Home / Romansa / Pusaran Cinta Terlarang / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Pusaran Cinta Terlarang : Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

Bab 21 - Layu Sebelum Berkembang

Tiga hari tiga malam, Pak Alex berjaga di samping tempat tidur Celine. Matanya merah, lingkar hitam tebal terlihat jelas di bawah kelopak matanya. Ia hampir tak pernah tidur. Nasi kotak yang dipesan sekretarisnya masih utuh di meja, hanya kopi yang sesekali disentuh. Kesehatannya mulai goyah, tapi ia tetap bersikeras berada di sana.Pak Made, berdiri di sudut ruangan bersama Maya dan Vina, dua sekretaris Pak Alex. Mereka saling pandang dengan wajah cemas.“Pak Made, bagaimana kalau Bapak pingsan?” bisik Maya prihatin.“Sudah saya coba membujuk, tapi beliau keras kepala,” jawab Pak Made pelan. “Biarkan saja dulu, mungkin ini cara beliau menunjukkan kasih sayangnya kepada Celine.”Pak Alex duduk, tangannya menggenggam jemari Celine yang dingin. Pandangannya kosong menatap monitor jantung di samping ranjang. Ia menghela napas panjang, lalu menatap wajah yang separuhnya tertutup perban itu, suaranya hampir serak.“Celine... kalau kamu sadar,
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 22 - Kejahatan Akhirnya Menang

Teman, sahabat dan koleganya Pak Alex nampak tumpah ruah berdatangan dan mengucapkan belasungkawa. Pak Alex hanya terdiam, matanya terus tertuju pada prosesi pemakaman.Setelah jasad Celine ditimbun tanah, kemudian dibacakan doa. Kemudian tak lama setelah itu, yang hadir mulai bubar satu persatu, mereka banyak yang berlarian karena hujan mulai turun dengan derasnya. Tapi Pak Alex tak perduli tubuhnya basah kuyup, ia masih bersimpuh disamping pusara Celine. Pusara Celine tampak tenang, bertolak belakang dengan gejolak hati CEO itu. Air matanya tampak bercampur dengan air hujan, di wajahnya yang penuh kepedihan.“Kenapa bukan aku saja? Kenapa bukan aku?” suara Pak Alex parau, hampir tenggelam oleh gemuruh petir di langit. Tangannya meremas tanah kuburan Celine seolah ingin menggali kembali apa yang telah terkubur.Pak Made, yang berdiri di belakangnya sambil memayungi, mencoba mendekat. “Pak, mari kita pergi. Hari sudah hampir malam dan hujan semak
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 23 - Dunia Gelap Gulita

Bab 24 "Dunia Gelap Gulita"Pak Alex masih di dalam makam dan terkubur hidup-hidup. Ia masih berusaha mencari cara agar bisa keluar, namun sia-sia. Tiba-tiba saja Pak Alex tersentak bangun dari tidurnya. Tubuhnya basah kuyup oleh keringat dingin, napasnya terengah-engah, Mimpi buruk itu demikian seram. Ia memegang dadanya yang terasa berat, berusaha menenangkan detak jantungnya yang memburu.Pandangannya beralih ke lorong rumah sakit yang sunyi. Lampu-lampu neon memancarkan cahaya putih yang dingin, menciptakan bayangan panjang di sepanjang lantai. Kursi-kursi kosong berjajar rapi, menemani kesunyian malam yang terasa begitu mencekam.Di dekatnya, Arief tampak tertidur pulas di kursi roda. Pak Alex melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul dua dini hari. Tiga hari tiga malam ia di sini, menanti kabar baik tentang kondisi Celine. Namun, setiap detik yang berlalu terasa seperti seabad.Ia menghela napas panjang, tubuhnya terasa lelah, pikirannya kusut. "Kenapa ini terasa lebih ber
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 24 - Jejak Di Pusaran Cinta

