Semua Bab Pusaran Cinta Terlarang : Bab 31 - Bab 40

55 Bab

Bab 31 - Jauh Di Mata Dekat Di Hati

Bab 31 "Jauh Di Mata Dekat Di Hati"Hujan deras mengguyur Amsterdam, menambah kelam suasana hati Celine yang duduk diam di tepi jendela. Tangannya menggenggam secangkir teh hangat, tapi pikirannya melayang jauh ke masa lalu. Dunia yang gelap di sekitarnya seakan menjadi cermin dari luka yang terus menggerogoti hatinya.Ia mengingat hari itu. Hari ketika semuanya berubah. Suara benturan keras, dering ambulans, dan bau menyengat dari asap mobil yang terbakar masih terngiang jelas di kepalanya. "Kamu buta total, Celine," kata dokter dengan nada menyesal, seperti kilat yang membelah gelapnya langit hidupnya.Celine menarik napas dalam. Kehilangan penglihatan adalah mimpi buruk, tetapi kehilangan harapan adalah kehancuran sejati. Dalam kegelapan ini, hanya ada satu sosok yang selalu menjadi cahaya bagi Celine: Alex.Alex, sang CEO di perusahaan tempatnya bekerja sebelum kecelakaan itu, tak pernah lelah menunjukkan perhatian. Bukan sekadar empati seorang atasan, melainkan kehangatan seorang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 32 - Antara Bali Dan Amsterdam

Bab 32 "Antara Bali dan Amsterdam"Hujan di Bali telah berhenti, meninggalkan jejak aroma tanah basah yang bercampur angin laut. Alex duduk di balkon kantor mewahnya, menatap jauh ke arah cakrawala. Pikiran tentang Celine tak pernah benar-benar pergi dari benaknya. Setiap kali ia mencoba mengalihkan perhatian dengan pekerjaan, wajahnya yang cantik, senyumnya yang tulus, dan suara lembutnya kembali menghantuinya.Celine, gadis yang menjadi alasannya bertahan di tengah kesunyian.Dia mengangkat secangkir kopi hitam, lalu meletakkannya lagi tanpa menyentuh. Kopi itu terasa pahit tanpa ada seseorang untuk berbagi cerita. Sekretaris pribadinya, Vina, mengetuk pintu kaca sebelum melangkah masuk.“Pak Alex, semua dokumen untuk rapat direksi sudah siap di meja kerja Anda.”Alex mengangguk tanpa menoleh. "Baik. Tinggalkan di sana saja. Terima kasih, Vina."Vina ragu-ragu sejenak, lalu mendekat. "Maaf, Pak, saya boleh bicara jujur?"Alex akhirnya menoleh. "Ada apa?"“Belakangan ini, Bapak ser
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 33 - Perubahan Fisik Alex

Bab 33 "Perubahan Fisik Alex"Hari itu, matahari musim semi di Belanda bersinar lembut, menyelimuti taman kecil di belakang rumah keluarga Celine. Angin membawa aroma bunga-bunga yang bermekaran, namun bagi Celine, semua itu hanya terasa samar. Kegelapan yang telah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecelakaan itu membuatnya kehilangan warna dunia.“Celine, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu,” suara Papanya terdengar hangat, namun ada nada antusias yang sulit disembunyikan.“Siapa, Papa?” Celine bertanya dengan penasaran.Sebelum ayahnya menjawab, langkah kaki berat terdengar mendekat. Celine mendengar langkah itu, khas, namun kali ini terasa lebih tegas.“Celine,” suara itu bergema, membuat dada Celine bergetar. Apakah... apakah itu Alex? pria yang selama ini dirindukannya.“Pak Alex?” gumamnya pelan agak ragu.“Ya, ini aku,” jawab Alex, yang saat itu mengenakan blue jeans dan kaos model crew neck yang ketat.Celine mengulurkan tangan, mencari-cari. Alex maju mendekat, membia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 34 - Celine Bermata Biru

