Semua Bab Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir: Bab 131 - Bab 140

148 Bab

Bab 131. Tersengat

Naura tetap terdiam, menggenggam spatula di tangannya dengan canggung. Pertanyaan itu terus bergema dalam pikirannya, sementara ia mencoba mencari jawaban. Reval, di sisi lain, memperhatikan Naura dengan pandangan penuh perhatian. Ia tahu bahwa ia telah menyentuh sesuatu yang sensitif, tetapi ia tidak ingin memaksanya untuk berbicara lebih jauh. “Naura,” Reval memecah keheningan, suaranya lembut. “Kue ini belum selesai kalau kita tidak menghiasnya. Kamu mau membantu?” Naura mendongak perlahan, mencoba memulihkan dirinya dari emosi yang mulai menyeruak. “Hias?” tanyanya, mencoba terdengar biasa saja. Reval tersenyum kecil dan mengambil spatula lain. “Ya, kita bisa tambahkan topping di atasnya. Ayo, mari kita coba.” Dengan canggung, Naura mengambil wadah kecil berisi krim kocok. Ia memulai dengan hati-hati, mencoba membuat pola di atas kue, tetapi tangannya sedikit gemetar. Melihat itu, Reval kembali mendekat dan berdiri di sisinya. “Biarkan aku bantu,” katanya, meraih tangannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 132. Masih Panas

Reval hanya tersenyum kecil, tetapi matanya menunjukkan sesuatu yang sulit ditebak. Ia menerima loyang itu, memasukkannya ke dalam oven, lalu menutup pintunya dengan hati-hati. “Sekarang kita tinggal menunggu,” ujar Reval, mencoba memecah keheningan. Naura mengangguk tanpa berkata apa-apa. Ia melangkah mundur, bersandar pada meja dapur, mencoba mengatur napasnya yang masih belum normal. Reval berdiri tak jauh darinya, menyilangkan lengannya di dada sambil menatap oven. Tetapi dari sudut matanya, ia terus mengawasi Naura. Ada senyum tipis di wajahnya, senyum yang hanya dia tahu maknanya. “Kamu baik-baik saja?” tanya Reval akhirnya, memecah keheningan. Naura mengangguk cepat. “I-iya, saya baik,” jawabnya dengan nada yang terlalu tinggi, membuatnya terlihat semakin canggung. Reval menahan tawa, lalu mengangguk. “Bagus kalau begitu.” Mereka kembali diam, tetapi suasana di antara mereka terasa begitu kaku. Naura berusaha keras menghindari kontak mata dengan Reval, sementara pria itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 133. Momen Spesial

Reval mengangkat bahu. “Panas tidak masalah, asal kamu yang menyajikannya.” Kata-kata itu membuat tangan Naura sedikit gemetar, tetapi ia cepat-cepat menyembunyikannya dengan senyum tipis. Ia melanjutkan memotong kue hingga akhirnya mereka memiliki beberapa potong yang siap dinikmati. Reval membawa piring-piring itu ke meja makan, sementara Naura mengambil dua gelas dan teko berisi teh hangat dari meja dapur. Ketika semuanya sudah tersaji, mereka duduk berhadapan di meja kecil itu, memandangi kue yang tampak sempurna di bawah cahaya lampu dapur. Namun, sebelum mereka sempat mencicipinya, Naura mulai merasa tidak nyaman. Ia melirik ke tangannya yang masih penuh noda tepung, lalu ke pakaiannya yang juga tampak berantakan. Pandangannya beralih ke Reval, yang ternyata sama saja. Kemejanya penuh bercak tepung dan krim, rambutnya sedikit berantakan, dan ada noda kecil di pipinya yang entah kapan menempel di sana. “Kita ini seperti baru keluar dari perang di dapur,” komentar Naura akh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 134. Tidak Akan Pernah Melepaskanmu

