Semua Bab Jeratan Cinta Mantan : Bab 21 - Bab 30

40 Bab

Bab 21 - Terjebak

21Waktu terus bergulir. Minggu siang, Emris dan keluarga kecilnya sudah tiba di rumah. Meskipun lelah, tetapi lelaki berlesung pipi memaksakan diri mengantarkan oleh-oleh buat keluarganya dan keluarga mertuanya. Selanjutnya Emris kembali ke rumah untuk beristirahat. Langit siang perlahan meredup. Inggrid dan Gyan keluar sambil menuntun sepeda masing-masing. Mereka mendatangi teman-teman untuk membagikan oleh-oleh. Hal serupa juga dilakukan Asmi dan Nisa, sembari mendorong kereta bayi. Kayden yang sudah bisa tersenyum, menjadikan acara pembagian bingkisan berjalan lambat, karena para tetangga sibuk mencolek pipi ataupun berman sebentar dengan bayi montok berbaju oren. "Makin ke sini jadi mirip mamanya, ya?" tanya seorang perempuan berjilbab hitam. "Iya. Biasanya gitu, sih. Jadi mirip sama yang ngasuh," sahut perempuan kedua yang mengenakan baju putih. "Keluarga Ayah dan Mama juga bilang gitu. Terutama hidung dan dagunya, mirip Mama," terang Asmi. "Sing sehat, Kasep. Sayangi Mama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 22 - Perempuan Licik

22Sitha terbangun dan spontan mengecek ponselnya untuk memastikan waktu. Dia mendengkus ketika melihat sudah pukul 1 dini hari, tetapi Emris belum juga pulang. Perempuan berkaus biru mencoba menelepon suaminya untuk kesekian kalinya. Namun, panggilannya tetap tidak tersambung pertanda ponsel pria tersebut sedang tidak aktif. Rasa gelisah yang dirasakan sejak tadi menyebabkan Sitha kesulitan tidur lagi. Perempuan bermata besar akhirnya bangkit dan memutuskan menunaikan salat Tahajud. Dia memasrahkan perlindungan Emris pada Tuhan, dan sangat berharap lelaki berlesung pipi bisa segera pulang. Akan tetapi, harapan ternyata hanya tinggal harapan. Hingga pagi menjelang Emris tidak kunjung hadir dan Sitha kian gelisah. Namun, meskipun begitu dia tetap berusaha tenang dalam menghadapi pertanyaan kedua anaknya tentang keberadaan sang ayah. Sitha terpaksa berbohong dan mengatakan bila Emris mendadak harus ke luar kota. Pagi itu, Sitha berangkat lebih awal karena hendak menemui Aldi. Dia me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Bab 23 - Pengkhianat

23Sebuah mobil sedan melaju menuju jalan Soekarno-Hatta. Pengemudinya benar-benar tidak sabar untuk bisa segera tiba di kediamannya. Dalam benaknya penuh berbagai pertanyaan yang kian lama kian menggundahkan hati. Perempuan berambut panjang mengatur napas agar tidak emosi saat bertemu suaminya, yang belasan menit lalu menelepon dan mengatakan telah berada di rumah. Jalan raya yang padat menyebabkan laju mobil terhambat. Sitha menggerutu sambil berpikir hendak mencari jalur alternatif. Namun, hal itu tidak jadi dilaksanakan karena nantinya harus memutar dan tentu saja akan menambah panjang waktu perjalanan. Jantung Sitha berdegup kencang kala melihat mobil suaminya sudah terparkir di pekarangan. Suasana sekitar sangat sepi. Sitha mengecek pergelangan tangan dan baru menyadari bila anak-anaknya belum pulang sekolah. Dia memarkirkan mobil di belakang mobil MPV putih, kemudian turun dan tidak lupa menutup serta mengunci pintu kendaraan. Sitha mengayunkan tungkai dengan tergesa-gesa.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Bab 24 - Hasrat