Bab 24: "Jejak di Pusaran Cinta"Dengan tatapan kosong, Arief memutar roda kursi yang menopangnya perlahan. Udara di lorong rumah sakit terasa berat, seolah tiap langkah kecilnya menggema dengan deru mesin ICU yang baru saja ditinggalkan. Ia menunduk, menyembunyikan mata yang merah sembab.Dokter dan Pak Alex masih berdiri di dekat ranjang pasien.Celine, yang terbaring lemah berkata dengan suara lemah, ia meminta, "Pak Alex.. bisakah saya sendiri dulu?"Pak Alexo ragu sejenak, tetapi mengangguk. "Baiklah. Kami di luar kalau kamu butuh sesuatu."Ketika mereka keluar, Celine memejamkan mata. Air matanya mengalir diam-diam, mengingat detik-detik kecelakaan itu. Apa ini pertanda semuanya harus berakhir? pikirnya, mencoba meraba garis takdir yang kini terasa samar.Di lobby rumah sakit, Arief memegang ponselnya dengan tangan gemetar. Ia menarik napas panjang sebelum menekan nama X-GF College di daftar kontak. Setelah beberapa nada sambung, suara Vera yang dingin menjawab."Ada apa, Arief?
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 25 - Jalan Semakin Gelap

Bab 26 "Jalan Semakin Gelap"Arief turun dari taksi dengan langkah berat, matanya sembab dan wajahnya tampak lebih tua dari usianya. Ia melirik arloji di pergelangan tangannya. Hari semakin siang dan langit mulai terang. Ketika ia mengangkat kepala, matanya menangkap sosok Pak Made, Ketua RT sekaligus tetangganya, yang sedang masuk ke dalam mobil.Arief mengangkat tangannya, mencoba menyapa. "Pak Made, mau ke mana?"Pak Made hanya memandang sekilas tanpa ekspresi. Ia tak menjawab, hanya melambaikan tangan sekenanya sambil masuk ke mobil. Dalam hitungan detik, mobil itu melaju menjauh meninggalkan Arief yang berdiri termangu.Arief menghela napas panjang. "Cih, sombong sekali," gumamnya kesal.Tanpa membuang waktu lagi, Arief melangkah menuju rumahnya. Rasa jengkelnya pada sikap dingin Pak Made mulai tergeser oleh lelah yang menghantui. Pikirannya berkecamuk, membayangkan segala hal yang harus ia hadapi.Saat ia membuka pintu kamarnya, telepon genggamnya berbunyi nyaring. Layar menunj
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 26 - Motivasi Dan Nasehat

Bab 26 "Motivasi dan Nasehat"Celine duduk bersandar di tempat tidurnya. Pandangannya gelap, karena masih diperban. Celine merasa seakan dunia di sekelilingnya tidak lagi berarti. Sejak kecelakaan yang merenggut penglihatannya, ia merasa hidupnya berakhir. Suara lembut Pak Alex memecah lamunannya."Celine," ujar Pak Alex sambil duduk di kursi dekat ranjangnya. "Aku tahu ini berat untukmu. Tapi aku berjanji, aku akan melakukan segalanya untuk mengembalikan penglihatanmu."Celine tetap diam, tidak menunjukkan respons sedikit pun. Pak Alex melanjutkan, mencoba menawarkan secercah harapan."Aku kenal seorang dokter di Korea Selatan. Ahli bedah yang sangat terkenal. Aku akan membawamu ke sana, Celine. Operasi ini bisa menjadi jalan keluar."Celine menghela napas pelan, namun tidak menoleh. Pak Alex hanya bisa menatapnya dengan tatapan prihatin, berharap kata-katanya bisa menembus dinding dingin yang kini membatasi mereka.Beberapa saat kemudian, suara ketukan di pintu memecah keheningan. P
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 27 - Bayang-bayang Kebenaran

Bab 27 "Bayang-bayang Kebenaran"Ruangan terasa sunyi. Pak Alex masih duduk di samping tempat tidur Celine, mencoba melupakan luka lama yang kini kembali menyeruak. Namun, karena Celine penasaran, membuatnya tak bisa menolak untuk menceritakan.“Pak Alex,” ucap Celine, memecah keheningan. “Jangan ceritakan kalau itu menyakitkan?”Pak Alex menarik napas panjang, wajahnya tampak menegang. Ia menatap lantai seolah mencari kekuatan dari sana.“Tidak apa-apa, demi kamu. Istriku, Tina… dia sudah meninggal dua tahun yang lalu,” jawabnya akhirnya, suaranya berat.Celine terdiam. Hatinya terasa perih mendengar itu. “Maaf… Aku tidak tahu. Aku tidak bermaksud mengorek kenangan pahit itu.”Pak Alex menggeleng kecil, memaksakan senyum tipis. “Tidak apa-apa, Celine. Tina adalah bagian penting dari hidupku. Tidak mungkin aku melupakannya, meskipun kenangan itu terkadang menyakitkan.”Celine mengangguk pelan, namun ia masih merasa bersalah. “Bagaimana dia meninggal?” tanyanya dengan hati-hati.Pak Al
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 28 - Cerai

