Home / Romansa / Maid Istimewa Tuan Arrogant / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Maid Istimewa Tuan Arrogant: Chapter 71 - Chapter 80

97 Chapters

D71. Bayi Laki-laki

Setelah kepergian Yosep, Mandy menahan rasa sakit yang cukup luar biasa. Beruntung Mandy masih mempunyai obat pereda rasa nyeri yang dulu dia minta dari Dokter Payne. Mandy hanya meminum obat tersebut saat rasa sakit itu menyerangnya. Tubuh Mandy benar-benar bergetar hebat, dia merasakan gemetaran diseluruh tubuhnya."Apa penyakitku semakin parah?" Tentunya Mandy sudah paham betul konsekuensinya saat dia mengambil keputusan menolak untuk dioperasi. Padahal Mandy bisa saja dioperasi pada saat itu dan dia tidak akan merasakan kesakitan yang sangat luar biasa.Mandy mellangkah gemetaran menuju dapur untuk mengambil air minum. Setelah meminum obatnya Mandy duduk dan terdiam sesaat untuk menunggu obat tersebut bekerja. Barulah setelah rasa sakit itu sirna sedikit demi sedikit, Mandy beranjak untuk mengambil sandwich yang dimaksud oleh Yosep tadi.Mandy menggigit sedikit demi sedikit untuk mengganjal perutnya yang sudah mulai lapar. Dia berniat setelah makan ingin segera beristirahat.Saat
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more

D72. Kontrak Perjanjian

Kabar itu telah sampai di telinga Nyonya Merry dan wanita tua itu bergegas pergi. Nyonya Merry mengharapkan hal yang terbaik untuk ke depannya. Satu-satunya alasan yang membuat Nyonya Merry masih terus bersandiwara. Dia melahirkan seorang bayi laki-laki dan janji Nyonya Merry pun di penuhi. Dia membayar lunas pada gadis itu. Nyonya Merry begitu tampak sumringah mendapatkan bayi laki-laki yang berkulit putih dan dia begitu tampan. Wanita itu berharap jika kelak bayi itu membawa keberuntungan untuk dirinya dan juga Mandy, walaupun entah sekarang Mandy berada dimana. *** Flashback 10 bulan yang lalu. Wajah Tessa tampak pucat saat mendengar vonis penyakit yang diderita oleh ayahnya dan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tessa benar-benar merasa frustrasi dengan kejadian yang tengah menimpa dirinya. Tessa tidak bisa berbuat banyak karena posisinya juga masih sekolah. Sedangkan sang ibu juga tidak bisa berbuat banyak. Tessa terisak duduk di depan ruangan dokter. Tessa tidak sada
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

D73. Terlena oleh Daniel

Setelah menyepakati kontrak perjanjian. Senyum Tessa selalu mengembang. Tessa sudah berangan-angan untuk membeli ini dan itu. Tak lupa Tessa juga membiayai pengobatan ayahnya dan memberi modal pada ibunya."Tes, dari mana kau dapatkan uang ini?" tanya ayahnya."Ada orang baik yang membantuku. Ayah tidak perlu khawatir. Yang terpenting sekarang ayah bisa rutin berobat," kata Tessa."Tessa, kau sedang tidak berbohong pada kami, kan?" tanya sang ibu sembari menyiapkan makan malam untuk sang suami.Deg!Tessa mematung. Memang perjanjian itu baik kedua orang tua Tessa tidak tahu. Semua dilakukan Tessa demi kedua orang tuanya, walaupun Tessa sendiri harus berkorban. Jika tidak kepepet pun Tessa tidak akan mengambil keputusan tersebut dan menanda tangani kontrak perjanjian."Ti-tidak, bu. Pokoknya ini untuk ayah dan ibu. Sebentar lagi Tessa lulus, Tessa ingin kerja ke luar kota. Semoga ayah dan ibu merestuinya. Tessa masuk ke kamar dulu ya." Tessa segera berlalu dari sana. Wanita muda itu te
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

