Home / Pernikahan / Jeratan Cinta Mantan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jeratan Cinta Mantan : Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

Bab 11 - Rencana

11"Ayah menyerahkan semua keputusan padamu, Sitha. Kamu sudah dewasa, pasti tahu mana lelaki yang tepat buatmu," ucap Ali, sesaat setelah putrinya menceritakan perihal lamaran Emris."Aku ... ehm, masih bingung, Yah," sahut Sitha. "Akang jujur kalau masih sayang almarhumah. Sedangkan aku masih agak takut buat nikah lagi. Apa kami bisa menjalani pernikahan dengan hati yang masih separuh kayak gitu?" tanyanya. Ali mengangguk paham. "Ayah mengerti. Sebagai perempuan kamu pasti ingin disayangi suami sepenuhnya. Tapi ingat juga, situasinya berbeda. Emris punya bayi yang sangat butuh kasih sayang Ibu yang tidak pernah dijumpainya. Dia melihatmu sangat sayang ke anaknya. Itu yang membuatnya berpikir bahwa kamu sosok paling tepat jadi Ibu sambung. Dan dari rasa itu, lambat laun dia bisa mencintaimu." "Tha, laki-laki dan perempuan cara berpikirnya berbeda. Laki-laki lebih praktis. Kamu sayang anaknya, itu sudah cukup membuatnya yakin, jika kamu akan menyayanginya juga." "Sedangkan perempua
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 12 - Dia siapa?

12Suara orang mengobrol terdengar hingga ke kamar utama di bagian belakang rumah. Sitha yang baru bangun tidur siang menjelang sore, bangkit dan duduk sebentar untuk mengumpulkan nyawanya yang masih di awang-awang. Perempuan berdaster hijau motif bunga-bunga, menggapai meja samping tempat tidur untuk mengambil jepitan. Setelah rambutnya lebih rapi, Sitha menyempatkan diri bercermin untuk memastikan wajahnya tidak berminyak. Sekian menit berikutnya, Sitha sudah berada di kursi teras belakang bersama Riadi. Keheningan yang tercipta menyebabkan perempuan bermata besar bingung, dan akhirnya mengamati pria yang pernah dicintainya di masa lalu. Kumis tipis yang menghiasi bagian atas bibirnya menjadikan paras Riadi terlihat lebih dewasa. "Mas, ada apa datang ke sini?" tanya Sitha setelah lelah menunggu pria berkemeja putih pas badan berbicara terlebih dahulu. "Kamu pacaran dengan dia?" Alih-alih menjawab, Riadi justru balik bertanya. "Dia siapa?" "Duda itu." "Oh, Kang Emris." Sitha
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 13 - Sayang, Aku Kangen

13Seorang pria berkemeja putih membuka pintu kaca dan jalan ke luar. Dia berdiri di pinggir balkon sambil memegangi beton pembatas. Sudut bibirnya melengkungkan senyuman saat menyaksikan keindahan panorama alam Bali di sore hari. Angin pantai berembus kencang menerpa tubuh, dibiarkan lelaki berlesung pipi. Dia bertahan berdiri selama belasan menit sebelum akhirnya berpindah ke dalam. Seorang lelaki lainnya yang tengah membongkar koper, menoleh sesaat pada rekannya, sebelum melanjutkan aktivitas. Pria berkemeja putih berbaring telentang dan memejamkan mata. Rasa rindu pada sang putra menyebabkannya ingin menelepon. Namun, belum sempat dia melakukan niat, ponselnya berdering dan segera diangkatnya. "Al, Cipta ngajakin keluar habis magrib," tutur Emris setelah menutup sambungan telepon. "Ke mana?" tanya Aldi sembari berpindah dan berbaring di kasur kedua. "Muter-muter aja. Karena besok kita sudah full kerja, bakal susah jalan-jalan." "Oke, tapi kalau ke kelab, aku nggak mau." "K
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 14 - Demi Kay

