Semua Bab Ayah Anakku Ternyata Musuhku: Bab 21 - Bab 30

33 Bab

Menangkap Suami Berselingkuh

Beberapa hari kemudian, Grace berada di toko obat milik Guru Wang. Aroma herbal yang khas memenuhi ruangan.Grace duduk di bangku kayu, meneguk semangkok ramuan obat yang sudah menjadi rutinitasnya. “Guru, pahit sekali,” keluhnya sembari buru-buru mengeluarkan permen dari saku, mencoba menutupi rasa yang tidak menyenangkan itu.Guru Wang tersenyum bijak, pandangannya tajam namun penuh pengertian. “Pahit adalah penawar, manis adalah racun. Yang mana kamu pilih?” katanya dengan nada yang penuh teka-teki.Grace tertawa kecil, mengerti bahwa di balik kalimat sederhana itu tersimpan makna mendalam. “Guru adalah tabib yang luar biasa. Luka dalamku semakin membaik berkat obat dari Guru,” ujarnya dengan nada penuh terima kasih.Wang mengangguk pelan, menghembuskan napas panjang sebelum akhirnya berkata, “Rutin minum obatnya sampai benar-benar sembuh.”Grace memperhatikan perubahan di wajah tabib
Baca selengkapnya

Emosi Grace

Grace yang penuh amarah mengayunkan tongkat baseball ke arah mobil suaminya, matanya berkilat tajam, penuh kebencian yang terpendam. Dentuman keras terdengar ketika tongkat menghantam kaca mobil, menghancurkannya hingga berkeping-keping."Prak!"Molly yang berada di dalam mobil berteriak panik. "Aahh!" Jeritannya menggema, suaranya penuh ketakutan, tubuhnya menggigil saat melihat Grace terus mengayunkan tongkatnya.Di luar, Robert tampak gelisah dan berusaha menghentikan aksi istrinya. "Grace, apa kau sudah gila? Hentikan!" serunya, mencoba mengambil alih situasi, tetapi suaranya terdengar tak berdaya di tengah kemarahan Grace.Namun, Grace tak mengindahkan perintah suaminya. Dengan tatapan tajam, ia melanjutkan aksinya, menghancurkan bagian depan mobil dengan kekuatan penuh, melampiaskan setiap rasa sakit yang selama ini dia pendam."Pasangan murahan!" Grace membentak, suaranya menggetarkan malam yang sunyi. "Ini adalah hadiah dariku!"Tong
Baca selengkapnya

Wilson Tidak Sadarkan Diri

Grace menatap suaminya dengan senyum sinis, penuh tantangan yang jelas terbaca di matanya. "Kau mengancamku? Seorang kepala jaksa mengancamku?" Ia menegaskan ucapannya dengan nada yang begitu sarkastik, seolah menunjukkan betapa kecilnya ancaman itu di matanya.Robert membalas tatapan istrinya dengan ekspresi dingin, berusaha mempertahankan kendali meskipun ia tahu situasinya tak sepenuhnya menguntungkannya. Ia tersenyum kecil, sebuah senyum yang lebih mirip ejekan. "Kita jalani saja hidup kita masing-masing," ucapnya, suaranya rendah namun penuh ancaman terselubung. "Aku bisa menjamin tidak ada yang akan tahu keberadaan anak itu. Seorang jaksa telah memiliki anak sebelum menikah. Mereka pasti penasaran siapa ayah anak itu."Secepat kilat, Grace tanpa ragu mengayunkan tangannya, menampar wajah suaminya dengan keras. "Plak!"Robert tertegun, wajahnya memerah akibat tamparan itu. Namun, sebelum ia sempat merespons, Grace sudah berbicara lagi dengan na
Baca selengkapnya

Kenapa Mirip?

