Semua Bab Cinta di Kursi Roda: Bab 91 - Bab 100

108 Bab

Bab 90: Kilau di Ujung Perjuangan

Langit pagi itu terlihat sedikit mendung, seakan menyisakan kilasan rasa lelah yang Laila bawa sepanjang malam tanpa tidur. Namun, dalam setiap langkah yang ia ayunkan menuju kantor, ada semangat yang tak terlukiskan, seolah bayangan letih tersapu oleh kebanggaan yang mengalir dalam dirinya. Setelah berbulan-bulan bergelut dengan detail proyek besar itu—waktu, tenaga, dan segala usaha yang ia curahkan—akhirnya sampai pada puncak, sebuah titik akhir yang telah ia capai dengan sepenuh hati.Pagi ini, Laila menerima email dari atasannya yang berisi pengumuman keberhasilannya. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, ia membaca pesan tersebut dengan hati berdebar, sebuah pengakuan yang selama ini hanya ada dalam angannya. Di balik layar laptopnya, tersirat bayangan perjalanan panjang yang penuh perjuangan. Proyek ini bukan hanya tentang angka atau laporan, tetapi perjalanan bagi Laila menemukan kekuatannya sendiri, menyelami dedikasi dan ketulusan yang tersimpan dalam dirinya.Saat akhirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 91: Antara Keyakinan dan Keraguan

Setelah momen lamaran yang menggetarkan hati, Raka kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Antara gugup dan antusias, ia tak henti-hentinya memikirkan bagaimana Laila menerima lamarannya dengan senyum yang tulus, sebuah jawaban yang ia tunggu-tunggu. Kebahagiaan menyelimuti hati Raka, tetapi di balik itu, ada percikan kegelisahan yang tak bisa ia abaikan. Ada sesuatu di dalam dirinya yang kembali menariknya ke dalam labirin keraguan.Saat itu, ia duduk di tepi tempat tidur, memandangi cincin yang kini melingkar di jari manisnya. Kilauan kecil dari cincin itu seperti menggambarkan masa depan yang ia impikan, namun juga menyadarkannya akan tanggung jawab besar yang sedang menunggu. Sebuah perjalanan baru, bukan hanya sebagai kekasih, tetapi sebagai suami, pendamping hidup yang harus siap di segala situasi.Raka mencoba menguatkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam. “Aku sudah sejauh ini,” bisiknya pelan, mencoba meyakinkan diri. Namun, seolah-olah pikirannya tak ingin begitu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

Bab 92: Sebuah Restu dalam Keheningan

Langit sore itu tampak teduh, seolah ikut merasakan kegelisahan di hati Raka yang semakin mendalam. Ia berdiri di depan rumah keluarga Laila, menggenggam bunga di tangan kanan dan melafalkan doa dalam hati, berharap semua akan berjalan lancar. Hatinya dipenuhi keinginan untuk menyampaikan niat suci, tetapi ia tahu, restu orang tua Laila adalah fondasi yang harus dibangun dengan ketulusan dan hormat.Pintu rumah terbuka, dan ayah Laila menyambut Raka dengan senyum ramah. Beliau adalah pria yang teduh, dengan wajah yang penuh wibawa, sementara ibu Laila berdiri di belakang, menyambutnya dengan hangat. Raka memberi salam dengan penuh hormat, mencoba menyembunyikan kegugupannya. Dalam senyum mereka, ia merasakan kehangatan yang membuatnya sedikit lebih tenang.“Silakan masuk, Raka,” ucap ayah Laila dengan suara lembut namun berwibawa, mengarahkan Raka ke ruang tamu yang sederhana namun penuh kehangatan. Foto-foto keluarga terpajang di dinding, memperlihatkan perjalanan hidup keluarga ini,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

