Home / Romansa / Wanita Pengganti Cintanya / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Wanita Pengganti Cintanya: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31 Ciuman

Sudut Pandang Nikita:"Kamu nggak apa-apa?" tanya Anton Gamma setelah konferensi. Kami keluar menyusul yang lain karena aku merasa sekujur tubuhku terbakar. Duduk bersama mantanmu itu menyebalkan."Aku nggak apa-apa, Anton. Kamu sama Marina bisa tunggu aku di mobil nggak? Aku cuma mau cari angin saja," jawabku. Anton tampak ragu untuk pergi. Dia melihat wajahku sebentar sebelum mengangguk setuju.Saat dia dan Marina pergi, aku pergi ke toilet mengikuti petunjuk salah satu staf. Aku melihat wajah merahku di cermin dan mengerang. Aku kesulitan mengendalikan diri, berusaha cuek saat duduk di samping mantan suamiku. Rasanya tidak nyaman.Aku gelisah selama konferensi itu. Aku berharap waktu berjalan lebih cepat agar bisa segera pergi. Noah adalah satu-satunya laki-laki dalam hidupku. Meskipun aku membencinya selama lima tahun terakhir, jiwaku tetap terguncang saat melihatnya dan duduk di sampingnya.Aku benci mengakuinya, tetapi aku sadar kalau Noah masih memberikan pengaruh yang sama terh
Read more

Bab 32 Kedaluwarsa

Sudut pandang Nikita:Aku menyingkir secepatnya. Noah berteriak memanggilku. Aku bisa mendengar suara gesekan sepatunya dengan lantai, lalu memperkuat dorongan kakiku untuk berjalan lebih cepat. Orang-orang yang keheranan menoleh ke arahku, tetapi itu tidak menghentikan langkahku. Aku cuma mau pergi sejauh mungkin darinya, menjauhkan jarak di antara kami untuk menenangkan diri.Saat berjalan, pintu darurat terus menghantui pikiranku dan penyesalan membanjiri benakku. Kok bisa aku membiarkan mantan suamiku menjamah bibirku semudah itu?Kejadian semacam ini bukan terjadi untuk pertama kalinya. Aku menggeleng karena jijik dengan perbuatan sendiri. Aku tidak boleh membiarkan ini jadi kebiasaan."Kita sudah bukan siapa-siapa lagi. Berhenti menciumku, Noah!" bentakku saat dia menyusulku, lalu dia memutar tubuhku ke arahnya."Kamu pikir aku suka melakukannya?" ucapnya dengan suara serak. Mataku terbelalak."Jadi, sekarang ini salahku?" tanyaku. Pertanyaanku membuat Noah terkejut. Dia tampak t
Read more

Bab 33 Balas Dendam si Kembar Tiga

Sudut Pandang Nikita:Aku meninggalkan Noah yang ternganga di lobi dan sangat puas dengan aksiku. Jarang-jarang aku berhasil membuatnya tertegun saat berdebat, jadi aku begitu puas saat berhasil melakukannya hari ini. Aku membuat Noah kehabisan kata-kata! Sepertinya, aku pantas mendapatkan tepukan di pundak.Langkahku terasa ringan saat meninggalkan gedung dan berjalan ke arah SUV hitam kakakku. Saat membuka pintu mobil, si kembar tiga keluar dari mobil dan berjalan melewatiku. Mereka begitu lincah, sehingga usahaku untuk menarik mereka masuk kembali ke mobil sia-sia. Aku hanya bisa menyaksikan dengan bingung saat mereka berlari masuk ke gedung dan berteriak lantang!"Tamatlah riwayatmu!" teriak Beni memperingatkan, membuatku semakin khawatir. Suara langkah kaki kecil mereka bergema di lobi, menarik perhatian orang sekitar.  Si kembar tiga mengabaikan tatapan orang-orang dan langsung maju ke arah sasaran mereka - Noah Adhitama! Mereka lari ke arah Noah. Begitu sudah dekat, mereka menen
Read more