D74. Taktik Daniel

Tessa membuka matanya saat ponselnya bergetar kencang. Dengan kepala masih berat, wanita muda itu berusaha bangun. Tessa meraih ponselnya dan melihat layar ponselnya. Tessa menghela napas, dia tidak ingin mengangkat telepon dari sang ayah. Sang ayah pasti khawatir sebab dia tidak pulang semalaman. Tessa tidak ingin membuat sang ayah sedih. Tessa akhirnya memilih untuk menunda setelah dia sadar sepenuhnya. Tessa baru tersadar saat merasa asing dengan ruangan tersebut. Dia buru-buru bangun. Namun, Tessa merasakan nyeri di bagian organ intimnya. "Ah, apa yang terjadi padaku?" ucapnya lirih saat mendapatkan ada bercak darah di sprei, "Apakah semalam aku dan dia---" Tessa justru tersenyum saat menyadarinya. Sehingga dia tidak perlu susah-susah mencari pria yang mempunyai sp*rm* dengan kualitas baik. Tessa bangkit dan mendapatkan secarik kertas yang berada di atas nakas. Tessa meraih kertas tersebut dan membacanya. _Terima kasih untuk semuanya. Malam yang begitu indah dan penuh warna. A
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

D75. Enam Tahun Berlalu

Bulan berganti dengan tahun dan enam tahun sudah berlalu. Ara dan Tobey berhasil membesarkan putra mereka yang diberi nama Jaden Smith. Seorang anak yang cerdas, penyayang, aktif, dan tampan. Namun, wajah Jaden sama persis seperti Jacob Chase——sang ayahnya. Dari sorot mata, hidung, dan bibirnya serta sifatnya begitu mirip dengan Jacob. Pepatah pun mengatakan buah jatuh tidak jauh dari induknya. Mungkin itulah istilah dari Jaden dan Jacob. Jaden adalah anak laki-laki multitalent, tidak heran jika dia menjadi anak kesayangan Tobey Smith, walaupun dia bukan anak kandungnya. Tobey adalah tipe suami dan ayah yang baik. Meskipun Ara selalu melarang Tobey untuk memanjakan Jaden karena Ara takut Jaden akan tergantung dan tidak bisa menjadi anak yang mandiri.Sebenarnya keluarga yang sedang dibangun oleh Tobey adalah keluarga yang bahagia mengingat Jaden adalah anak yang sangat penurut begitu juga Ara yang tidak pernah neko-neko dan Tobey pun adalah tipikal pria yang setia serta cukup hanya d
last updateLast Updated : 2025-02-11
Read more

D76. Niat Ara

Malam sudah menyapa dan terlihat menyuruh orang-orang untuk segera pergi tidur. Malam itu seperti biasanya, ada bantal pembatas yang selalu menjadi pemisah antara Ara dan Tobey. Sedangkan Jaden sudah tidur di kamarnya sendiri sejak umur 4 tahun.Akibat pemintaan Jaden yang tabu tadi, hal itu berimbas pada canggungnya hubungan antara Ara dan Tobey pada malam itu. Tobey berpura-pura sibuk dengan laptopnya dan Ara yang berpura-pura sibuk merapikan pakaian Tobey lalu memasukkan ke dalam lemari. Suasana menjadi sangat canggung ditambah udara yang begitu panas karena hujan."Kau belum tidur?" tanya Tobey basa-basi mengawali pembicaraan."I-iya. Ini baru akan pergi tidur," sahut Ara sedikit agak gugup.""Baiklah. Ayo, kita tidur," pinta Tobey.Ara langsung menghentikan aktivitasnya dan berbaring di tempatnya. Mereka berdua dalam posisi saling membelakangi dan kedua mata mereka berdua masih terjaga. Ternyata cuaca malam itu tidak bersahabat dengan keduanya. Udara sangat panas hingga membuat T
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

D77. Anak Disabilitas

Mendengar penuturan dari sang ibu dan juga gelengan kepala dari sang ayah, Jaden menundukkan kepalanya menatap sarapannya. Selang beberapa detik Jaden pun kembali melahap sarapannya. Bukan Ara marah pada Jaden, tapi Ara tidak ingin mendengar permintaan Jaden yang baru dia utarakan padanya dan juga Tobey kemarin.Perkara permintaan Jaden yang bisa dibilang sangat sulit untuk dikabulkan bagi seorang Ara.Jaden diam saat diantar oleh Tobey ke sekolahannya. Tobey pun paham maksud dari Tobey yang diam tanpa kata sejak bocah laki-laki itu masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan Jaden terus menatap ke depan."Jaden, ayah harap kau bisa bersabar dulu. Anak baik tidak boleh cemberut." Tobey membelai lembut rambut Jaden dan membuat anak laki-laki itu menoleh pada ayahnya lalu tersenyum."Terima kasih, ayah. Aku pergi belajar dulu, ya," ujar bocah tampan itu. Mencium punggung tangan sang ayah, lalu keluar dari dalam mobil.Jaden melambaikan tangannya saat mobil sang ayah berlalu dari hadapannya
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

D78. Kamar Itu ....

