“Apa, Mas?” Humaira menatap Semesta dengan sorot mata yang sulit ditebak. Di hadapannya, pria itu tampak tidak seperti biasanya. Semesta, yang biasanya begitu tegas dan tak ragu bicara, kini terlihat ragu-ragu. Tangannya menyentuh meja makan, mengetuk-ngetuk permukaannya dengan ujung jari. “Kenapa kamu jadi berubah, Mai?” Suaranya rendah, hampir berbisik, tetapi ada nada tajam yang terselip di sana. Humaira mengangkat alis, tidak langsung menjawab. Ia menghela napas, mencoba meredam rasa kesal yang mendesak ingin keluar. Di hadapannya, Semesta menatapnya dengan mata yang penuh pertanyaan. “Berubah? Apa maksud Mas?” Humaira menjawab dengan suara tenang, meski hatinya bergejolak. “Kamu... beda,” kata Semesta lagi, kali ini mencoba terdengar lebih tegas. “Kamu nggak seperti dulu lagi. Biasanya kamu selalu ceria, selalu cerewet. Tapi sekarang?” Humaira tersenyum tipis, senyuman yang tidak sampai ke matanya. “Oh, jadi itu masalahnya? Mas nggak suka aku berubah?” Semesta mende
Last Updated : 2025-02-18 Read more