Home / Horor / Kutukan Wasiat Kakek / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kutukan Wasiat Kakek : Chapter 51 - Chapter 60

74 Chapters

Bab 51

Langit berwarna jingga mulai bergeser menuju gelap, dan suasana di halaman belakang rumah Alya semakin tegang. Mbah Karso tampak semakin serius, peluh mengalir di dahinya, tapi ia tetap duduk tegap. Hawa di sekitar terasa semakin berat, seperti ada sesuatu yang menekan seluruh tubuh mereka.“Kita harus menyelesaikan ini sebelum tengah malam,” ujar Mbah Karso dengan suara parau, tatapannya menyapu orang-orang yang duduk melingkar. “Nanti malam bulan purnama, dan entitas gaib akan mendapatkan kekuatan penuh. Kalau kita tidak menyelesaikan ini sebelum itu, kita semua akan dalam bahaya besar.”Narendra yang duduk di dekat lingkaran menggigit bibirnya. Kata-kata Mbah Karso menambah tekanan yang sudah ia rasakan. Ia memandangi tong besar di tengah lingkaran yang berisi kitab terkutuk itu, masih utuh meskipun sudah dicoba dibakar.“Mbah, apa kita bisa mengatasi ini tepat waktu?” tanya Narendra dengan nada ragu.“Kalau kalian tetap fokus dan tidak ada yang keluar dari lingkaran ini, kita bis
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 52

Tina duduk terdiam di ruang tunggu rumah sakit, air matanya masih membasahi pipinya. Setiap detik terasa berat, seperti ada yang menahan napas di dadanya. Tangannya gemetar saat ia memegang ponsel, mencoba untuk menenangkan dirinya. Dengan suara tercekat, ia menekan nomor kakaknya, Suhadi, yang saat itu sedang di rumah mengambil pakaian ganti.“Halo, Dek Tina? Ada apa?” suara Suhadi terdengar, sedikit terengah-engah, seakan mendengar ketegangan di suara adiknya."Tina, ada apa? Kenapa kamu nangis?" Suhadi bertanya, mulai khawatir dengan nada suaranya yang tak biasa.Tina menghela napas berat, lalu dalam suara pecah, ia berusaha menjelaskan."Kang ... A-alya—" Tina hampir tak bisa melanjutkan kalimatnya, suara tangisannya semakin keras. Ia merasa tercekik oleh kecemasan yang meluap. "Alya kritis! Dia tadi sempat kejang-kejang, Mas Bowo dan aku lagi salat, tiba-tiba dokter masuk dan bilang code blue. Aku nggak tahu harus gimana!"Suhadi yang mendengar kata-kata itu terdiam beberapa det
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 53

Suhadi tiba di rumah sakit dalam keadaan tergesa-gesa. Begitu masuk, ia langsung menuju ruang perawatan Alya, di mana Bowo dan Tina tampak menunggu di luar dengan wajah cemas. Mata mereka tampak merah karena menangis, meski demikian mereka berusaha menunjukkan keteguhan."Kang Suhadi!" Tina langsung menghampiri kakaknya dengan langkah cepat. "Bagaimana? Apa yang Mbah Karso bilang?" tanya Tina dengan cemas, matanya menatap penuh harap. Saat di perjalanan tadi, kakaknya memang sudah menelepon dan menceritakan kalau Mbah Karso tengah melakukan pembersihan. Sehingga kini Tina langsung bertanya lebih lanjut karena penjelasan di telepon tadi terlalu singkat.Suhadi menatap Tina, berusaha menenangkan diri. "Mbah Karso sudah tahu. Dia bilang Alya terperangkap di dunia jin. Ada makhluk besar yang mengikat jiwanya di sana, dan kita harus cepat melaksanakan ritual untuk membebaskannya."Bowo yang sedang duduk di samping Tina, mendengar penjelasan Suhadi, langsung berdiri dan melangkah maju. "
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 54

