Home / Pernikahan / Ketika Hati Mulai Lelah / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Ketika Hati Mulai Lelah: Chapter 61 - Chapter 70

82 Chapters

Bukan Cinta

"O, iya. Ada apa ya?" tanya Vera berusaha menguasai keadaan dirinya sendiri."Begini, Mbak Vera yang saya hormati. Saya ingin berbicara sebagai sesama perempuan. Pasti Mbak Vera tahu maksud saya. Saya sudah lama mendengar selentingan hubungan antara Mbak Vera dengan suami saya. Awalnya saya tidak mempercayainya. Saya benar-benar percaya dengan suami saya. Tapi ternyata kepercayaan saya dikhianati. Saya tidak menyalahkan Mbak Vera sepenuhnya, karena Mas Richard yang punya andil besar dalam hal ini. Sebenarnya apa sih yang Mbak cari sampai mau berhubungan dengan Mas Richard? Padahal Mas Richard sudah beristri. Apakah suami Mbak Vera tidak mampu membuat Mbak bahagia? Sehingga Mbak butuh pelampiasan? Ataukah Mbak hanya mencari sensasi, ingin merasakan bagaimana sensasinya berselingkuh dengan suami orang?" Shifa berkata panjang lebar."Saya nggak ada hubungan dengan Richard," kilah Vera."Sudahlah Mbak, nggak usah mengelak. Saya punya banyak bukti. Apa perlu bukti itu saya berikan pada sua
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Rela Bercerai

Akhirnya Ahmad pun pulang, Indah tetap terdiam. Setelah mengunci pintu, ia pun merebahkan diri di kasur yang ada. Dipandanginya langit-langit kamarnya, pikirannya menerawang jauh. Indah pergi dari rumah orang tuanya, pamitnya ia mau merantau di kota. Tentu saja ia tidak bilang kalau mau mencari Ahmad. Dari kemarin Indah merasa tidak enak badan, ia juga tidak ingat kapan terakhir menstruasi. Karena itu, tadi pagi ia sengaja ke apotek untuk membeli tespek. Pulang dari apotek, ia segera melakukan tes dan hasilnya positif. Ia senang melihat garis dua di tespek itu. Ia sudah membayangkan hal-hal yang indah tentang masa depannya bersama Ahmad. Ternyata kenyataan tak seindah harapan. Ahmad bukannya senang dan antusias, malah menyalahkan Indah. Itulah yang membuat Indah sangat kesal.Sementara di tempat lain, Vera tampak tidak bisa tidur. Ia masih teringat akan kedatangan Shifa. "Apa benar kata Shifa tadi ya, kalau Richard membohongiku dengan berkata kalau pernikahan Richard tidak bahagia.
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Menyalahkan Novi

Pagi ini Novi pergi ke pasar bersama dengan Septi. Novi ingin memasak rendang, karena itu ia ke pasar untuk membeli daging. Sebenarnya Novi malas ke pasar, karena ia suka bingung mau membeli apa. Ia lebih senang berbelanja di tukang sayur keliling. Tapi karena Septi yang mengajak atau lebih tepatnya memaksa, akhirnya Novi pun ikut pergi ke pasar.Ketika sedang membeli daging, Novi mendengar orang berbisik-bisik."Nggak punya malu ya? Hamil tanpa suami tapi cuek saja. Malah keluyuran ke pasar. Apa ia sengaja memamerkan kehamilannya ya?""Jadi nggak ada yang mau bertanggung jawab ya?""Mana ada laki-laki mau bertanggung jawab, kalau perempuan itu main dengan banyak laki-laki.""Katanya setelah bayi lahir mau tes DNA.""Terus yang membiayai tes DNA siapa? Tes DNA itu mahal.""Siapa sih yang dibicarakan," kata Novi dalam hati."Bang, dagingnya setengah kilo ya?" kata seseorang yang berada di sebelah Novi. Novi menoleh."Ngapain lihat-lihat!" bentak orang itu, yang ternyata adalah Weni. Or
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Menemui Richard