Bab 34 "Celine Bermata Biru"Rumah sakit di Amsterdam terlihat tenang saat pagi menjelang. Setelah 24 jam yang penuh ketegangan, operasi Celine akhirnya selesai. Dokter-dokter terbaik di dunia telah memberikan yang terbaik, dan kini semua mata tertuju pada proses pemulihan.Di sebuah kamar khusus, Celine masih berbaring dengan perban menutupi kedua matanya. Ayahnya, Peter, duduk di sisi ranjang, menggenggam tangannya erat. Sementara itu, Alex berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan raut cemas yang sulit disembunyikan.“Pak dokter bilang tiga hari ke depan akan jadi penentu,” ujar Peter, mencoba menenangkan Alex sekaligus dirinya sendiri.Alex mengangguk pelan. “Kita hanya bisa berharap yang terbaik, Pak Peter.”Hari-hari berikutnya berjalan perlahan namun penuh harapan. Pada hari ketiga, tanda-tanda baik mulai muncul. Ketika dokter membuka sedikit perban untuk pemeriksaan, mata Celine mulai merespons cahaya. Itu adalah awal dari sesuatu yang luar biasa.Hari Kelima...Akhirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 35 - Cincin Berlian Tiga Mata

Bab 35 "Cincin Berlian Tiga Mata"Alex dan Celine berjalan berdua di sepanjang kanal di Giethoorn, desa indah yang disebut "Venesia Belanda". Air kanal yang tenang memantulkan sinar matahari sore, sementara bunga-bunga bermekaran di sekitar jembatan kayu yang mereka lewati. Angin semilir membawa aroma segar musim semi.“Tempat ini luar biasa,” ujar Celine sambil menggenggam lengan Alex.Alex tersenyum, memandang wajah Celine yang bercahaya. “Aku sengaja membawamu ke sini. Aku ingin momen ini istimewa.”Celine menoleh ke arahnya, bingung. “Momen apa?”Alex tiba-tiba berhenti, lalu menarik napas dalam. Ia menatap Celine penuh keseriusan, lalu berlutut di hadapannya.Celine terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. “Alex… apa yang kamu lakukan?”Alex mengeluarkan kotak kecil dari saku jasnya, membukanya perlahan, menampilkan "Cincin Berlian Bermata Tiga" yang berkilau sempurna. “Celine, aku mencintaimu lebih dari apa pun di dunia ini. Kamu adalah alasan aku berubah, alasan aku menjadi le
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 36 - Vera Bangkrut

Bab 36 "Vera Bangkrut"Di kantornya yang megah, Vera tengah duduk dengan wajah muram. Tangannya menggenggam ponsel, menunggu telponnya diangkat oleh Bayu, yang hampir dua bulan tak pernah memberinya kabar. Dengan napas berat, ia akhirnya ngomong ketika Bayu sudah merespon telponnya.“Bayu, kamu di mana?” suara Vera terdengar tajam, menyiratkan kemarahan yang tak mampu ia sembunyikan.“Maaf, Sayang. Aku sibuk. Ada kasus besar yang harus aku tangani,” jawab Bayu dengan nada tenang dari seberang telepon.“Kasus besar? Dua bulan kamu tidak datang menemuiku, apalagi memberi uang! Aku ini tunanganmu, Bayu. Apa kamu lupa?” suara Vera semakin meninggi.“Aku tidak lupa, Vera. Tapi aku benar-benar sibuk. Kamu harus mengerti posisiku.”“Mengerti? Aku sudah cukup bersabar! Aku ini bukan orang yang bisa menunggu tanpa kepastian, Bayu!”Telepon itu berakhir dengan nada kasar ketika Vera, dengan penuh emosi, menutupnya tanpa mendengar penjelasan lebih lanjut dari Bayu. Ia melempar ponselnya ke meja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 37 - Rumah Terkutuk

Bab 37 "Rumah Terkutuk"Vera memutuskan untuk mandi, agar tubuhnya yang terasa panas dan penat itu sedikit rileks. Saat Arman pintu, Vera tak mendengar, karena saat itu ia tengah mengguyur kepalanya dengan air shower yang dingin. Arman pun tak sabar lalu menggedor-gedor pintunya.Vera kaget, ia bergegas mengeringkan rambutnya, lalu tubuhnya. Kemudian memakai kimono handuk dan pergi keluar dengan agak melayang karena pengaruh dari Anggur.Saat Vera membuka pintu, Arman terlihat melebarkan mata. Ia tak menyangka Vera berpenampilan seperti itu."Ngapain bengong? Masuk!" Vera mendelik dipandangi sedemikian rupa oleh Arman. Ia lalu melenggang berjalan ke arah meja dimana minuman favoritnya berada.Arman duduk di sofa setelah mengunci pintu. Matanya nanar menatap lekuk-lekuk tubuh Vera yang menggoda. Apalagi saat mengulurkan gelas anggur, ia sedikit menunduk, hingga belahan dadanya tersingkap."Jadi apa perlumu kesini?" Vera duduk sambil menyandar, kakinya disilangkan hingga kimononya ters
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 38 - Dua Wanita Berbeda