Waktu semakin larut, Mbah Karso merasa waktu semakin mendesak. "Semua harus dilakukan tepat waktu," gumamnya dengan serius.Namun, masih ada satu hal yang menghantui pikiran Mbah Karso. "Alya harus sadar. Dia adalah satu-satunya yang bisa melarung kitab itu. Tanpa dia ... kita akan kehilangan segalanya."Satu per satu, murid-murid Mbah Karso mencoba untuk membantu, tetapi mereka tahu bahwa tanpa kehadiran Alya, mereka hanyalah pihak yang ikut serta dalam proses ini tanpa bisa mengubah hasil akhirnya.Sementara di rumah sakit, meskipun langit malam tampak cerah, ketegangan di dalam rumah sakit semakin terasa. Suhadi, Bowo, dan Tina tak bisa berpaling dari kamar perawatan Alya. Sesekali, mereka mendengarkan monitor yang masih menunjukkan detak jantung Alya yang stabil, tapi dalam hatinya mereka terus bertanya—apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Alya?"Mbah Karso bilang, kita harus menunggu sampai Alya sadar," Suhadi mengatakannya dengan suara yang bergetar."Apakah ... apakah ada
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 55

Malam itu begitu mencekam, Narendra pulang ke rumah dengan langkah berat, tapi penuh tekad. Angin dingin menusuk kulitnya, seolah menandakan bahwa dunia gaib sedang tidak bersahabat. Ia tahu, apa yang akan dihadapinya malam ini tidak hanya soal keberanian, tapi juga keimanan. Langkah kakinya terdengar menggema di lantai rumah yang sunyi, hanya diiringi detak jam dinding yang terdengar monoton.Narendra masuk ke sebuah kamar khusus di lantai dua rumahnya, kamar yang biasanya digunakkan ayahnya untuk bersemedi. Dinding-dindingnya penuh dengan simbol doa perlindungan, dan sebuah meja kecil di tengah ruangan menampung dupa, air zamzam, serta kitab doa. Ia menyalakan dupa, membiarkan aroma cendana memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang lebih khusyuk."Ya Allah, kuatkanlah aku. Hanya kepada-Mu aku berserah," gumam Narendra sebelum ia duduk bersila di tengah ruangan. Ia menarik napas panjang, menenangkan debar jantungnya yang sedikit gelisah.Narendra mulai merapalkan doa-doa pelindung
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 56

Beberapa saat kemudian, di luar ruang rawat Alya, Tina dan Bowo berdiri dengan wajah tegang, menunggu kabar dari dokter. Kedua orang tua itu belum sempat beristirahat dengan benar sejak Alya dirawat, tetapi mereka menolak meninggalkan rumah sakit.Pintu ruang rawat terbuka, dan dokter Maya melangkah keluar. "Pak Bowo, Bu Tina, anak Anda sudah sadar," katanya dengan senyum hangat.Tina langsung terisak, menutup mulutnya dengan tangan. "Benarkah, Dok? Alya sadar?"Dokter Maya mengangguk. "Iya, Bu. Kondisinya perlahan membaik. Anda boleh masuk sekarang, tapi tolong jangan terlalu banyak diajak bicara. Dia masih sangat lemah."Tina dan Bowo bergegas masuk ke ruang rawat dengan langkah cepat. Begitu melihat Alya yang terbaring dengan mata setengah terbuka, Tina tidak mampu menahan tangisnya lagi."Alya ...." Tina mendekati tempat tidur putrinya, memegang tangan Alya yang terasa hangat untuk pertama kalinya dalam beberapa hari.Alya membuka matanya perlahan, wajahnya tampak bingung. "Ibu ..
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 57

Tiga hari kemudian, suasana rumah sakit pagi itu terasa lebih hangat dibandingkan sebelumnya. Alya tampak lebih segar, Dokter telah memberikan izin baginya untuk pulang setelah memastikan kondisinya stabil. Di koridor rumah sakit, Tina terlihat sibuk membantu Alya mengenakan jaket tebal sementara Bowo memeriksa barang-barang yang akan dibawa pulang."Alya, hati-hati ya. Jangan terlalu cepat bergerak," Tina mengingatkan dengan nada lembut dan penuh perhatian."Iya, Bu. Aku juga nggak mau buru-buru," jawab Alya sambil tersenyum tipis.Bowo, yang biasanya kaku, kali ini mengangguk dengan nada sedikit lebih lunak. "Kita langsung pulang. Tidak usah mampir ke mana-mana."Alya mengangguk pelan. Meski tubuhnya masih terasa lemah, ia tidak bisa menahan rasa rindu terhadap rumahnya—tempat yang meskipun penuh kenangan kelam, tetap menjadi tempat di mana ia tumbuh.Di depan rumah peninggalan mendiang Kakek Suroto, suasana cukup ramai. Paman Suhadi berdiri di depan pintu dengan senyum hangat. Pri
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 58