Bab 93: Dalam Rona Kebahagiaan dan Bayang-bayang Tantangan

Suasana malam itu dipenuhi tawa dan wajah-wajah yang berseri-seri. Laila dan Raka menggelar perayaan kecil di sebuah kafe yang mereka pilih dengan sederhana, namun penuh dengan makna. Di antara lilin-lilin kecil yang menyala redup dan dekorasi minimalis, mereka berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat—keluarga, sahabat, dan orang-orang yang telah menjadi saksi dari perjalanan panjang mereka. Setiap sudut ruangan terasa hangat, seolah-olah ikut merasakan kebahagiaan yang mereka pancarkan.Laila berdiri di samping Raka, menyaksikan satu per satu sahabat mereka memberikan ucapan selamat dan doa-doa terbaik. Mata Laila berbinar, terhanyut dalam kebahagiaan yang kini nyata di hadapannya. Sebuah kebahagiaan yang ia dan Raka bangun dengan susah payah, dengan ketulusan dan komitmen yang tak tergoyahkan. Namun, di balik sorot matanya yang penuh cinta, ada kekhawatiran kecil yang ia simpan dalam hatinya. Kekhawatiran yang ia tahu juga dirasakan oleh Raka, meski keduanya memilih untuk men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

Bab 94: Di Bawah Tekanan Impian

Pagi itu, sinar matahari baru saja muncul dari balik cakrawala ketika Raka melangkah masuk ke kantornya dengan semangat yang membara. Wajahnya tampak cerah, bayang-bayang masa depan bersama Laila terus terpatri di benaknya. Pernikahan mereka tinggal menghitung minggu, dan persiapan hampir rampung. Ia hanya perlu menyelesaikan proyek besar di kantor, sebuah tugas terakhir sebelum ia bisa sepenuhnya menikmati momen pernikahan dengan hati yang tenang. Namun, ia tak pernah menyangka bahwa ujian akan datang lebih cepat daripada perkiraannya.Siang itu, langit mulai mendung, seakan menyiratkan pertanda. Raka baru saja duduk di kursinya ketika panggilan darurat dari manajer proyek masuk ke ponselnya. Dengan nada serius, manajernya memberitahu bahwa ada masalah besar dalam proyek yang selama ini ia pimpin. Sistem baru yang mereka rancang untuk klien utama tiba-tiba menunjukkan malfungsi yang cukup parah. Mereka harus segera mencari solusi, atau proyek itu bisa terancam gagal dan berdampak bur
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

Bab 95: Kemenangan di Tengah Badai

Pagi itu, langit terlihat cerah, seakan turut merayakan keberhasilan Raka yang baru saja menyelesaikan salah satu tantangan terbesarnya. Setelah berminggu-minggu menghadapi masalah yang terasa tiada akhir, akhirnya ia berhasil mengatasi setiap kendala yang membelit proyeknya. Di kantor, suasana terasa berbeda. Rekan-rekan kerjanya menyambutnya dengan senyuman hangat, penuh penghargaan atas dedikasi dan ketekunan yang telah ia tunjukkan.Dengan langkah mantap, Raka menuju ruangan atasannya. Sebenarnya, ada secuil keraguan yang masih mengganjal di hatinya—meski ia sudah melakukan yang terbaik, masih ada ketakutan akan keputusan yang mungkin tidak sejalan dengan ekspektasinya. Namun, wajah Laila kembali muncul dalam benaknya, mengingatkan pada dukungan tulus yang ia berikan malam sebelumnya. Senyum Laila, yang selalu memberikan rasa aman, menguatkan hati Raka untuk percaya bahwa ia telah melakukan semua yang ia bisa.Di ruangan atasannya, Raka disambut dengan anggukan dan senyum puas. “K
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

Bab 96: Bisikan Keraguan di Ambang Pernikahan

Semakin mendekati hari pernikahan, persiapan yang awalnya terasa menggembirakan kini menyisakan ruang kecil di hati Raka yang dipenuhi keraguan. Pagi itu, ia duduk sendiri di balkon, menatap langit yang masih kelabu dengan embun tipis di dedaunan yang berkilau diterpa sinar matahari pagi. Keheningan menyelimuti, namun dalam dadanya ada gelombang kecemasan yang semakin membuncah. Pertanyaan-pertanyaan mulai berbisik di benaknya, mengguncang kepercayaannya pada diri sendiri."Apakah aku akan sanggup menjadi suami yang bisa diandalkan?" tanyanya dalam hati, membiarkan angin pagi menjadi satu-satunya saksi keresahannya.Raka memandang tangannya, merasakan sedikit gemetar yang biasanya tak begitu diperhatikan. Beban pekerjaan yang menumpuk, tuntutan yang terus meningkat, dan persiapan pernikahan yang kian mendekat membuat tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya. Kekhawatiran itu semakin tumbuh seiring waktu; kekhawatiran yang ia pendam dan simpan, takut jika terbuka, ia justru akan membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 97: Momen Terindah: Menjelang Hari Bahagia