"Kamu bisa nggak berpikir positif? Kenapa kamu malah menyalahkan Novi? Tadi Bapak menemui Dina, Novi sedang pergi ke pasar. Jadi Dina bercerita sesuai kemauannya sendiri. Baru kemudian Novi pulang. Tahu kamu, apa yang dikatakan Dina? Katanya ayahnya sudah melupakan Dina, ketemu di minimarket, disapa tidak mau membalas. Bapak yang mendengarkan itu sangat sedih dan kecewa. Kalau kamu membenci Novi, itu hakmu. Tapi Dina itu kan anakmu, darah dagingmu. Kamu kok tega sekali sih? Kalau suatu saat, Dina sukses, bisa-bisa ia tidak akan mau mengakuimu sebagai ayah." Pak Harno berkata dengan kesal.Ahmad hanya diam saja. Pikirannya sekarang memang sedang kacau, memikirkan kehamilan Indah."Kamu sudah menikah dengan Indah?" tanya Pak Harno.Dhuar! Serasa petir menyambar tubuhnya, jantungnya berdetak dengan kencang. Pak Harno mengamati perubahan ekspresi wajah Ahmad.Ahmad menggelengkan kepala."Kok Indah bisa sampai disini lagi? Apa kamu menghubunginya dan memintanya kesini?" tanya Pak Harno."I
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Menggerebek Vera

Ponselnya berdering, sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.[Temui aku disini, hotel Kemuning, kalau mau melihat kelakuan istrimu.] Alif sangat kaget membaca pesan itu. "Siapa sih ini? Mungkin orang salah kirim pesan," kata Alif dalam hati.Kemudian ada pesan masuk lagi, berupa foto Vera dan Richard sedang bergandengan tangan.[Kamu siapa? Jangan main-main denganku ya?] Balas Alif dengan segera.Kemudian dua pesan langsung masuk ke ponsel Alif.[Benar kan kalau itu istrimu?][Kamu Alif kan? Istrimu bernama Vera yang selingkuh dengan Richard? Richard itu suamiku.] Belum sempat Alif membalas, sudah masuk pesan lagi. Kemudian ada foto Richard dan Vera yang sedang berpelukan dengan mesra.Alif tampak sangat geram melihat foto itu. Emosinya sudah ada di ubun-ubun. Ia ingin menelpon Vera, tapi masih ia tahan. Klunting…kluntingAda pesan lagi, dua buah foto Vera setengah bugil dan yang satunya hanya memakai pakaian dalam.[Segera kesini, kalau ingin menangkap basah istrimu.]A
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Menolak Kebenaran

Tindakan Alif memang patut diacungi jempol. Walaupun ia dalam keadaan marah dan emosi, tapi ia masih menjaga martabat istrinya, supaya tidak semakin malu terlihat auratnya. Semua menatap Vera dan Alif."Lihatlah, Mas. Pak Alif berusaha menutup aurat istrinya yang tadi sudah kamu jelajahi. Memalukan sekali perbuatanmu itu, Mas? Apa lagi alasanmu sekarang? Kamu mau berkata kalau aku terlalu cemburu dan mengada-ada lagi? Ngapain kalian berdua di dalam kamar kalau tidak berzina. Apakah hanya mengobrol saja? Kok sampai buka-buka pakaian segala?" kata Shifa panjang lebar. "Bukan urusanmu," sahut Richard."O ya? Kalau bukan urusanku, berarti itu urusannya Pak Alif. Karena kamu bersama dengan istrinya." Shifa tampak mengejek Richard.Tak lama kemudian, Vera sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang lengkap."Kamu sudah siap keluar dari rumah, Shifa? Karena saat ini juga aku akan menceraikanmu," tantang Richard."Aku nggak takut dengan ancamanmu. Aku pun siap untuk keluar dari rumah i
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Tak Seindah Harapan

Sore ini Ahmad mengantar Indah periksa ke dokter, untuk memastikan usia kandungan Indah. Tempat praktek dokter tampak begitu ramai, mereka pun harus antri menunggu giliran. Hampir satu jam mereka menunggu, belum juga mendapatkan panggilan. Tak berapa lama ada perempuan hamil yang baru datang langsung di panggil oleh asisten dokter. Ahmad yang tampak capek menunggu segera mendatangi asisten dokter itu."Mbak, saya kan sudah dari tadi antri, kok perempuan itu duluan yang masuk?" tanya Ahmad."Oh, Ibu itu sudah mendaftar duluan, Pak. Kalau Bapak ingin tidak lama mengantri, harus daftar duluan. Jam empat pendaftaran sudah dibuka," kata asisten dokter itu, menjelaskan pada Ahmad. Ahmad langsung terdiam, kemudian duduk lagi. Tak lama perempuan yang tadi masuk, sudah keluar dari ruang periksa."Mas Ahmad?" sapa perempuan itu, ternyata dia itu Lia alias Weni. Ia juga memeriksakan kandungannya.Ahmad yang merasa dipanggil namanya, segera menoleh ke arah suara."Lia? Sama siapa?" tanya Ahmad de
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Semakin Mempesona

