabatnya, Mira, tertera di layar. Tanpa ragu, Laila menjawab, berharap percakapan ini bisa sedikit meredakan gundah di hatinya. "Laila, aku dengar tentang tawaran kerja Raka," suara Mira terdengar hangat, penuh perhatian. "Bagaimana perasaanmu? Kamu baik-baik saja?" Laila menarik napas dalam, seakan mencari kekuatan untuk menjawab. "Jujur, aku masih mencoba menerimanya, Mira. Tawaran itu berarti dia harus pergi jauh, dan entah kapan dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Bab 80: Meniti Harapan di Persimpangan

Pagi itu, Raka duduk di ruang keluarga dengan orang tuanya. Mereka mengelilingi meja makan, namun pembicaraan kali ini terasa berbeda. Di meja yang biasanya dipenuhi canda dan obrolan ringan, kini ada percakapan serius yang menggantung di udara, penuh dengan harapan dan kekhawatiran.Ayah Raka menghela napas, suaranya penuh ketenangan namun sarat dengan kebijaksanaan yang didapat dari tahun-tahun hidupnya. “Raka, Nak, ini adalah kesempatan yang sangat langka. Tidak semua orang bisa mendapatkan tawaran seperti ini. Ini bukan hanya tentang dirimu, tapi tentang masa depan yang lebih baik bagi kita semua,” katanya dengan nada yang penuh harap.Raka menundukkan kepalanya, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya. Ia menyadari betapa besar keinginan keluarganya agar ia mengambil kesempatan ini. Tawaran dari perusahaan asing itu, dengan segala janji kehidupan yang lebih baik, memang memiliki daya tarik yang tak terbantahkan. Namun, ada perasaan lain yang terus mengusik hatinya, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status