Hari pernikahan Raka dan Laila semakin dekat, dan rumah mereka telah dipenuhi dengan tawa, canda, dan kehangatan orang-orang terdekat yang datang untuk membantu persiapan. Keluarga, sahabat, dan teman-teman dekat berkumpul, masing-masing memberikan sentuhan kecil mereka untuk memastikan bahwa hari yang istimewa ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi kedua mempelai.Di ruang tamu yang telah didekorasi dengan ornamen-ornamen sederhana namun elegan, Laila duduk bersama ibunya, menyusun bunga-bunga mawar yang akan digunakan untuk dekorasi pernikahan. Setiap kelopak bunga yang dipilih dan dirangkai dengan hati-hati seolah menggambarkan cinta dan pengabdian yang tulus dari seorang ibu kepada putrinya. Pandangan ibunya penuh kasih saat memperhatikan Laila yang tampak larut dalam kegembiraan persiapan pernikahan ini.“Laila, kamu tampak semakin bersinar akhir-akhir ini,” ujar ibunya dengan suara lembut, menatap Laila dengan mata yang berbinar. “Aku bahagia melihatmu menemukan keba
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 98: Terbebani oleh Sempurnanya Harapan

Hari-hari menjelang pernikahan semakin dekat, dan persiapan pun semakin intens. Bersama Raka, Laila duduk di sebuah kafe elegan, tempat mereka bertemu dengan wedding planner yang telah mereka pilih untuk membantu memastikan segalanya berjalan sempurna. Di depan mereka terhampar dokumen-dokumen, daftar pilihan dekorasi, menu makanan, hingga daftar tamu yang panjang. Laila menatap semua itu dengan pandangan yang perlahan memudar dari semangat, digantikan oleh rasa lelah yang kian menghimpit.Raka menatap Laila dengan penuh perhatian, menangkap perubahan di wajahnya yang tampak letih dan terbebani. Ia mengulurkan tangan, menggenggam jemari Laila dengan lembut. “Laila, kau baik-baik saja?”Laila menghela napas panjang, lalu memaksakan senyum. “Aku baik-baik saja, hanya… mungkin terlalu banyak yang harus dipikirkan. Kadang-kadang aku merasa seperti tenggelam dalam semua rincian ini. Aku ingin semuanya sempurna, tapi di sisi lain, ada banyak hal yang tak bisa kukendalikan. Aku takut, Rak… t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 99: Di Bawah Bayang-bayang Tekanan

Pagi itu, Raka duduk di meja kerjanya dengan kepala tertunduk, matanya tertuju pada layar komputer yang dipenuhi angka-angka dan laporan yang terus berdatangan. Senyum lembut yang biasa terlihat di wajahnya kini menghilang, tergantikan oleh ekspresi tegang dan cemas. Sejak pagi, ia merasa terperangkap dalam pusaran masalah yang tak ada habisnya. Setiap pesan yang masuk, setiap rapat yang harus dihadiri, dan setiap keputusan yang dituntut untuk segera diambil seperti menambah beban yang menekan pundaknya.Di sela-sela kesibukannya, pikirannya melayang ke momen-momen bersama Laila di taman kecil itu. Ia ingat senyumnya, tenangnya udara sore yang menyelimuti mereka, dan janji mereka untuk menghadapi segala sesuatu bersama. Tetapi kini, janji itu terasa goyah ketika beban di tempat kerja ini mengancam mengguncang ketenangan yang baru saja mereka temukan. Raka menarik napas dalam, mencoba menenangkan gejolak dalam dadanya.Namun, beban tanggung jawab ini bukan sesuatu yang bisa ia abaikan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status