14Emris termangu sambil memandangi foto Kayden di layar ponselnya. Entah kenapa dia merasa seakan-akan ada sesuatu hal yang tengah terjadi di Bandung. Emris sudah menghubungi ayahnya, yang mengatakan tidak terjadi apa-apa. Namun, rasa tidak nyaman tetap menggelayuti hati lelaki berhidung mancung tersebut, sepanjang hari. Waktu terus bergulir, Emris tiba di kamarnya kala waktu sudah menunjukkan jam 9 malam. Dia teramat lelah dan ingin segera tidur, tetapi perut yang mulas memaksanya ke kamar mandi. Kala dia keluar belasan menit kemudian, Aldi tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telepon. Emris mengenakan kausnya dan hendak memakai celana pendek ketika Aldi memanggilnya. "Ris, barusan Fitri telepon. Dia dapat kabar dari temannya yang tinggal dekat rumahmu, kalau Kayden lagi dirawat di rumah sakit," papar Aldi yang menyebabkan Emris terhenyak. "Rumah sakit?" tanya Emris untuk memastikan pendengaran. "Ya." Emris terduduk di kursi dekat meja. "Ayah nyembunyiin ini d
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 15 - Keputusan

15Sore itu Hana dan beberapa kerabat datang menjenguk Kayden. Mereka sudah mengenal Sitha, tetapi kehadiran perempuan bermata besar di ruangan tersebut menimbulkan tanda tanya. Emris dan Sitha sama-sama tutup mulut tentang hubungan mereka. Namun, semuanya terkuak ketika Rahmi dan Purwa datang untuk menggantikan mereka menjaga Kayden. "Akhirnya. Selamat, Sayang," ucap Hana sembari memeluk sahabatnya yang tampak malu-malu. Sementara kerabat yang lain sudah pulang."Jangan disebarkan dulu, Na. Nanti aku yang umumin ke orang kantor, sekalian ngundang mereka ke acara akad nikah," sahut Sitha sambil mengurai dekapan. "Sip. Bersamaku, rahasiamu aman." Hana menjentikkan jemarinya. "Jadi, kapan tanggal akadnya?" tanyanya. "Belum tahu," imbuh Sitha."Secepatnya, Tha. Kalau bisa, dua minggu lagi," sela Emris. "Enggak bisa, Kang. Walaupun cuma akad, aku juga pengen mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna," cakap Sitha."Kalau gitu, maksimal bulan depan," timpal Purwa yang sejak tadi
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 16 - Siasat

16Sepasang mata beriris hitam milik Riadi menatap tajam pada pasangan yang duduk berdampingan di kursi seberang. Dia kesal karena Sitha ternyata telah menerima lamaran Emris. Selain itu, permintaannya untuk menginap di rumah perempuan tersebut pun ditolak, dengan alasan menjaga nama baik Sitha. Riadi mengeraskan rahang. Dia ingin memaki keduanya, tetapi ditahan karena akan didengar Inggrid dan Gyan yang berada di ruang tengah. Riadi menarik napas panjang dan mengembuskannya sekali waktu. Dia berpikir cepat menemukan kata untuk mengungkapkan kekesalannya. "Kenapa kamu memilih dia, Tha?" tanya Riadi tanpa memandangi saingannya dan hanya fokus pada perempuan berbibir tipis. "Karena aku merasa nyaman bersamanya," jawab Sitha. "Selain itu, dia menyayangiku dan anak-anak," lanjutnya. "Sayang, hah?" sindir Riadi. "Kenapa kamu nggak berpikir kalau dia hanya mencari pengasuh gratis buat anaknya?" cibirnya yang menyebabkan Emris menatapnya tajam. "Mohon maaf. Ucapanmu barusan sama sekali
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 17 - Rasa Yang Tak Pernah Hilang

17Puluhan pesan dan panggilan yang dilakukan Emris sama sekali tidak disahut Sitha. Hal itu menyebabkan pria berlesung pipi benar-benar gelisah dan tidak bisa tidur. Emris ingin sekali berangkat malam itu, tetapi kemudian dia tersadar bila mungkin saja Sitha telah tidur sejak awal malam. Lelaki berkulit kecokelatan menyabarkan diri dan memaksakan untuk tidur, meskipun tidak nyenyak. Akan tetapi, pagi itu akhirnya Emris jadi berangkat setelah Sitha meneleponnya sambil menangis. Pria berkaus putih lengan panjang, mengajak Imran, Adik Sitha karena Emris membutuhkan bantuan untuk menenangkan calon istrinya yang sempat histeris. Perjalanan hampir dua jam terasa sangat lama dan panjang bagi Emris. Padahal Imran sudah melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi. Kedua pria berbeda tampilan nyaris tidak mengobrol dan larut dalam pikiran masing-masing, hingga tiba di hotel tempat Sitha menginap. Perempuan berambut panjang membuka pintu kamarnya, kemudian menghambur memeluk Emris sambil me
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 18 - Menyambung Tali Kasih

