Share

Semakin Mempesona

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 20:15:45

"Jam setengah sepuluh, Pak." Ahmad menjawab dengan pelan.

"Mampir kemana?" tanya Pak Harno lagi.

"Ngumpul sama teman-teman, Pak."

"Kamu belum pernah menjenguk anak-anakmu, kan?" tanya Pak Harno.

Ahmad menggelengkan kepala. Pak Harno menarik nafas panjang.

"Kamu kok sangat keterlaluan sih, Ahmad? Cepat selesaikan sarapanmu, kita ke rumah orang tua Novi, menjenguk anak-anakmu," kata Pak Harno. Ahmad hanya terdiam, tidak berani membantah. Karena ucapan bapaknya itu merupakan sebuah perintah yang tidak bisa diganggu gugat.

Setelah selesai sarapan, Pak Harno dan Ahmad pergi bersama untuk mengunjungi Dina dan Haikal. Ahmad sangat kesal, ia tidak bisa mengunjungi Indah. Padahal tadi malam ia berjanji kalau pagi ini mau mengunjungi Indah sambil membawakan sarapan.

Di sepanjang perjalanan Ahmad hanya diam saja. Tak terasa sudah sampai di rumah orang tua Novi. Sudah lama Ahmad tidak kesini, terakhir kesini ketika ia bersama orang tuanya mengembalikan Novi.

Warung Novi tampak lebih besar dari y
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayue Sekartaji
lanjut thor,,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Perempuan Gemblung

    "Indah?" kata Alif dengan kaget, ketika ia membuka pintu. Tampak Indah dengan penampilan yang seperti tidak terawat, tidak seperti dulu yang pernah ia lihat.Indah juga kaget melihat Alif ada disini, ia sangat gugup.“Mas Alif?” Indah berusaha untuk menutupi kegugupannya."Siapa Lif?" tanya Bu Wulan sambil berjalan mendekati Alif. Bu Wulan tampak sangat syok melihat orang yang ada dihadapannya."Mau apa kamu kesini? Bukankah kamu pulang ke rumah orang tuamu?" tanya Bu Wulan dengan ketus.“Iya, aku memang pulang ke rumah orang tua. Tapi sekarang aku kesini lagi. Ada yang ingin aku bicarakan dengan Pakde dan Bude.” Indah menjawab dengan pelan."Ooo, kamu masih menganggap kami ini keluargamu ya? Kalau memang masih keluarga, seharusnya kamu nggak membuat kacau semua yang ada disini." Bu Wulan berkata dengan sinis dan ketus.Indah hanya bisa menunduk. Bagaimanapun ia yang salah, tapi tetap saja ia tidak mau mengakuinya."Dasar nenek-nenek, lihat saja nanti kalau aku sudah menikah dengan Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Keputusan Sepihak

    Alif mendekati ibunya dan meminta Bu Wulan menarik nafas panjang untuk meredam emosinya. Perempuan yang rambutnya sudah penuh dengan uban itu, melakukan apa yang disuruh oleh Alif. "Kamu dengar sendiri kan, Ahmad? Apa kamu mau membuat ibumu sakit-sakitan karena melihat kamu dan Indah tinggal disini?" kata Pak Harno. Indah sangat kesal dengan kata-kata Pak Harno dan Bu Wulan."Kamu tahu kan, beberapa kali Novi kesini mengantar anak-anakmu menemui kami? Kalau kamu dan Indah tinggal disini, Novi pasti akan sungkan kesini. Bapak dan Ibu masih memiliki hati, karena itu kami berusaha untuk menjaga perasaan Novi dan anak-anakmu, terutama Dina. Kamu lihat kan, bagaimana Dina tadi berinteraksi denganmu?" Pak Harno menjelaskan."Tapi aku sedang hamil, Pakde," kata Indah dengan memelas."Itu urusanmu. Makanya jadi perempuan itu bisa menjaga kehormatan, jangan-jangan anak yang kamu kandung itu bukan anaknya Ahmad." Bu Wulan menimpali dengan nada ketus."Bude, aku nggak sebejat itu." Indah berka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tidak Bisa Dipisahkan