"Jam setengah sepuluh, Pak." Ahmad menjawab dengan pelan."Mampir kemana?" tanya Pak Harno lagi."Ngumpul sama teman-teman, Pak.""Kamu belum pernah menjenguk anak-anakmu, kan?" tanya Pak Harno.Ahmad menggelengkan kepala. Pak Harno menarik nafas panjang."Kamu kok sangat keterlaluan sih, Ahmad? Cepat selesaikan sarapanmu, kita ke rumah orang tua Novi, menjenguk anak-anakmu," kata Pak Harno. Ahmad hanya terdiam, tidak berani membantah. Karena ucapan bapaknya itu merupakan sebuah perintah yang tidak bisa diganggu gugat.Setelah selesai sarapan, Pak Harno dan Ahmad pergi bersama untuk mengunjungi Dina dan Haikal. Ahmad sangat kesal, ia tidak bisa mengunjungi Indah. Padahal tadi malam ia berjanji kalau pagi ini mau mengunjungi Indah sambil membawakan sarapan.Di sepanjang perjalanan Ahmad hanya diam saja. Tak terasa sudah sampai di rumah orang tua Novi. Sudah lama Ahmad tidak kesini, terakhir kesini ketika ia bersama orang tuanya mengembalikan Novi. Warung Novi tampak lebih besar dari y
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Perempuan Gemblung

"Indah?" kata Alif dengan kaget, ketika ia membuka pintu. Tampak Indah dengan penampilan yang seperti tidak terawat, tidak seperti dulu yang pernah ia lihat.Indah juga kaget melihat Alif ada disini, ia sangat gugup.“Mas Alif?” Indah berusaha untuk menutupi kegugupannya."Siapa Lif?" tanya Bu Wulan sambil berjalan mendekati Alif. Bu Wulan tampak sangat syok melihat orang yang ada dihadapannya."Mau apa kamu kesini? Bukankah kamu pulang ke rumah orang tuamu?" tanya Bu Wulan dengan ketus.“Iya, aku memang pulang ke rumah orang tua. Tapi sekarang aku kesini lagi. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Pakde dan Bude.” Indah menjawab dengan pelan."Ooo, kamu masih menganggap kami ini keluargamu ya? Kalau memang masih keluarga, seharusnya kamu nggak membuat kacau semua yang ada disini." Bu Wulan berkata dengan sinis dan ketus.Indah hanya bisa menunduk. Bagaimanapun ia yang salah, tapi tetap saja ia tidak mau mengakuinya."Dasar nenek-nenek, lihat saja nanti kalau aku sudah menikah dengan Ma
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Keputusan Sepihak

Alif mendekati ibunya dan meminta Bu Wulan menarik nafas panjang untuk meredam emosinya. Perempuan yang rambutnya sudah penuh dengan uban itu, melakukan apa yang disuruh oleh Alif. "Kamu dengar sendiri kan, Ahmad? Apa kamu mau membuat ibumu sakit-sakitan karena melihat kamu dan Indah tinggal disini?" kata Pak Harno. Indah sangat kesal dengan kata-kata Pak Harno dan Bu Wulan."Kamu tahu kan, beberapa kali Novi kesini mengantar anak-anakmu menemui kami? Kalau kamu dan Indah tinggal disini, Novi pasti akan sungkan kesini. Bapak dan Ibu masih memiliki hati, karena itu kami berusaha untuk menjaga perasaan Novi dan anak-anakmu, terutama Dina. Kamu lihat kan, bagaimana Dina tadi berinteraksi denganmu?" Pak Harno menjelaskan."Tapi aku sedang hamil, Pakde," kata Indah dengan memelas."Itu urusanmu. Makanya jadi perempuan itu bisa menjaga kehormatan, jangan-jangan anak yang kamu kandung itu bukan anaknya Ahmad." Bu Wulan menimpali dengan nada ketus."Bude, aku nggak sebejat itu." Indah berka
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status