Bab 38 "Dua Wanita Berbeda"Vera menahan nafsu Arman yang menggebu-gebu. "Hei, tunggu sebentar, aku ingin ngomong sesuatu." Vera mencoba menjauhkan kepala Arman dari leher dan bahunya."Nanti saja." Dengus Arman lalu kembali menciumi bahu Vera, terus turun hingga dadanya."Sebentar kataku." Vera mendorong Arman. "Aku berencana menculik Celine tapi aku sudah tak punya uang untuk membayar orang."Arman terlihat kesal. "Aku bisa melakukannya.""Lalu bagaimana kuliah dan daganganmu?" "Aku sudah putus kuliah, juga enggak jualan lagi, sudah empat bulan." Arman menghela nafas. Ia teringat ucapan Evi.*Flashback*Evi menyuruh Arman mencari pekerjaan."Kamu tahu kan Man, suamiku sudah tak pernah memberi uang. Jadi kamu harus mencari pekerjaan!" Evi menatap Arman dengan perasaan dongkol.Arman masih terdiam sambil memainkan hpnya."Kamu kan sudah putus kuliah dan juga sudah empat bulan nggak jualan sayur, kalau kamu nggak kerja, kita nanti makan apa? Evi menambahkan."Nanti saja aku pikirkan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 39 - Kolaborasi Terbaik

Bab 39 "Kolaborasi Terbaik"Malam semakin larut ketika Alex berpamitan kepada Celine. Ia mengenakan kemeja putihnya dengan rapi, lalu menyelipkan dasinya ke dalam saku. Senyuman Celine mengiringinya."Kamu yakin tidak mau menginap? Aku siapkan kamar tamu," ujar Celine, suaranya terdengar lembut namun penuh harap.Alex menggeleng pelan. "Celine, aku memang mencintaimu, tapi ada batas yang harus kita jaga sampai waktunya tiba. Dua bulan lagi, di malam pengantin kita, aku baru akan menginap di sini, dan itu pun di satu ranjang bersamamu."Celine tertawa kecil, rona merah muncul di pipinya. "Kamu benar-benar pria yang berpegang teguh pada prinsip. Aku kagum sekaligus bahagia mendengarnya."Alex mendekat, memegang kedua tangan Celine dengan erat. "Kamu adalah wanita yang istimewa, Celine. Aku ingin setiap momen bersama kamu punya makna, bukan sekadar memenuhi keinginan sesaat."Celine tersenyum lebar, lalu mengantar Alex sampai ke pintu apartemen. Saat Alex melangkah pergi, ia sempat menol
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 40 - Arman Sang Penjagal

Bab 40 "Arman Sang Penjagal"Setelah selesai melapor ke polisi, Alex dan Celine kembali ke kantor. Suasana terasa sedikit tegang di antara keduanya setelah pertemuan intens di kantor Polisi. Meski begitu, mereka tetap menjaga kemesraan.Setibanya di kantor, Alex menuju ruangannya, sementara Celine memimpin rapat singkat dengan beberapa kepala divisi. Beberapa waktu kemudian, Pak Made mengetuk pintu ruang kerja Alex."Silakan masuk, Pak Made," ujar Alex sambil menyusun dokumen di mejanya.Pak Made melangkah masuk, tampak ragu namun berusaha tenang. "Maaf, Pak Alex. Saya ingin meminta sedikit waktu untuk membicarakan sesuatu yang penting."Alex menyandarkan tubuhnya ke kursi dan memberi isyarat agar Pak Made duduk. "Tentu. Ada apa?"Pak Made menghela napas panjang sebelum berbicara. "Begini, Pak. Saya ingin meminta bantuan. Adik ipar saya, Eva, sedang membutuhkan pekerjaan. Kalau bisa, saya mohon agar dia diberi kesempatan di perusahaan ini."Alex mengernyitkan dahi, lalu tersenyum tip
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status