    Hari ini Ahmad akan menikah dengan Indah di KUA. Jadwal akadnya nanti jam sebelas siang. Rencananya hanya Alif dan Pak Harno yang datang, mereka langsung ke KUA. Bu Wulan tetap bersikeras tidak mau datang. Tadi pagi Ahmad sudah pergi ke kontrakan Indah. Ia akan menjemput Indah untuk pergi ke KUA bersama."Benar Ibu nggak mau ikut?" tanya Pak Harno yang sudah bersiap untuk berangkat."Enggak." Bu Wulan menjawab dengan singkat."Ya sudah, kita berdua saja," kata Pak Harno pada Alif. Alif mengangguk. Mereka sudah bersiap mau ke KUA.Drtt…drtt ponsel Alif berdering, sebuah panggilan dari Ferdi kakaknya Vera. Alif yang baru mau keluar dari rumah, segera menerima panggilan itu."Halo, Mas," sapa Alif."Alif, Vera kecelakaan. Sekarang ada di rumah sakit," kata Ferdi."Astaghfirullahaladzim," kata Alif dengan gemetaran. Ia langsung lemas mendengar berita itu."Ada apa, Lif?" tanya Bu Wulan."Vera kecelakaan, Bu. Sekarang ada di rumah sakit," kata Alif dengan mata berkaca-kaca. Sudah beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menikah di KUA

    Pak Harno dan istrinya masih bingung dengan situasi ini. "Ada apa ini sebenarnya?" tanya Pak Harno.Shifa yang tampak emosi berkata pada Pak Harno."Maaf, Bapak orangtuanya Pak Alif ya?" tanya Shifa. "Iya," jawab Pak Harno sambil mengangguk."Vera sudah lama berselingkuh dengan suami saya. Terakhir kemarin saya menangkap basah mereka di kamar hotel hanya berdua saja, Vera dalam posisi tidak berpakaian dan ditutupi selimut, pakaian dalam Vera berserakan di lantai. Apa yang mereka lakukan kalau bukan zina? Hari ini, mereka berdua berada dalam mobil suami saya, dan mengalami kecelakaan." Shifa menjelaskan panjang lebar."Oh, berarti foto yang ada di ponsel Bapak itu benar ya?" tanya Bu Wulan.Pak Harno hanya mengangguk saja."Bapak meminta orang untuk mencari informasi tentang Vera dan hasilnya memang mengejutkan. Vera sering pergi berdua dengan seorang laki-laki," kata Pak Harno."Jadi Bapak sudah tahu kalau Vera berselingkuh?" tanya Alif.Pak Harno mengangguk lagi."Kenapa Bapak tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Karma

    "Dek, pamali minta warisan padahal orang tuaku masih sehat walafiat. Apa kamu memang mendoakan orang tuaku cepat meninggal? Kamu seharusnya menerimaku apa adanya. Aku kan memang sudah kere, tapi kamu masih saja tetap mengejarku. Berarti kamu menyesal ya? Dek kita baru beberapa jam menjadi suami istri, tapi kamu sudah terlihat watak aslinya. Aku jadi semakin yakin kalau kamu memang sengaja hamil. Supaya bisa menikah denganku. Iya kan?" kata Ahmad dengan tegas. Indah gelagapan."Bukan begitu, Mas. Aku memang ingin menikah denganmu, karena aku memang mencintaimu. Buktinya aku mencarimu kesini. Aku tidak mau terlalu lama melakukan zina denganmu. Memangnya Mas nggak mencintaiku ya?" kata Indah sambil mendekati Ahmad dan mulai merayu-rayu Ahmad dengan mengelus-elus paha Ahmad. Tentu saja Ahmad tergoda.***Setelah berbincang dengan dokter, Alif menuju ke tempat Vera. Alif memandang wajah Vera yang masih belum sadarkan diri. Vera yang pandai merawat wajah dan tubuhnya, masih tampak cantik, w

