Home / Romansa / Cinta di Kursi Roda / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Cinta di Kursi Roda: Chapter 81 - Chapter 90

108 Chapters

Bab 81: Menguatkan Hati di Antara Perpisahan

Sinar mentari pagi merayap perlahan, menerobos sela-sela jendela kamar Laila, membawa kehangatan yang terasa menenangkan. Namun, di dalam hati Laila, mentari itu seakan tak mampu mengusir dingin yang merayap. Bayangan akan perpisahan yang mungkin terjadi dengan Raka menghantui pikirannya, menyelubungi pagi yang biasanya ia nikmati dengan tenang.Dengan langkah berat, Laila berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri. Di balik senyum yang ia paksakan, ia tahu hatinya tidak setegar yang ia tampilkan. Meski ia mendukung penuh keputusan Raka, meski ia selalu berusaha menjadi kekuatan bagi kekasihnya, ada kekosongan yang tak bisa ia hindari. Membayangkan hari-hari tanpa sosok Raka di sampingnya membuat dadanya terasa sesak.Laila menghela napas panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Dia tahu bahwa mendukung Raka bukan berarti harus menutupi perasaannya sendiri. Di saat Raka berjuang menghadapi pilihan yang penuh tantangan, ia juga harus siap, bukan hanya untuk memberi dukungan
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Bab 82: Di Persimpangan Hati

Pagi itu, Raka duduk sendirian di meja dapur, memandang kosong pada secangkir kopi yang sudah lama dingin. Di sekelilingnya, suasana rumah terasa sunyi, namun pikirannya begitu gaduh. Tekanan dari berbagai sisi datang menghimpitnya, seolah-olah menguji batas dari keyakinan dan kekuatannya. Tawaran pekerjaan yang datang dari perusahaan besar itu, dengan segala kemewahan dan jaminan masa depan, terus menghantui pikirannya. Keluarganya juga tak hentinya meyakinkan Raka bahwa kesempatan ini adalah peluang emas yang tak akan datang dua kali.Namun di sisi lain, Laila. Laila yang dengan hati teguh bersedia mendukung apapun yang ia pilih, meski ia tahu itu mungkin akan menyakiti dirinya sendiri. Cinta Laila yang tak pernah menuntut, selalu memberi, membuat Raka semakin terperangkap dalam dilema. Cinta dan pengorbanan Laila menjadi cermin yang memantulkan hatinya sendiri, memunculkan keraguan apakah ia benar-benar layak meninggalkan seseorang yang mencintainya begitu dalam.“Kau baik-baik saj
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

Bab 83: Pilihan Hati yang Mendalam

Pagi itu, udara terasa sejuk. Sinar matahari menyelinap lembut di sela-sela dedaunan, menciptakan bayangan yang menari-nari di sepanjang jalan kecil yang Raka lalui. Di dalam hatinya, ia telah mencapai satu keputusan yang akan mengubah arah hidupnya, sebuah pilihan yang telah ia timbang dengan hati-hati, meskipun berat. Hari ini, ia memutuskan untuk menolak tawaran pekerjaan yang sebelumnya tampak seperti pintu menuju impiannya. Ia memilih untuk tetap berada di kota ini, di sisi Laila, wanita yang selalu menjadi pusat kehidupannya.Setelah pagi yang penuh renungan, Raka berjalan menuju ruang kerja kecil di rumahnya. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka pesan dari perusahaan yang telah memberinya tawaran besar. Pesan itu sudah lama ia baca dan ulang-ulang, seakan mencari makna tersirat dalam kata-katanya. Perusahaan itu menawarkannya sesuatu yang sulit untuk ditolak—gaji tinggi, jenjang karier yang jelas, dan kesempatan untuk berkembang di industri yang ia cintai.Namun, di balik gemerla
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 84: Bimbang dalam Penantian