Bab 34 Kecurigaan

Sudut Pandang Nikita:"Otakku masih jalan, Nikita. Kamu tahu ‘kan kalau aku selalu bisa bayar orang buat cek akta kelahiran seseorang?" ujar Noah memperingatkan. Dia terdengar serius. Jantungku mulai berdebar saat ketakutan mulai merasuki tubuhku. Aku pun menenangkan diri dan mulai meremehkan kecurigaan Noah."Kamu nggak bakal menemukan apa-apa. Anak-anakku itu anaknya Feri," jawabku yang berpura-pura berani. Tatapan Noah tampak menyelidik, tetapi cengkeramannya pada tanganku mengendur. Aku pun mengambil kesempatan itu untuk pergi. Aku berbalik dan berjalan ke luar gedung menuju mobil kakakku yang sudah menunggu.Aku berjalan senormal mungkin. Meskipun begitu, lututku terasa lemas. Aku kesulitan membuang ancaman Noah dari pikiranku. Aku khawatir dengan hal yang akan dia lakukan seandainya dia tahu kalau si kembar tiga adalah anaknya. Begitu masuk ke mobil, tubuhku mulai gemetar."Mama, maafkan kami. Kami nggak bakal gitu lagi," ucap anak-anakku. Mereka sudah memakai sabuk pengaman saat
Read more

Bab 35 Investigasi

Sudut Pandang Noah:Aku menyaksikan Nikita pergi dengan perasaan curiga dan tidak bisa melupakan ekspresi wajahnya yang tampak waswas. Aku sangat yakin kalau Nikita tidak memberi tahu yang sebenarnya. Saat mobil SUV hitam itu pergi, aku mengeluarkan ponsel dari saku untuk menghubungi Bonar."Aku punya tugas baru buat kamu," ucapku ke Bonar begitu dia mengangkat telepon."Langsung katakan saja," jawab Bonar."Periksa data anak-anak Nikita. Mereka kembar tiga. Nikita bilang kalau mereka anak Feri, tapi aku sangat yakin kalau mereka anak-anakku," perintahku. Bonar terdiam beberapa saat."Apa yang membuatmu berpikir kalau mereka anak-anakmu?" tanya Bonar. Aku pun ragu untuk menjawab, lalu Bonar salah menangkap sikapku yang bungkam."Sebagai temanmu, aku akan memberimu peringatan. Jangan mencari sesuatu yang nggak ada supaya kamu nggak kecewa dan sakit hati di kemudian hari," ujar Bonar."Aku nggak melakukan itu," jawabku yang mengelak dengan kesal."Kalau begitu, kamu ngapain?" Bonar berta
Read more

Bab 36 Milikku

Sudut Pandang Noah:Saat Randy pergi, aku memijat pelipisku perlahan. Kemudian, aku memejamkan mata sambil mengetukkan jari ke permukaan meja yang halus. Kepalaku sakit saat memikirkan bahwa orang yang kupercaya tidak pantas menerima kepercayaanku.Suara notifikasi email baru yang masuk berbunyi pada laptopku. Saat memeriksa pengirimnya, ternyata Randy. Aku membuka berkas itu dengan tangan gemetar, lalu mulai membaca isinya. Begitu selesai, dadaku terasa sesak. Ini adalah bukti dari tipu daya pamanku.Aku ingat lima tahun lalu, dia membujukku untuk cuti dari perusahaan agar berfokus pada diri sendiri. "Kamu perlu memulihkan diri setelah kehilangan orang tua, dari hal yang menimpa pernikahanmu, dan mengumpulkan kekuatan untuk bangkit kembali. Tidak usah khawatir soal perusahaan, aku akan mengurusnya untukmu," ucapnya saat itu.Aku tertawa getir dalam benakku karena sudah menerima sarannya dan memercayainya. Aku percaya kepada orang yang salah. Kemudian, aku menelepon Bonar."Kita punya
Read more

Bab 37 Digagalkan

Sudut Pandang Noah:Dengan pandangan kabur, aku mengamati rumah di seberang jalan sambil menunggu. Fajar menyingsing ketika mobil-mobil berhenti di jalan masuk rumah itu, membuatku menegakkan badan untuk mengamati kembali dengan tatapan tajam seperti elang.Pintu-pintu mobil itu terbuka secara bersamaan untuk memberikan jalan kepada penumpangnya. Mataku melebar saat mengenal kesamaan di wajah mereka. Keluarga Feri ada di sana. Tangan mereka penuh dengan parsel dan tas belanja. Aku pun tersenyum. Tebakanku, mereka membawa semua itu untuk si kembar tiga.Aku merasa bahagia begitu tahu para pria itu menyayangi anak-anakku meskipun tidak punya hubungan darah."Seharusnya kamu bawa keranjang. Biar aku bantu," ujar wanita berambut keriting kepada salah satu pria dari keluarga Feri. Tas belanja itu berpindah tangan, lalu mereka masuk ke rumah itu. Begitu mereka hilang dari pandangan, aku mendengar suara lantang, seperti teriakan seseorang."Roni, Mori, Beni! Ayah datang!" Yang lain pun menyur
Read more