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Nggak Punya Etika

    Ahmad mengajak Indah mengunjungi orang tua Ahmad. Sekalian mau mengambil pakaian Ahmad. Pak Harno dan Bu Wulan masih sarapan ketika Ahmad dan Indah datang."Ayo ikut sarapan," ajak Pak Harno. Ahmad dan Indah pun ikut bergabung, mereka sarapan dengan lahapnya.Bu Wulan yang dari tadi mengamati kelakuan Indah, menjadi kasihan melihat Indah sangat rakus mengambil makanan. Seperti tidak pernah makan enak saja. Tak ada pembicaraan disela-sela makan. Semuanya fokus dengan makanan masing-masing. Selesai makan, Indah hanya mengikuti Ahmad saja. Tidak mau membantu membereskan meja makan, persis layaknya tamu. Bu Wulan segera membereskan meja makan, dibantu oleh Tini, ARTnya. "Perempuan itu nggak punya etika sama sekali. Habis makan, bukannya membantu membereskan meja makan malah ikut Ahmad masuk ke dalam kamar. Dasar nggak punya sopan santun," gerutu Bu Wulan. Tini hanya diam saja sambil mendengarkan celotehan Bu Wulan. Ia juga tidak menyukai Indah, berlagak seperti nyonya besar."Kenapa si

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Memang Salahku

    "Kenapa setiap bertemu Novi, ia semakin cantik. Padahal waktu dulu bersamaku ia tampak biasa saja," kata Ahmad dalam hati. Haikal berlari lagi dan menuju ke arah Ahmad dengan tertawa-tawa."Ayah," panggil Haikal, Ahmad menjadi terharu mendengar Haikal memanggilnya Ayah. Kemudian Ahmad menggendong Haikal. Sedangkan Dina sibuk berceloteh dengan Pak Harno, menceritakan kegiatannya sehari-hari. Pak Harno dengan telaten mendengarkan semua ucapan Dina, sesekali ikut menimpali.Bu Wulan ngobrol-ngobrol dengan Novi."Kamu semakin cantik saja, Nov," kata Bu Wulan."Terima kasih untuk pujiannya, Bu," jawab Novi dengan sopan."Sepertinya kamu sekarang semakin sibuk saja, usahamu melebar kemana-mana," kata Bu Wulan."Alhamdulillah, Bu. Semua saya lakukan demi anak-anak. Biaya sekolah kan semakin lama semakin besar. Jadi saya harus siapkan dari sekarang." Novi menjawab dengan tenang.Ucapan Novi tadi begitu menampar Ahmad. Bahkan ia belum memberi nafkah untuk anak-anaknya. Pak Harno langsung meno

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kewajiban Memberi Nafkah

    "Kamu harus sering memberi perhatian pada anak-anakmu. Sering-seringlah menjenguk anakmu atau mengajak mereka jalan. Dekatkan dirimu pada mereka. Dina bersikap seperti itu, karena pernah merasa sakit hati karena diabaikan oleh ayahnya sendiri. Kalau sikapmu tidak berubah, jangan salahkan mereka kalau pada akhirnya mereka akan membencimu." Pak Harno berbicara panjang lebar. Indah semakin tidak suka dengan ucapan mertuanya itu. Ia merasa mertuanya sangat pilih kasih. Seharusnya ia yang lebih diperhatikan, bagaimanapun juga Indah kan keponakannya Pak Harno. Walaupun keponakan jauh. Apalagi sekarang ia berstatus sebagai menantu, istri dari anak bungsu mereka."Jangan harap Mas Ahmad bisa dekat dengan anak-anaknya. Nanti pasti kesempatan Novi untuk mendekati Mas Ahmad lagi. Apalagi sampai ikut memberi nafkah untuk anak-anaknya. Keenakan Novi, sudah bercerai dengan Mas Ahmad masih diberi nafkah juga. Tidak akan aku biarkan ada perempuan mendekati suamiku, termasuk Novi," kata Indah dalam h