24Acara santap siang berlangsung dalam keheningan. Hanya denting peralatan makan yang terdengar. Selebihnya sunyi karena sepasang manusia memilih untuk diam dan menikmati hidangan tanpa bersuara. Emris yang terlebih dahulu selesai, mengatur sendok dan garpu di piring yang sudah licin. Dia mengambil gelas berisi air bening, kemudian meneguknya hingga tersisa separuh. Lelaki yang mengenakan t-shirt abu-abu mengamati perempuan berparas ayu di kursi seberang. Emris berdoa dalam hati agar Sitha mau memberikan ampunan untuknya dan hubungan mereka bisa kembali mesra. Perempuan berbaju hijau muda tahu bila dirinya tengah diperhatikan. Namun, Sitha mengabaikan tatapan penuh harap lelaki berkulit kecokelatan yang sebenarnya masih disayanginya. Sitha mengalihkan pandangan ke kiri dan berpura-pura menikmati keindahan alam resor. Kontur tanah yang berundak-undak dimanfaatkan pihak pengelola sebaik mungkin, hingga tidak ada titik yang kosong. Resor juga memiliki kids play ground yang tingkat k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 25 - Egois

25Sepasang manusia berbaring di ranjang sambil bergenggaman tangan. Sisa-sisa kemesraan yang baru usai belasan menit lalu masih terasa. Kerinduan tidak menyatu selama seminggu lebih, menjadikan keduanya mengulangi aktivitas menyenangkan hingga dua kali, dengan hasrat yang menggebu-gebu. Perempuan berambut panjang memutar badan sambil mengeluh bagian bawah tubuhnya sedikit nyeri. Lelaki yang masih belum mengenakan pakaian, merangkul pinggang istrinya dan menggeser tubuh untuk merapatkan diri dengan pasangan. "Ma," panggil Fathur. "Hmm." "Kapan kira-kira kita mau nambah anak?""Aduh! Anak kita udah tiga. Mama nggak mau nambah lagi." "Tapi Ayah pengen punya anak kita berdua. Satu aja, nggak apa-apa." "Nggak mau. Harus mikirin biaya sekolah dan lainnya sudah bikin pusing." "Itu tanggung jawab Ayah. Mama fokus ngurus anak-anak aja." "Mama harus bertanggung jawab pada Inggrid dan Gyan. Mereka anak bawaan, jadi Ayah nggak punya kewajiban buat membiayai mereka." "Kok, gitu?" "Itu a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-05
Baca selengkapnya

Bab 26 ' Benci

26Seunit mobil SUV hitam berhenti di depan bangunan dua lantai di kawasan Buah Batu. Penumpangnya turun sambil membawa koper dan tas travel biru. Dia memandangi gedung seraya mengulum senyum membayangkan reaksi sang istri. Lelaki berlesung pipi sengaja tidak memberitahukan kepulangannya pada Sitha karena ingin memberikan kejutan. Pria berkemeja putih pas badan, mengayunkan tungkai menuju pintu depan kantor istrinya. Seusai mendorong pintu, Emris mengucapkan salam yang dibalas hal serupa oleh rekan-rekan kerja Sitha. Lelaki berambut tebal menyalami mereka, sebelum meneruskan langkah ke ruang kerja sang istri yang berada di lantai dua. Ketukan di pintu menyebabkan Sitha menengadah. Kala pintu terbuka, perempuan bermata besar spontan memekik kegirangan, karena senang melihat suaminya datang. Sitha berdiri dan menyambangi Emris untuk menyalaminya dengan takzim. Dia tersenyum saat lelaki tersebut mendekapnya erat dan beberapa kali menciumi puncak kepalanya. "Ayah nggak bilang mau pula
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 27 - Anak Riadi?

27Waktu terus bergulir. Kehidupan rumah tangga Emris dan Sitha kian solid serta harmonis. Bersama dua pengasuh, mereka bahu-membahu merawat ketiga buah hati yang kian membesar. Terutama Kayden yang pertumbuhannya sangat pesat hingga makin lucu dan menggemaskan. Pagi itu, tepat di hari lahir Kayden yang pertama. Emris mengajak keluarga kecilnya mengunjungi makam Junita, Ibu kandung bocah lelaki berkaus biru gambar pesawat. Mereka duduk di pinggir makam dan sama-sama menunduk untuk membacakan doa buat almarhumah. Sitha membersihkan sekitar makam menggunakan lap dan air. Kemudian dia memandangi nisan sambil bermonolog dalam hati. Sitha mengucapkan terima kasih pada Junita yang telah bertarung nyawa melahirkan putranya. Selain itu dia juga berdoa agar semua dosa almarhumah diampuni dan amalannya diterima Yang Maha Kuasa. Kendatipun tidak terlalu mengingat sosok Junita, tetapi Sitha mengenang perempuan yang saat menjadi pengantin tampak begitu cantik dan memesona. Hal itu diketahuinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 28 - Tes DNA