Langit jingga menyelimuti kota dengan gelap yang menenangkan, hanya sesekali dipotong oleh suara rintik hujan yang mengetuk lembut jendela kamar. Ruangan itu temaram, diterangi kilau hangat dari puluhan lilin yang memantulkan cahaya gemulai ke dinding dan lantai. Harum bunga mawar dan kayu manis menguar memenuhi udara, menyatu dengan lembut aroma lavender yang mengapung di air hangat. Naura meresapi kehangatan air yang melingkupi tubuhnya. Kulitnya yang lembut berkilauan terkena percikan air. Petal-petal mawar merah terapung di sekeliling, seperti jejak rasa yang bergumul di hatinya. Begitu indah, tetapi tajam dengan tepi yang mengingatkan akan perasaan yang pernah tertusuk. Dia mengangkat wajahnya, menatap Reval di hadapannya. Dia tak berkata apa-apa, hanya diam, membiarkan pandangan mereka berbicara dalam diam yang dipenuhi detak waktu. Matanya seperti danau hitam yang tenang, dalam, dan tak terduga. Sekilas, jemarinya bergerak, menyentuh permukaan air, menciptakan riak keci
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 135. Puncak Kenikmatan

Detik berlalu, keheningan menjadi teman mereka, dan Naura membiarkan dirinya tenggelam dalam hangat dan rasa yang memeluk jiwanya. Pelukan itu bukan hanya pelukan. Itu adalah pengakuan. Sebuah janji yang terpatri dalam keabadian. “Dan saya akan tetap di sini,” jawab Naura akhirnya, suaranya rendah namun kuat. “Sampai Bapak siap percaya bahwa kita pantas untuk bahagia bersama.” Naura menatap Reval dengan intensitas yang tak terlukiskan, dadanya berdegup keras hingga ia merasa jantungnya akan melompat keluar. Air yang meresapi kulitnya seperti kehilangan makna, karena satu-satunya panas yang ia rasakan kini datang dari pria di hadapannya. Tanpa berpikir panjang, ia memindahkan kedua tangannya ke dada Reval, merasakan denyut hidup yang kuat di bawah telapak tangannya. Air memercik ketika tubuhnya bergerak, suara gemericik halus memenuhi ruangan. Ia perlahan naik, lututnya menyentuh dasar bak di antara kaki Reval. Napasnya memburu, dada naik-turun dengan irama yang sama dengan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 136. Sebuah Jawaban

Tawa lembut masih terdengar samar di udara, meski suasana dapur sudah jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Naura duduk di kursi meja makan, memandangi piring kecil di depannya yang berisi potongan kue yang baru saja mereka buat bersama. Aromanya masih menggoda, perpaduan manis dan gurih yang mengingatkan Naura pada kehangatan rumah. Di depannya, Reval sedang sibuk menuangkan teh hangat ke dua cangkir mungil. Gerakan tangannya begitu tenang dan terukur, menciptakan kontras dengan sosoknya yang biasanya terlihat serius di kantor. Kali ini, ia tampak lebih santai. “Silakan, teh hangat untuk menemani kuenya,” ujar Reval sambil menyodorkan salah satu cangkir kepada Naura. “Terima kasih, Pak Reval,” balas Naura dengan senyum kecil. Reval duduk di kursi seberangnya, matanya menatap Naura dengan intensitas lembut. Naura, yang sadar sedang diperhatikan, hanya bisa berusaha fokus pada kue di depannya. “Coba, Naura. Ini pertama kalinya aku membuat kue seperti ini,” ucap Reva
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 137. Sempurna

Beberapa menit kemudian, Reval muncul kembali dengan sebuah totebag di tangannya. Ia berjalan mendekat sambil tersenyum penuh arti, membuat Naura semakin bingung. “Apa itu?” Naura bertanya, menunjuk totebag di tangan Reval. Reval mengangkat alis, matanya berbinar penuh semangat. “Ini untukmu. Aku sudah mempersiapkannya sejak tadi.” Naura memiringkan kepala, sedikit ragu. “Apa maksudnya untuk saya? Apa ini?” Reval menaruh totebag itu di meja dapur dan membuka isinya. Naura melihat kilasan warna merah dan material kain lembut yang mencuat dari dalam. Seketika wajahnya memanas. “Gaun?” gumamnya, nyaris berbisik. Reval mengangguk, lalu mengeluarkan gaun merah anggun itu sepenuhnya. “Ya, gaun ini. Aku ingin kamu memakainya malam ini.” Naura menatap gaun itu dengan campuran perasaan antara bingung, kagum, dan sedikit canggung. Gaun itu sederhana tetapi begitu elegan, dengan potongan yang pas dan aksen manik-manik di pinggangnya. “Tunggu,” ucap Naura sambil mengangkat tangan, berusaha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Bab 138. Kehadiran Pria Itu