Di dalam ruangan rumah sakit yang sunyi, seorang pria berdiri dengan tatapan kosong menatap anak kecil yang terbaring lemah di ranjang. Ada sesuatu yang menggelitik pikirannya, sesuatu yang sulit ia jelaskan. Wajah anak itu, yang sedang tertidur pulas dengan infus di tangannya, membuat hatinya terasa hangat dan... anehnya, familiar. Sementara itu, salah satu anak buahnya, berdiri di sampingnya, ikut memandangi anak kecil yang terlelap.Pria yang melarikan Wilson ke rumah sakit adalah Ethan dan Ekin."Bos, kenapa... Anak ini sangat mirip denganmu?" Ekin bertanya dengan nada penasaran, matanya meneliti setiap lekuk wajah anak tersebut.Ethan menelan ludah, tak bisa menutupi rasa bingung di wajahnya. "Aku juga tidak tahu," jawabnya dengan suara pelan, berusaha terdengar biasa saja. "Mungkin hanya kebetulan saja."Ekin memecah kesunyian, ekspresinya tampak serius. "Siapa anak ini, kenapa bisa pingsan di simpang jalan itu?" tanyanya dengan penasaran.Et
Baca selengkapnya

Grace Diserang, Wilson Dalam Bahaya

Anita menundukkan wajah, suaranya lirih ketika mengingat kejadian pahit yang dialami putra jaksa itu, "Beberapa waktu lalu, Wilson sering dibully oleh teman-temannya," katanya, suara penuh penyesalan. "Mereka menjauhinya, mengejeknya, mengatakan dia dicampakkan oleh orang tuanya. Kejadian itu membuat Wilson frustrasi. Aku masih ingat tatapan terluka di matanya. Ia sampai bertengkar dengan mereka, penuh amarah, hingga akhirnya memilih untuk bungkam selama dua minggu. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Andaikan aku lebih perhatian padanya...mungkin Wilson tak akan pergi begitu saja."Grace menghela napas panjang, tatapannya jatuh pada wajah putranya yang sedang tertidur, begitu polos dan damai. "Wilson keluar untuk mencariku, Dia terluka, sedih… merasa diabaikan. Semua salahku yang selama ini terlalu fokus pada pekerjaan. Anak sekecil itu harusnya mendapatkan lebih dari sekadar kehadiran fisik. Harusnya dia tahu dia selalu ada dalam hatiku."Anita meng
Baca selengkapnya

Rasa Penasaran

Saat pisau tajam itu semakin dekat dengan Wilson, insting seorang ibu membuat Grace bertindak tanpa berpikir panjang. Dia mengangkat tangannya, menahan pisau dengan telapak tangannya yang terbuka. Rasa sakit yang tajam langsung menjalar, tapi dia menahan diri untuk tidak mengerang. Darah menetes, membasahi lantai di bawahnya, namun tekadnya tidak goyah. Dengan kekuatan penuh, Grace menendang pria itu, membuatnya terlempar ke belakang dan jatuh terkapar di lantai."Bruk!"Grace segera berbalik, menatap putranya yang tampak pucat. "Wilson, kamu tidak apa-apa?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran.Wilson mengangguk, meskipun wajahnya menunjukkan ketakutan yang dalam. "Tangan Mama terluka," ucapnya dengan suara bergetar, matanya terpaku pada darah yang terus mengalir dari luka di telapak tangan ibunya.Grace tersenyum menenangkan, mencoba meredakan kekhawatiran putranya meskipun tangannya terasa berdenyut sakit. "Mama tidak apa-apa, Sayang," katanya le
Baca selengkapnya

Ethan Bersikap Dingin

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya Grace dengan rasa penasaran yang jelas tergambar di wajahnya. Ada sesuatu dalam suara Ethan yang membuat hatinya merasa tidak tenang.Ethan hanya menggeleng. "Tidak ada! Dia tidak mirip sama sekali dengan kepala jaksa busuk itu," jawabnya dengan nada dingin. Tanpa menunggu tanggapan dari Grace, dia bangkit dari sofa, berniat meninggalkan apartemen itu. Tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara kecil yang memanggilnya."Paman!" panggil Wilson, yang terbangun dari tidurnya. Anak itu memandang Ethan dengan senyum lelah, tetapi tulus.Ethan berbalik menatap bocah kecil itu. Tatapannya sempat melembut, meski hanya sebentar. Anak itu melambaikan tangan kecilnya, seolah tak ingin Ethan pergi."Sampai jumpa!" ucap Wilson dengan polos.Ethan menatap anak itu dengan perasaan campur aduk, ada kekhawatiran, kehangatan, dan entah kenapa, sedikit keraguan yang ia sembunyikan. "Tidurlah lebih awal!" jawabnya singkat, lalu berbalik dan melangkah keluar
Baca selengkapnya