"Kau melihat apa, sayang?" Jacob membungkuk menaruh tas yang dia bawa di lantai, lalu menarik sedikit celana panjangnya untuk jongkok agar sejajar dengan Harry. Bocah kecil itu menunjuk ke sebuah pintu. Jacob mengikuti arah telunjuk Harry. Ternyata bocah laki-laki itu menunjuk kamar Albert. Anak yang menyandang disabilitasn itu sepertinya penasaran dengan kamar Albert dan ingin sekali masuk ke dalam sana."Ayah ...." Harry menoleh menatap sang ayah. Jacob membalas tatapan mata Harry."Hmm ... kita makan dulu, tapi kau harus menunggu ayah mandi terlebih dahulu." Jacob mengacungkan jari kelingkingnya. Di balas anggukan kepala dari Harry dan sambutan jari kelingking darinya.Bocah kecil itu lantas menarik tangan Jacob dan mengajak masuk ke kamar Jacob. Pria itu paham apa yang dimaksud oleh sang putra. Lantas Jacob memberi isyarat pada kedua maid dan keduanya menganggukkan kepalanya."Ayah akan pergi mandi dan kau tunggu di sini, tapi jangan nakal. Ok!" Jacob memberi kode pada sang putra
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

D79. Kau Bukan Cucuku

Jacob melihat seseorang tengah bermain di kamar itu. Dia bermain begitu senangnya walaupun dia belum begitu paham dengan permainan puzzle.Saat mengetahui Jacob sudah berdiri di ambang pintu, dia langsung melemparkan puzzle-nya karena terkejut. Harry berangsur mundur karena takut melihat Jacob."A-ayah. Ti-tidak, a-aku mi-nta maaf," ujarnya meringkuk di sisi ranjang. Harry takut jika Jacob akan marah padanya karena masuk ke kamar Albert.Jacob melangkah mendekati Harry dan jongkok di depannya. Jacob membelai rambut Harry dengan lembut."Ayah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud masuk ke dalam kamar ini tanpa seizin ayah." Harry benar-benar menyesalinya.Jacob menggelengkan kepalanya dan menatap Sang putra dengan lembut. Jacob berusaha untuk tidak marah karena Harry telah memasuki kamar Albert tanpa izin. Mungkin memang dia penasaran dengan isi kamar Albert.Memang Jacob melarang semua orang untuk masuk ke dalam kamar Albert. Terlebih lagi kamar milik Ara, tidak ada satupun Maid yang m
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

D80. Penyesalan Terbesar

Setelah kejadian itu justru membuat Nyonya Merry panik dan takut. Bukan masalah apa, tapi wanita tua itu sudah keceplosan dengan mengatakan 'dia bukan cucuku'. Otomatis hal itu akan menambah daftar pertanyaan dibenak Jacob. Terlebih lagi tentang keberadaan Mandy.Memang sejauh ini Jacob tidak pernah mempermasalahkan keberadaan Mandy. Dia pun tidak pernah bertanya pada mertuanya di mana Mandy berada. Bahkan status dari anak yang dibawa oleh Nyonya Merry ke rumah Jacob pun tidak diambil pusing oleh pria itu. Justru cakep menerimanya dengan lapang dada."Apa dia akan mengusir ku dari rumah ini?" keluh Nyonya Merry.Pertanyaan-pertanyaan aneh yang bercokol di dalam otak Nyonya Merry begitu sangat menghantuinya, lalu apakah pikiran negatif yang bergentayangan itu akan berubah menjadi nyata?Adapun rasa canggung di antara keduanya, karena memang benar rumah itu bukan rumahnya. Ibarat kata Nyonya Merry hanyalah menumpang hidup di mansion megah milik Jacob.Teringat kata-kata yang begitu meny
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status