Suasana malam itu kembali mencekam setelah Nayu berbisik lirih di depan cermin, seolah mengutarakan kata-kata yang bukan berasal dari dirinya sendiri. Cermin besar di kamarnya memantulkan bayangannya, tapi ada sesuatu yang aneh, refleksinya tampak tersenyum lebih lebar dari wajah aslinya.Nayu berhenti menyisir rambutnya, pandangannya terfokus pada cermin. “Apa yang kamu mau?” tanya bayangan mengerikan di dalam cermin itu, suaranya berat dan serak.Suasana kamar tiba-tiba menjadi dingin, membuat bulu kuduknya meremang. Namun, alih-alih merasa takut, Nayu justru menyeringai.“Alya harus pergi,” desisnya lagi, seperti berbicara pada sesuatu di balik pantulan kaca. "Dia mengganggu semuanya."Sementara itu, di lantai dua, Alya mencoba memejamkan mata di kamarnya. Meski sudah berbicara dengan Paman Suhadi dan merasa lebih tenang, hatinya masih diliputi kegelisahan. Ingatan akan tatapan dingin Bibi Nayu terus menghantuinya. Bahkan dalam diam, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.Terdeng
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 59

Saat Suhadi dan Mbah Karso tiba di rumah besar, suasana terasa hening. Alya sedang duduk di ruang keluarga bersama Tina, membaca buku sambil menikmati teh hangat. Namun, suasana langsung berubah saat melihat Mbah Karso masuk."Mbah Karso?" Alya bangkit dari kursinya, terkejut dan bingung. "Kenapa tiba-tiba ke sini?"Mbah Karso tersenyum tipis, tapi matanya memancarkan ketegangan. "Alya, Nak, Mbah datang karena ada yang harus kita selesaikan. Kita perlu bicara."Tina menatap Mbah Karso dengan heran. "Ada apa, Mbah? Kenapa kelihatan serius sekali?"Mbah Karso memandang Tina, lalu Alya, seolah mencoba memilih kata yang tepat. "Mbah nggak akan berlama-lama. Alya, kamu harus ikut saya ke sungai besar. Kita harus melarung kitab ritual kuno yang pernah disimpan di rumah ini."Alya tampak bingung. "Tapi, Mbah ... kitab itu bukannya sudah disobek-sobek kata Ibu? Apa itu belum cukup?"Mbah Karso menggeleng pelan. "Tidak, Nak. Aura jahat dari kitab itu tetap ada, meski sudah disobek. Kalau tidak
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 60

Alya memeluk tubuhnya sendiri, berusaha meredam gemetar yang mulai merayapi. "Jadi selama ini, Bibi Nayu tahu bahwa ritual itu adalah sumber dari semua kutukan di keluarga ini?"Mbah Karso menatap Alya lekat-lekat, seolah ingin memastikan gadis itu benar-benar memahami beratnya situasi ini. "Iya, Nak. Dia tahu. Dan dia memutuskan untuk melanjutkannya, karena dia yakin dia bisa mengendalikan akibatnya. Tapi dia salah besar. Kutukan itu bukan sesuatu yang bisa dikendalikan."Suhadi menggeleng dengan penuh frustrasi. "Aku nggak habis pikir, bagaimana dia bisa berpikir seperti itu? Apa dia nggak ingat semua yang sudah terjadi pada keluarga ini?""Karena dia merasa dia berbeda," ujar Mbah Karso dengan nada pahit. "Dia pikir dia lebih pintar, lebih kuat, lebih mampu dari semua orang sebelumnya. Padahal, semakin seseorang merasa bisa mengendalikan kekuatan gelap, semakin dia tenggelam di dalamnya."Tina terdiam, air mata mulai mengalir di pipinya. "Dia adikku, Mbah, bagaimana saya bisa mener
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status