"Ayo, Nak ...!"Alya hanya bisa mengikuti, langkahnya terasa berat seperti menyeret batu besar. Suara jeritan dan desisan Nayu masih menggema di telinganya, membuat setiap langkah terasa semakin sulit. Namun, ia tetap berjalan, membiarkan ibunya memimpin, meski hati kecilnya berteriak agar ia berhenti dan kembali membantu.Di luar rumah, udara malam terasa dingin menusuk. Bintang-bintang di langit tampak bersembunyi di balik awan kelabu, seolah enggan menyaksikan kekacauan yang baru saja terjadi. Tina berhenti di depan pintu pagar, napasnya memburu. Ia menatap Alya yang berdiri di sampingnya, wajah anaknya terlihat pucat."Kita akan ke rumah Pak RT dulu," kata Tina, suaranya terdengar lebih tegas meski masih ada getaran halus di sana. "Biar lebih aman, dan Ibu juga akan telepon Ayahmu."Alya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Kepalanya tertunduk, menatap tanah yang basah karena embun malam. Namun, dalam pikirannya, suara Nayu terus terngiang. Kata-kata terakhir bibinya terasa seperti
Last Updated : 2024-12-05 Read more