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18

Bab terbaru

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mencari Jodohnya Sendiri

    Novi hanya menatap mereka yang sibuk mencari permainan lain. Hatinya masih terasa sakit dengan sikap Irma. Novi memang sudah biasa dihina dan direndahkan orang, tapi yang dilakukan Irma tadi benar-benar menyakiti hatinya karena dilakukan di depan anak-anaknya. Walaupun sebenarnya Dina dan Haikal belum paham dengan apa yang terjadi, tetap saja Novi merasa dipermalukan.Novi menunduk sambil menghapus air mata yang mulai menetes. Kejadian ini tidak luput dari perhatian Farel. Walaupun ia sedang mendampingi Haikal dan Dina bermain, tapi pandangan matanya tidak lepas dari sosok yang dicintainya itu."Maafkan aku, Novi. Aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi," kata Farel dalam hati.Sementara itu, di mobil Pak Dewa sedang terjadi perdebatan. Tentu saja perdebatan antara Pak Dewa dan Irma."Mama nggak boleh bersikap seperti itu? Kayak orang nggak berpendidikan." Pak Dewa mengomel."Enak saja Papa bilang seperti itu! Yang Mama lakukan tadi benar. Mama kecewa dengan Farel! Farel pasti di

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Luka Tak Berdarah

    "Pacaran kok di tempat umum. Atau memang sengaja mau membuat pengumuman?" ledek Alvaro yang masih saja tampak cengengesan. Orang yang berdehem tadi memang Alvaro."Kami nggak pacaran, Al. Tapi sedang membicarakan tentang pernikahan" kata Farel."Alhamdulillah. Akhirnya ada kabar bahagia juga. Kapan rencananya?" tanya Alvaro."Insyaallah akhir bulan ini atau awal bulan depan."Novi kaget mendengar ucapan Farel, berarti hanya tiga Minggu lagi. Sedangkan ia belum tahu apapun tentang rencana itu."Eh, bukan seperti itu. Mas Farel ini bercanda," kilah Novi."Tapi aku lebih percaya ucapan Mas Farel, Mbak. Karena Papa sudah bilang sama aku," sahut Alvaro."Papa? Memang Papa bilang apa?" tanya Farel penasaran."Ada deh! Intinya kata Papa sebentar lagi Mas Farel mau menikah dengan Mbak Novi." Alvaro berkata penuh kemenangan karena berhasil membuat Farel dan Novi penasaran."Memang Mas Farel cerita apa dengan Pak Dewa?" tanya Novi penuh selidik."Bukan Pak Dewa, tapi Papa. Kamu harus terbiasa m

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Jalan-jalan

    "Sudah siap? Ayo berangkat," kata seseorang yang membuat Novi berdebar-debar tidak karuan.Seseorang itu yang beberapa hari ini selalu ada dalam pikirannya. Ia masuk ke dalam rumah bersama dengan Pak Budi. Ia tampak gagah dengan pakaian casualnya yang terlihat sangat sederhana. Pak Budi tampak tersenyum. "Maaf, Mas. Aku dan anak-anak mau pergi," kata Novi."Iya, aku tahu. Makanya aku ngajak berangkat sekarang." Farel menjawab dengan tersenyum."Mbah Kung, ayo ikut," ajak Haikal."Mbah Kung dirumah sama Mbah Uti, nungguin warung. Kasihan kalau Bulek Yanti sendirian yang nungguin," kata Pak Budi."Tapi…." Belum selesai Novi berbicara sudah dipotong sama Pak Budi. "Buruan berangkat, kasihan Haikal sudah tidak sabar. Nak Farel, titip Novi dan anak-anaknya ya? Tolong jagain mereka di mall nanti," kata Pak Budi pada Farel."Siap, Pak. Saya akan menjaga mereka dengan sepenuh hati." Farel mantap sekali menjawabnya."Kami pergi dulu, Pak, Bu," pamit Farel.Pak Budi dan Bu Murni mengangguk. F