Malam itu, Laila duduk sendirian di kamar, matanya memandangi jendela yang terbuka. Langit malam terlihat tenang, dihiasi bintang-bintang yang berkilauan di atas sana. Namun, di dalam hatinya, badai perasaan terus berkecamuk. Pikiran tentang keputusan Raka untuk menolak tawaran besar demi dirinya terus menghantui. Meski ia seharusnya bahagia dengan pilihan yang Raka buat, rasa bersalah perlahan-lahan menelusup, membebani hatinya.Di sudut kamar yang temaram, Laila memeluk lututnya sendiri, tenggelam dalam keraguan dan kegelisahan. Keputusan Raka membuatnya merasa seperti duri yang menahan sayap Raka untuk terbang lebih tinggi. Apa yang telah ia lakukan? Bagaimana jika suatu hari nanti, Raka mulai merasakan batasan yang tak terhindarkan karena memilih bersamanya?Ia teringat tatapan penuh keyakinan Raka saat menyatakan keputusannya. Dalam kata-kata dan sorot mata itu, ada ketulusan yang sulit ditandingi. Raka begitu yakin bahwa kebahagiaan ada di sisinya, di sini, dalam kehidupan yang
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 85: Pergulatan di Hati Keluarga

Pagi yang tenang diwarnai oleh hangatnya sinar matahari yang menyelinap ke dalam ruang keluarga. Namun, suasana yang terasa di dalam rumah Raka jauh dari kata damai. Hari ini, keluarganya berkumpul untuk membicarakan keputusan besar yang telah diambil Raka, keputusan yang meninggalkan banyak pertanyaan di hati mereka.Ibu Raka menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. “Nak, kami tahu kau punya alasan untuk memilih tetap di sini, tapi tidakkah kau merasa bahwa keputusan ini terlalu terburu-buru?” Suaranya lembut namun sarat akan kekhawatiran yang mendalam, seolah ia tak ingin menyakiti hati Raka dengan kata-katanya, tapi juga tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.Raka menatap kedua orang tuanya dan juga adik perempuannya, yang duduk di sisi lain ruangan, mendengarkan dengan seksama. Ia tahu bahwa mereka menginginkan yang terbaik untuknya, bahwa mereka melihat kesempatan itu sebagai jalan menuju masa depan yang cerah dan penuh harapan. Namun, hatinya telah memilih jalannya sendiri
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 86: Cahaya Baru di Jalan yang Dipilih

Raka berjalan memasuki gedung kantor pagi itu dengan langkah mantap, berbeda dari sebelumnya. Keputusannya untuk tetap di kota bersama Laila telah memberi ketenangan yang dalam di hatinya, dan ia merasa lebih siap menghadapi setiap tantangan yang datang. Meski sempat menolak tawaran besar dari luar negeri, Raka tetap teguh dan tidak menyesali pilihannya. Justru ia merasa bahwa takdir membawa sesuatu yang lebih bermakna untuk dirinya. Di kantor, suasana kerja begitu sibuk. Proyek baru yang diinisiasi oleh perusahaan mulai mencapai puncaknya, dan setiap tim bekerja keras untuk memberikan hasil terbaik. Raka, yang selama ini dikenal sebagai pekerja keras dan berdedikasi, tak luput dari sorotan. Kemampuannya mengatasi berbagai situasi sulit serta visinya yang luas membuat para atasan melihat potensinya lebih jauh. Di tengah rapat pagi itu, sang direktur memanggil namanya, membuat semua orang dalam ruangan terdiam. “Raka,” ucap sang direktur dengan suara tegas namun ramah. “Kami telah me
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 87: Pelarian Sementara, Kedamaian Selamanya

Langit pagi itu berwarna keemasan, seolah-olah menyambut perjalanan singkat Raka dan Laila. Setelah minggu-minggu penuh dengan rutinitas yang padat dan beban yang menumpuk, mereka memutuskan untuk mengambil jeda, melarikan diri sejenak dari hiruk-pikuk kota, dari kewajiban-kewajiban yang terasa mencekik, untuk kembali menemukan ketenangan dalam kebersamaan yang intim. Raka tahu bahwa Laila membutuhkan pelarian ini; tidak hanya untuk menyegarkan pikiran, tetapi juga untuk memperbarui energi mereka yang mungkin sudah terkuras.Dengan hati yang ringan, mereka berangkat menuju sebuah desa di dataran tinggi, sebuah tempat yang menjanjikan ketenangan yang seolah abadi. Udara sejuk di pegunungan membawa kedamaian tersendiri bagi jiwa mereka yang penat, sementara aroma pepohonan dan tanah basah menyelubungi perjalanan mereka dengan kehangatan. Tanpa kata-kata yang banyak, mereka saling menatap, saling mengerti bahwa perjalanan ini lebih dari sekadar waktu luang. Ini adalah kesempatan bagi mer
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 88: Persiapan Mimpi