28Riadi turun dari mobilnya yang diparkir di depan rumah indekost. Dia menjadi penghuni di tempat itu selama beberapa bulan terakhir. Hidup sendiri membuatnya enggan tinggal di apartemen ataupun rumah. Riadi lebih suka tinggal di indekos mahal dengan fasilitas lengkap. Lelaki berkemeja hijau lumut mengayunkan tungkai memasuki lobi. Dia membalas sapaan resepsionis alias pengelola bangunan dua lantai. Alis Riadi bertaut ketika pria bertubuh kecil tersebut mengatakan ada orang yang mencarinya, dan tengah menunggu di halaman belakang bangunan. Riadi melangkah cepat karena penasaran dengan sosok sang tamu. Dia tiba di teras luas yang juga berfungsi sebagai kantin para penghuni, kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling. Seorang perempuan bergaun putih tengah duduk membelakangi Riadi, tepat di depan kolam renang berukuran sedang yang dikhususkan buat penghuni. "An, ngapain kamu di sini?" tanya Riadi setelah menghampiri sang tamu. Anika berdiri sambil mengulaskan senyuman. "Aku nun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 29 - Karma

29Jalinan waktu terus bergulir. Siang itu, Sitha mengunjungi dokter spesialis kandungan, yang dulu merawatnya saat hamil Inggrid dan Gyan. Sitha sudah memutuskan untuk melepas IUD. Sebab beberapa hari ke depan adalah hari ulang tahun Emris, Sitha ingin memberikan apa yang sudah berulang kali diminta suaminya. Sitha sudah memikirkan hal itu matang-matang. Dia mempertimbangkan usianya. Jika menunda terlalu lama, mungkin nanti Sitha akan kerepotan sendiri. Perempuan bermata besar sudah membaca banyak artikel, tentang usia ideal saat hamil. Selain itu, dia juga tidak yakin akan panjang umur dan bisa melihat anak-anaknya dewasa. Sebab itu, Sitha memutuskan untuk bersedia hamil kembali. Puluhan menit berlalu, Sitha tengah duduk di kursi tunggu depan apotek. Dia sedang menunggu obat dan vitamin yang diresepkan dokter, yang sedang disiapkan apoteker. Sesosok perempuan berperut buncit melintas dengan pelan. Dia memegangi pinggang sembari mengedarkan pandangan, untuk mencari tempat duduk.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 30 - Balas Dendam

30Emris memukul kemudi berulang kali. Dia kesal, karena tidak menemukan mobil pelaku. Padahal Emris sudah memacu kencang mobilnya hingga ke dekat gerbang depan perumahan. Emris sudah melaporkan peristiwa itu pada ketua sekuriti, yang segera memerintahkan anak buahnya menyisiri area kompleks. Sebab pintu gerbang dijaga ketat dan tidak ada seorang penjaga pun yang melihat mobil sedan keluar, sang ketua satpam meyakini jika pelaku masih berada di dalam kawasan. Tidak berselang lama, Jauhari dan Yusuf tiba di dekat pos penjaga. Mereka mendengarkan penjelasan Emris dan ketua satpam, kemudian mereka mendekati mobil Emris untuk memotret dan memvideokan kondisi kendaraan itu. "Bapak mau melaporkan ini ke kantor polisi?" tanya Jauhari, pengawas 2, pengawal PBK dan sekuriti PB area Bandung. "Enggak. Percuma juga melapor. Mereka tetap minta uang dengan berbagai alasan," jelas Emris. "Jadi, mau menyelidiki sendiri?" sela Yusuf, pengawas 1 area Bandung. "Ya." Emris memindai sekitar, kemudi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status