Di dalam mobil, Naura tidak bisa berhenti berpikir tentang apa yang akan terjadi malam ini. Pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan, baik dan buruk. Tetapi setiap kali ia melirik ke arah Reval yang duduk di sebelahnya, ia merasa sedikit lebih tenang. Reval, di sisi lain, tampak santai. Tangan kanannya menggenggam kemudi, sementara tangan kirinya sesekali menyentuh tangan Naura yang ada di pangkuannya. “Naura,” panggilnya tiba-tiba, membuat Naura menoleh. “Ya, Pak Reval?” Reval menatapnya sekilas, senyum kecil menghiasi wajahnya. “Jangan terlalu banyak berpikir. Semuanya akan baik-baik saja. Aku berjanji.” Naura hanya bisa mengangguk, meskipun kegugupannya belum sepenuhnya hilang. Ia hanya bisa berharap bahwa apa yang dikatakan Reval benar. *** Langit malam terlihat jernih, tetapi udara di halaman depan rumah besar Adelia terasa berat, seperti membawa sebuah beban yang tidak terlihat. Naura berdiri di samping Reval, tangannya digenggam erat oleh pria itu. Ia bisa merasakan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Bab 139. Calon Istriku

“Oh, aku diundang oleh mamamu untuk makan malam,” jawab Riko santai, tetapi ada nada licik di balik suaranya. Reval mengangguk kecil, meski ekspresinya tidak berubah. Ia kemudian menoleh ke Naura, memberikan senyuman lembut. “Ayo, kita ke ruang makan.” Naura menurut, meski pikirannya masih dipenuhi berbagai pertanyaan yang belum terjawab. Namun, ia tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Satu hal yang pasti. Perasaannya terhadap Reval kini semakin bercampur aduk. Di satu sisi, ia merasakan perhatian dan kehangatan dari pria itu. Tetapi di sisi lain, bayangan masa lalu Reval yang tidak ia ketahui tiba-tiba menyeruak dan terus menghantuinya. Reval melangkah ke arah meja makan dengan santai, tetapi matanya selalu memperhatikan Naura. Begitu mereka tiba di tempat duduk, tanpa banyak bicara, ia meraih salah satu kursi dan menariknya perlahan. Bunyi gesekan kayu dengan lantai terdengar lembut di ruangan yang cukup luas. Namun, yang lebih terasa dari itu adalah cara
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Bab 140. Hal Penting

Adelia meletakkan sendoknya dengan perlahan, tatapannya tajam menusuk ke arah putranya. Ruang makan yang sebelumnya dipenuhi suara alat makan kini mendadak sunyi. “Reval, apakah kamu serius?” suaranya datar, tetapi ada nada kekecewaan yang terselip di sana. Reval mengangguk mantap. “Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku, Ma. Aku memilih Naura.” Adelia menghela napas panjang, tatapannya beralih ke arah Naura yang masih diam di tempatnya. “Wanita ini? Kamu yakin? Apa yang bisa dia berikan padamu?” Naura menelan ludah, merasakan tekanan dari tatapan wanita itu. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Reval lebih dulu berbicara. “Mama selalu melihat segalanya dari status dan latar belakang keluarga, tapi Mama lupa … perasaan dan kebahagiaan tidak bisa diukur dengan itu semua,” ujar Reval tegas. “Aku mencintai Naura bukan karena siapa dia di masa lalu, tetapi karena siapa dia di sisiku sekarang.” Adelia menatap putranya dalam diam. Wajahnya tetap dingin, tetapi ada kilatan emosi yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status