Sejak perjalanan pulang dari desa, pikiran Raka dipenuhi oleh satu tujuan: melamar Laila. Namun, rencana besar itu tidak semudah yang ia bayangkan. Di balik senyumnya yang mantap, terselip keraguan dan rasa takut yang tak mampu ia sembunyikan dari dirinya sendiri. Ia bertanya-tanya, apakah ia mampu menjadi suami yang baik? Apakah ia bisa menjadi pelindung yang pantas bagi Laila?Pagi itu, saat mentari baru saja menyentuh bumi dengan kehangatan lembutnya, Raka bertemu dengan sahabatnya, Andi. Andi adalah sahabat Raka sejak lama—seseorang yang sudah mengerti setiap liku kehidupan yang Raka jalani. Dengan penuh semangat, ia membagi rencananya kepada Andi, dan seperti biasa, Andi menyambutnya dengan dukungan penuh.“Aku ingin membuat momen ini menjadi spesial,” kata Raka sambil menghela napas. “Laila pantas mendapatkan yang terbaik. Tapi, di satu sisi… aku takut, Ndra. Takut kalau nanti aku tidak bisa memenuhi semua yang ia harapkan.”Andi menepuk pundak Raka, menyemangatinya. “Ra, tidak
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 89: Di Antara Langit dan Harapan

Langit pagi mulai berwarna lembayung ketika Laila menatap ke luar jendela apartemennya. Semburat warna itu tampak lembut, mengalun di udara seolah melukis harapan yang samar namun nyata. Dalam kesibukan hari-hari terakhir ini, pagi adalah satu-satunya waktu di mana ia bisa menarik napas panjang dan merenungkan perjalanan yang tengah ia tempuh. Pekerjaan yang menumpuk, tekanan, dan impian yang terus tumbuh membuat hari-harinya dipenuhi dengan rutinitas yang tak pernah selesai. Namun, di balik itu semua, ada satu hal yang selalu memberinya kekuatan—cintanya pada Raka.Begitu pula dengan Raka. Ia memulai harinya lebih awal, menyiapkan segala hal untuk proyek besar yang tengah ia tangani. Dalam kesibukannya, Raka seringkali kehilangan waktu untuk hal-hal kecil yang dulu ia anggap penting, seperti membaca atau sekadar menikmati secangkir kopi tanpa terburu-buru. Namun, setiap kali merasa lelah, ia selalu teringat senyum Laila. Baginya, senyum itu adalah pengingat bahwa di balik kerja keras
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 90: Kilau di Ujung Perjuangan

Langit pagi itu terlihat sedikit mendung, seakan menyisakan kilasan rasa lelah yang Laila bawa sepanjang malam tanpa tidur. Namun, dalam setiap langkah yang ia ayunkan menuju kantor, ada semangat yang tak terlukiskan, seolah bayangan letih tersapu oleh kebanggaan yang mengalir dalam dirinya. Setelah berbulan-bulan bergelut dengan detail proyek besar itu—waktu, tenaga, dan segala usaha yang ia curahkan—akhirnya sampai pada puncak, sebuah titik akhir yang telah ia capai dengan sepenuh hati.Pagi ini, Laila menerima email dari atasannya yang berisi pengumuman keberhasilannya. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, ia membaca pesan tersebut dengan hati berdebar, sebuah pengakuan yang selama ini hanya ada dalam angannya. Di balik layar laptopnya, tersirat bayangan perjalanan panjang yang penuh perjuangan. Proyek ini bukan hanya tentang angka atau laporan, tetapi perjalanan bagi Laila menemukan kekuatannya sendiri, menyelami dedikasi dan ketulusan yang tersimpan dalam dirinya.Saat akhirnya
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
PREV
1
...
67891011
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status