Bab 38 Keluarga Feri

Sudut Pandang Nikita:Aku terbangun oleh suara bising dan langsung waspada. Suara ini pasti berasal dari rumah baru. Telingaku terangkat saat mengenal suara tidak asing dari kakakku yang memanggil anak-anak. Aku pun mengerang dan melihat si kembar tiga, bersyukur karena keributan itu tidak membangunkan mereka.Yah, tadinya aku berpikir begitu. Seperti kata pepatah, jangan menghitung anak ayam sebelum telurnya menetas. Aku seharusnya tidak terlalu percaya diri karena begitu aku bangkit dari tempat tidur, aku melihat si kembar tiga langsung terbangun begitu aku bergerak sedikit saja.Awalnya, mereka tampak setengah sadar. Kemudian, mereka mendengar suara itu, lalu wajah lucu mereka menyeringai perlahan."Ayah!" teriak Mori dengan girang. Dia lompat dari tempat tidur dan lari keluar kamar bersama dua kakaknya yang mengejar dari belakang. Begitu sampai di langkah terakhir, Mori langsung terjun ke pelukan Romi yang sudah menunggu."Aku kangen kalian, Nak!" ujar Romi yang memeluk Mori yang s
Read more

Bab 0039 Kegagalan Besar

Sudut Pandang Noah:Saat memimpikan Nikita, ponselku mulai bergetar hingga membuatku terbangun. Aku pun mengangkat ponsel dengan kesal tanpa melihat siapa yang menelepon, lalu membentak, "Apa?""Noah?" balas seseorang yang menelepon.Aku menghela napas. "Iya, Paman Matthew?" balasku dengan nada bicara normal.Paman Matthew pun berdeham, lalu bertanya, "Apakah kamu akan datang ke pesta peluncuran Hotel Jati?" Aku pun terdiam beberapa saat dan hatiku terenyuh saat ingat kejadian yang sama dengan lima tahun lalu. Dia meneleponku untuk bertanya apakah aku akan cuti untuk hari ulang tahun pernikahan yang ketiga."Iya," balasku."Oke. Sampai jumpa di sana," ucapnya sambil menutup telepon. Aku pun menatap layar kosong pada ponsel untuk beberapa saat sebelum bangkit dari tempat tidur dan pergi menuju kamar mandi yang mewah. Dengan siraman air pancuran ke wajah dan kepala, aku berusaha melupakan soal Paman Matthew dan berkonsentrasi pada impianku.Saat memikirkan kemungkinan bertemu Nikita kemb
Read more

Bab 40 Serangan Lagi

Sudut pandang Noah:Nikita menghindariku. Itu terlihat sangat jelas. Setiap kali kami berpapasan di pesta, dia akan langsung berbalik arah atau berpura-pura menelepon atau menerima pesan."Selamat sore, Pak Noah. Mau aku bawakan minuman?" Tatapanku tertuju pada Nikita, lalu berpindah pada Markus Feri yang melihatku dengan sinis."Nggak, terima kasih. Aku sudah minum," ucapku kepadanya sambil berusaha menenangkan diri. Aku akhirnya menyudutkan Nikita, tapi dia tetap sulit dipahami. Aku pun meregangkan leher karena dia sudah meninggalkan pasangan terakhir yang kulihat dia hampiri dari kejauhan, ingin tahu ke mana dia akan pergi selanjutnya."Mencari sesuatu atau seseorang, Pak Noah?" Kali ini, aku mendengar nada bicara penuh peringatan dari Markus. Aku pun menegakkan badan, tidak mau terlihat gentar. Dia memang anggota Keluarga Feri, tapi aku anggota Keluarga Adhitama. Aku bisa memungkinkan sesuatu terjadi."Aku mencari …," jawabku yang terpotong saat menyadari sesuatu. Aku hampir mengat
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status