Bab 28 "Cerai"Ruangan di lembaga pemasyarakatan itu sunyi, hanya suara derit pintu dan langkah kaki yang terdengar menggema. Pak Alex duduk berhadapan dengan sopir yang dulu merenggut kebahagiaan hidupnya. Wajah sopir itu tampak penuh penyesalan, sementara Pak Alex menatapnya dengan amarah yang tertahan.“Jadi, apa yang ingin kau sampaikan?” tanya Pak Alex dingin.Sopir itu menunduk dalam-dalam. “Saya.. saya waktu itu hanya menjalankan perintah.”Pak Alex mengerutkan kening. “Perintah siapa dan kenapa baru sekarang kau mengakui, kenapa tidak waktu di pengadilan dulu!"Dengan suara bergetar, sopir itu menjawab, “Maaf pak, waktu saya takut karena mbak Vera, mengancam akan membunuh anak saya jika saya mengaku, bahwa dia yang menyuruh Pak. Saya, tidak punya pilihan."Pak Alex terperangah. Nama itu menghantamnya seperti pukulan telak. “Vera?! Vera yang mana maksudmu? di Bali ini banyak yang bernama Vera, ngomong yang jelas! Jangan ngasih saya teka-teki!""Vera.. Vera Rahmi Diany pak, yang
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 29 - Cinta Makin Bersemi

Bab 29 "Cinta Makin Bersemi"Langit Amsterdam tampak cerah ketika pesawat mendarat di Schiphol Airport. Celine duduk di kursi roda yang didorong oleh seorang staf bandara. Pak Alex berjalan di sampingnya, memegang tongkatnya dengan hati-hati. Celine mengenakan kacamata hitam, wajahnya tetap tenang meski hatinya sedikit gelisah.“Celine, kau siap?” tanya Pak Alex lembut.Celine mengangguk. “Aku harus siap. Ini rumah baru untukku sekarang.”Di pintu keluar, seorang pria paruh baya dengan rambut sedikit memutih melambaikan tangan. Bersamanya ada seorang gadis muda yang terlihat ceria.“Celine!” seru Peter dengan senyum yang bahagia.Pria itu adalah Peter, ayah Celine, yang segera memeluknya erat. “Celine, kau akhirnya sampai. Aku begitu khawatir!”Pak Alex tersenyum bahagia melihat pertemuan itu. Ia juga tak menyangka papanya Celine sangat fasih berbahasa Indonesia. Namun, ia mendadak canggung ketika Peter menoleh padanya.“Dan Anda ini siapa, kalau boleh tahu?” tanya Peter ramah, tapi p
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 30 - Rahasia Vera Terbongkar

Bab 30 "Rahasia Vera Terbongkar"Langit malam itu mendung, seolah mencerminkan suasana hati Vera yang sedang diliputi amarah. Ia menginjak pedal gas dengan keras, membawa mobil hitamnya menuju rumah Evi. Pikirannya kusut. Setelah mengetahui bahwa Celine sudah meninggalkan Bali, Vera merasa rencananya untuk menjebak perempuan itu berantakan. Upayanya melacak Celine ke Bandung dan Jakarta pun tidak membuahkan hasil.Di depan rumah Evi, Vera menghentikan mobilnya dengan kasar. Ia keluar tanpa memedulikan angin yang menerpa wajahnya. Pintu rumah diketuknya keras hingga menimbulkan suara gaduh."Evi! Arman! Cepat keluar!"Tak butuh waktu lama, Eva membuka pintu dengan wajah terkejut. "Vera? Ada apa sih teriak-teriak?"Tanpa menunggu undangan, Vera menerobos masuk. Di ruang tamu, ia menemukan Arman duduk santai sambil memainkan ponsel. Evi, yang baru turun dari lantai atas, ikut terpaku melihat kehadiran Vera yang tiba-tiba."Vera, kamu kenapa?" tanya Evi heran."Kamu masih tanya kenapa?"
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status