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menunggu Jawaban

    "Nggak usah ngegombal Mas. Aku bukan ABG yang mudah termakan rayuan. Perlu Mas ingat kalau aku ini seorang janda.""Bukan merayu, aku serius. Apa salahnya dengan status janda. Aku punya niat baik. Ingin membangun rumah tangga bersamamu dan mendampingi anak-anak sampai mereka sukses.""Mas, ingat, aku ini seorang janda dan punya anak dua. Seperti kata Nada, aku harus sadar diri. Apakah Mas sudah paham bagaimana resikonya menikahi seorang janda?" tanya Novi."Aku sudah sangat paham. Mengenai Nada, nggak usah kamu pikirkan. Sudah aku katakan kalau aku tidak punya hubungan spesial dengan Nada.""Assalamualaikum." Terdengar suara Dina mengucapkan salam. Farel dan Novi pun menoleh ke arah Dina."Waalaikumsalam Dina. Sudah pulang sekolah ya?" tanya Farel."Iya, Om." Dina mendekati Farel yang bersalaman dengan Farel."Dina mau ke kamar ya, Om." Dina berpamitan dengan Farel.Farel mengangguk, Dina pun melangkah keluar dari ruang tamu untuk menuju ke kamar."Tolong pikirkan semua ucapanku tadi.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Kesempatan

    "Berarti Mas Alif sudah bercerai dengan Mbak Vera ya?" Novi hanya berkata dalam hati. Ia tidak berani bertanya langsung pada Alif, nanti dikira tidak tahu informasi ini. Padahal memang Novi tidak tahu sama sekali. Kakek dan neneknya Haikal juga tidak pernah bercerita dengan Novi. Sejak kejadian Vera yang mengalami kecelakaan itu, Novi memang belum pernah bertemu dengan Vera. Beberapa kali ia bertemu dengan Alif, Alif tidak pernah bercerita dengannya. Mungkin Alif malu mau menceritakan masalah rumah tangga dengan Novi, karena Novi sendiri juga punya masalah."Selamat ya Mas! Semoga selalu bahagia." Farel mengucapkan selamat pada Alif."Terima kasih, semoga kalian berdua juga segera menyusul," sahut Alif."Amin! Semoga disegerakan." Ucapan Farel membuat Novi menjadi semakin bingung."Mimpi apa aku semalam, kok hari ini banyak sekali kejutan yang aku alami," kata Novi dalam hati."Tuh Nov, nggak usah lama-lama. Haikal juga sudah akrab dengan Mas Farel." Alif menimpali. Farel tersenyum.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Disegerakan

    "Mas Alif sudah kenal dengan Mas Farel ya?" tanya Novi ketika melihat Alif dan Farel saling bertegur sapa."Mas Farel ini pelanggan tetap di toko Bapak. Tentu saja aku kenal dengannya. Seorang kontraktor muda, mapan dan sukses. Hanya saja kok aku belum dapat kabar bahagia dari Mas Farel ya?" Alif berusaha menggoda Farel. Farel malah bingung sendiri."Maksudnya Mas?" tanya Farel."Nggak tahu atau pura-pura nggak tahu nih.""Beneran nggak tahu, Mas," sahut Farel."Maksudnya, ditunggu undangannya, Mas. Kira-kira kapan mau menikah, jangan terlalu pilih-pilih, yang penting akhlaknya bagus. Cantik itu relatif. Buat apa cantik kalau malah nggak bisa ngurus keluarga, sibuk dengan segala arisan.""Wah ada yang curhat nih," ledek Farel."Pernah mengalami, hehe." Alif berkata sambil tertawa. Farel pun ikut tertawa. Novi hanya mendengarkan saja obrolan dua lelaki itu. "Masalah jodoh, sedang diusahakan, Mas. Doakan saja biar disegerakan." Farel menjawab pertanyaan dari Alif tadi."Tapi harus dike