Merasa Familiar

Ethan duduk di ruangannya, memandangi sekeliling dengan tatapan kosong, pikirannya tenggelam dalam kenangan masa lalu. Di benaknya, berulang kali terbayang saat pertama kali ia melihat Grace di pengadilan. Seperti bara api yang kembali menyala, amarahnya membuncah saat mengingat pertemuan mereka di ruang tahanan. Ia bahkan melukai wanita itu tanpa berpikir panjang."Kenapa wanita itu terasa begitu familiar sejak awal aku melihatnya?" gumam Ethan pelan, mencoba menguraikan perasaan aneh yang membebani hatinya. "Dan anak itu... anak itu sepertinya bukan milik Jaksa Robert. Kenapa aku harus repot-repot memikirkan urusan mereka?"Ethan menarik napas panjang, seakan berusaha menyingkirkan bayangan yang terus menghantui. "Setelah ini, aku tak ingin lagi berurusan dengan mereka. Bagaimanapun juga, Grace tetaplah putri dari pembunuh ibuku. Kali ini aku hanya membantunya karena anak kecil yang tak tahu apa-apa. Hanya itu," ucapnya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.Di gedung kejaksaan, Grace
Baca selengkapnya

Kemiripan Wilson dengan Ethan

Keesokan harinya, Frank dan Billy, dua rekan kerja Grace, mendatangi apartemennya dengan raut wajah penuh penasaran. Mereka berdua terpaku saat melihat seorang anak kecil yang duduk di atas kasur, menatap mereka dengan mata bulat yang polos namun penuh rasa ingin tahu.“Grace, ini anak siapa?” Billy memecah keheningan, wajahnya penuh tanda tanya.“Anakku, namanya Wilson. Usianya empat tahun,” jawab Grace dengan nada tenang, meski ada sorot keraguan di matanya. Mendengar jawaban itu, kedua rekannya langsung menoleh ke arahnya, tercengang.“Anakmu?” mereka bertanya serentak, tak percaya.Grace menarik napas panjang, menatap mereka dengan sorot mata yang meminta pengertian. “Aku bisa jelaskan bila ada waktu,” katanya singkat.Frank mengerutkan kening, rasa penasaran membuncah di dalam dirinya. “Bukankah pernikahanmu dan Kepala Jaksa belum memiliki anak? Lalu anak ini datang dari mana?” tanyan
Baca selengkapnya

Grace Mengikuti Raymond

Malam itu, Grace duduk di dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan yang gelap. Lampu jalan redup, menciptakan bayangan-bayangan yang bergerak seiring hembusan angin. Ia menatap ke arah restoran mewah di seberang jalan, di mana Raymond Scott, seorang pejabat korup, sedang menikmati makan malam. Ia tak sendiri; di sampingnya seorang wanita muda tertawa, seolah dunia adalah milik mereka berdua."Selalu saja berganti pasangan, tidak sadar kalau dia sudah tua," gumam Grace.***Keesokan harinya, Grace melangkah dengan tegas menuju ruangan Jaksa Agung, Micheal. Dinding koridor terasa dingin, namun langkahnya tak gentar sedikit pun. Setibanya di depan pintu, ia mengetuk perlahan, lalu masuk setelah dipersilakan."Grace, kenapa kamu ke sini? Apa yang terjadi?" tanya Micheal, pria paruh baya yang duduk di kursi besar di belakang meja kayu penuh dokumen. " Rekan saya, Frank dan Billy, menemukan bukti kesalahan Raymond Scott," ujar Grace sembari meletakkan setumpuk dokumen di meja Micheal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status