18Suasana kamar yang tidak terlalu terang, menyambut kedatangan Emris malam itu. Dia mengerjap-ngerjapkan mata untuk membiasakan diri dengan kegelapan. Kemudian melangkah memasuki ruangan dan menutup serta mengunci pintu. Lelaki berkaus putih menghampiri tempat tidur bayi di dekat sofa. Sudut bibirnya terangkat mengukir senyuman saat menyaksikan Kayden sudah terlelap dalam posisi andalan, yakni kaki mengangkang dan kedua tangan terangkat. Emris merapikan kelambu, kemudian berbalik dan tertegun menyaksikan Sitha tengah duduk di tepi kasur. "Sorry, kebangun, ya?" tanya Emris sembari menyambangi istrinya. "Aku memang belum tidur. Tadi baru mau mejam," sahut perempuan bergaun tidur hijau muda. "Akang dari mana?" tanyanya sembari merapikan rambut yang berantakan. "Pas pulang tadi ke rumah, sepupuku ngajak ngobrol. Mau ditinggal nggak enak. Mereka besok mau pulang ke Garut." "Sekarang, mau dibuatin minum?" "Enggak usah." Emris memandangi Sitha sesaat, lalu bertutur, "Aku mau ke air b
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 19 - Mulut Berbisa

19Pagi pertama bekerja setelah menikah, Emris tiba di kantor dengan wajah semringah. Pria berusia 33 tahun tersebut nyaris tidak berhenti mengulum senyum sembari menuntaskan pekerjaan. Pada saat rapat pun, Emris berulang kali tersenyum. Hal itu menyebabkan keempat manajer saling melirik, kemudian mereka sama-sama menunduk agar senyuman mereka tidak terlihat sang bos. Siang itu seusai salat Zuhur, Emris kembali ke ruang kerja dan membuka tas bekalnya. Dia mengeluarkan wadah makanan abu-abu dan meletakkannya di meja. Senyumannya merekah kala membuka tutupnya dan melihat dua lauk kesukaan telah disiapkan sang istri. Emris membaca doa terlebih dahulu, kemudian mengambil nasi dan lauk dengan sendok, sebelum menyuapkannya ke mulut. Kunyahan pelan dilakukannya sebelum menelan makanan. Emris memuji kelezatan masakan Sitha dan berencana untuk menyampaikan terima kasih dengan cara romantis. Belasan menit berlalu, lelaki berkemeja cokelat muda keluar menuju dapur mini yang berada di dekat
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 20 - Ajian

20 Kelompok kecil yang dipimpin Emris tiba di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai saat waktu menunjukkan pukul 8 malam. Emris sengaja membeli tiket penerbangan sore dan tiba pada malam hari agar anak-anak tidak rewel dan bisa tidur selama perjalanan. Seorang sopir dari vila tempat mereka menginap telah menunggu di depan. Lelaki berkumis tipis bernama Wayan, sigap membantu menyusun berbagai koper dan tas ke bagasi mobil. Tidak lama berselang, mobil MPV hitam sudah melaju keluar dari area parkir bandara. Emris yang kembali segar karena sempat tidur di pesawat, menemani Wayan mengobrol agar tidak mengantuk. Tidak seperti perjalanan kerjanya beberapa kali mengunjungi Bali, kali itu Emris memesan vila tiga kamar tidur yang direkomendasikan rekannya yang menetap di Pulau Dewata. Karena waktu liburan hanya lima hari, Emris membicarakannya pada Wayan yang mengatur jadwal berkunjung ke tempat wisata. Perjalanan puluhan menit akhirnya usai. Inggrid dan Gyan berseru kegirangan, me
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status