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Layu Sebelum Berkembang

    "Bingung mau menjawabnya, Mas. Kalau aku bilang tidak, eh tahu-tahu besok jodohku datang. Mau bilang iya tapi kok seperti sudah kebelet nikah, hihi. Yang jelas, aku mengikuti air yang mengalir saja. Kalau memang masih ada jodoh, ya akan aku jalani." Novi menjawab dengan diplomatis. Alif tersenyum mendengar jawaban Novi yang terkesan malu-malu."Kamu masih muda, hidupmu masih panjang. Kamu butuh pendamping untuk menemanimu membesarkan anak-anak, walaupun ada ayahnya. Setidaknya ada teman untuk berkeluh kesah." Alif berkata sambil memperhatikan Haikal yang asyik memainkan mainannya. Jantung Novi dari tadi terus bergemuruh, ia menjadi malu dan tersipu mendengar kata-kata Alif. "Kalau kamu mau mencari pendamping hidup, carilah yang mau menerima anak-anak. Terserah mau duda atau single. Jangan marah atau tersinggung kalau aku berkata seperti ini, aku sudah menganggapmu sebagai adik sendiri. Walaupun hubungan pernikahanmu dengan Ahmad sudah berakhir, tapi hubungan persaudaraan kita tidak

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Merendahkan Orang Lain

    "Tapi dia itu seorang janda, kok kayak Farel sudah nggak laku aja. Dia kan bisa mencari perempuan lain, yang masih gadis dan sepadan dengan kita. Jangan-jangan waktu Alvaro menabrak perempuan itu sebenarnya disengaja oleh janda itu ya? Biar ia bisa dekat dengan Farel. Benar-benar cara murahan!" Irma berkata dengan nyerocos sambil mengomel."Satu lagi, Pa! Apa kata orang kalau sampai Farel menikah dengan janda itu? Mau ditaruh dimana muka Mama ini?" lanjut Irma dengan suara yang cukup tegas dengan emosi."Memangnya Mama mau menaruh muka Mama dimana? Oh kalau enggak, taruh saja di rumah. Jadi kalau Mama pergi ngemall, nggak usah bawa muka, kan nggak bakal malu." Pak Dewa berkata sambil tersenyum."Pa, Mama ini ngomong serius. Kok jawabnya kayak gitu." Irma tampak kesal mendengar jawaban suaminya yang menurutnya main-main dan tidak serius."Papa juga ngomong serius! Mama jangan suka menuduh orang sembarangan. Nggak mungkin Novi sengaja menabrakkan diri ke mobil Alvaro. Lagipula kenapa me

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Nggak Ikhlas

    "Jadi selama ini aku mengidolakan ayam gepreknya Novi? Pantas saja waktu itu aku bertemu dengannya disana. Kok bisa-bisanya mereka menyembunyikan semuanya dariku. Awas saja kalau mereka masih menyebut-nyebut nama Novi di depanku. Aku akan membuat perhitungan." Indah hanya bisa berkata dalam hati, ia tidak berani lagi membantah kata-kata suami dan mertuanya.Setelah pertengkaran hebat waktu itu, Ahmad memang sudah berniat untuk berpisah dengan Indah. Tentu saja Indah tidak mau, karena kalau mereka berpisah, Indah pasti terusir dari rumah yang sudah beberapa bulan ini mereka tempati.Waktu itu Indah bersujud di kaki Ahmad untuk meminta maaf. Sebenarnya Ahmad sudah tidak mau lagi hidup bersama dengan Indah. Tapi Pak Harno dan Bu Wulan membujuk Ahmad, supaya memberinya kesempatan lagi. Akhirnya Ahmad pun mau memberinya kesempatan karena ia memikirkan nasib Salsa."Kenapa mesti nama Novi muncul lagi di dalam rumah tanggaku? Aku sudah sangat muak mendengar nama Novi. Tapi apa dayaku?" Indah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status