Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU: Chapter 61 - Chapter 70

145 Chapters

bab 61: Teror Dari Bayangan

Malam itu, hujan deras turun di Desa Lembah Hantu, membasahi tanah dan menciptakan suara gemericik di antara pepohonan. Pendekar Buta berdiri di ambang rumahnya, menatap tetesan air yang berjatuhan, matanya yang tak bisa melihat tetap mampu menangkap energi alam di sekitarnya. Meskipun desa telah lama tenang, instingnya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk sedang mendekat. Di belakangnya, Wira duduk sambil membersihkan pedangnya, sementara Sri Langit sedang sibuk menyiapkan ramuan obat untuk para penduduk. Tiba-tiba, terdengar suara langkah cepat dari luar, semakin dekat, seakan-akan membawa berita yang tidak menyenangkan. Pintu didorong terbuka, dan seorang pemuda yang wajahnya pucat ketakutan masuk tergesa-gesa. “Pendekar! Ada yang tak beres! Kami melihat bayangan besar di hutan dekat desa. Ia bergerak cepat, seperti sedang mengintai!” Pendekar Buta mengangguk tenang, tapi pikirannya mulai bergerak cepat. Sudah lama tidak ada gangguan dari hutan, namun bayangan yang mengintai di m
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 62: Teror Kegelapan Di Lembah Hantu

Malam itu, Lembah Hantu diliputi keheningan yang mencekam. Tidak seperti biasanya, angin terasa dingin menusuk, seakan membawa pertanda buruk. Pendekar Buta merasakan kehadiran energi gelap yang semakin kuat, menggema dari dalam hutan. Suara-suara aneh mulai terdengar dari segala arah, membuat penduduk desa tak berani keluar rumah. Mereka bersembunyi, berdoa agar kegelapan yang mendekat itu segera berlalu.Pendekar Buta berdiri di puncak bukit kecil, menghadap ke arah hutan yang kini diselimuti kabut tebal. Wira dan Sri Langit berdiri di sampingnya, dengan wajah tegang dan siaga. Mereka tahu bahwa ancaman kali ini berbeda, lebih besar dan lebih berbahaya.“Makhluk-makhluk itu tidak akan berhenti,” bisik Sri Langit. “Mereka datang bukan hanya untuk meneror, tapi untuk menghancurkan kita.”Wira mengangguk, menggenggam senjatanya erat-erat. “Sudah waktunya kita menyerang lebih dulu sebelum mereka merusak desa kita.”Namun, sebelum mereka sempat bergerak, terdengar suara tawa keras yang m
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 63 : Persiapan Terakhir Sebelum Pertempuran

Setelah pertemuan mengerikan dengan Datu Kegelapan, Pendekar Buta, Wira, dan Sri Langit tidak membuang waktu. Mereka tahu bahwa ancaman ini tidak bisa diabaikan. Malam itu juga, mereka mengumpulkan para pejuang desa di aula utama, tempat api unggun menyala terang, menerangi wajah-wajah yang dipenuhi ketegangan.Pendekar Buta berdiri di depan, tongkat kayunya menancap kuat di tanah. Sorot matanya tajam, penuh tekad. “Datu Kegelapan bukan ancaman biasa. Ia membawa kekuatan dari dunia kegelapan, dan ia tidak akan berhenti sampai menghancurkan kita semua.”Para penduduk dan pejuang desa berbisik ketakutan. Mereka tahu Datu Kegelapan adalah sosok legenda yang ditakuti sejak zaman nenek moyang mereka. Namun, kali ini, ancaman itu nyata, dan ia ada di depan mata mereka.“Kita tidak bisa bertahan hanya dengan kekuatan fisik,” lanjut Pendekar Buta. “Datu Kegelapan menyerang dengan ilusi dan kegelapan yang bisa melemahkan mental kita. Karena itu, kita harus mempersiapkan diri, bukan hanya secar
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 64 : Pertemuan Dengan Tabib Kuno

Pendekar Buta dan Sri Langit berdiri di depan gubuk tua yang terbuat dari kayu berlumut, seolah-olah tempat itu telah ada di sana selama berabad-abad. Kabut tebal melingkupi tempat itu, membuat suasana semakin menyeramkan. Mereka saling bertukar pandang, berusaha mengumpulkan keberanian sebelum memasuki tempat asing yang penuh misteri ini.Pendekar Buta mengetuk pintu gubuk tersebut. Suara ketukan itu terdengar menggema di dalam, dan beberapa saat kemudian, pintu berderit terbuka, memperlihatkan sosok seorang pria tua dengan rambut putih panjang, wajahnya dipenuhi kerut, namun sorot matanya tajam, seperti menyimpan kebijaksanaan dari masa lalu yang tak terhingga.“Kalian pasti Pendekar Buta dan Sri Langit,” kata pria tua itu dengan suara lembut tapi penuh wibawa. “Aku sudah menunggu kedatangan kalian.”Sri Langit mengerutkan kening, terkejut. “Bagaimana kau bisa tahu kami akan datang?”Tabib tua itu hanya tersenyum samar. “Di dunia ini, ada hal-hal yang hanya bisa dirasakan, bukan dil
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 65 : Kembali Ke desa Dalam Bayang Bayang Kegelapan

Pendekar Buta dan Sri Langit berjalan menuruni gunung dengan hati penuh tekad dan keberanian baru. Suara angin yang bertiup menerpa mereka, seakan menjadi pertanda bahwa waktu semakin sempit. Dengan kekuatan spiritual yang telah mereka peroleh dari tabib tua, mereka merasa lebih siap untuk menghadapi Datu Kegelapan, namun ketidakpastian masih menyelimuti benak mereka.Ketika mereka mendekati desa, langit mendung dan udara terasa lebih berat dari biasanya. Desa itu tampak sunyi, seolah-olah semua penduduk bersembunyi. Tidak ada suara anak-anak bermain, tidak ada kegiatan di sekitar pasar desa. Keheningan yang mencekam menggantung di udara, membuat setiap langkah terasa semakin tegang.Mereka berdua segera menuju rumah kepala desa, tempat di mana biasanya para pejuang berkumpul. Wira dan beberapa penduduk lain sudah menunggu dengan wajah cemas. Begitu Pendekar Buta dan Sri Langit tiba, Wira segera menghampiri mereka dengan wajah tegang.“Pendekar, Sri Langit, keadaan semakin buruk,” kat
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 66 : Pertarungan Dalam Kegelapan

Keadaan semakin kacau saat Datu Kegelapan melontarkan kabut hitam yang menyelimuti alun-alun desa. Pendekar Buta dan Sri Langit berdiri teguh, tak tergoyahkan oleh rasa takut yang merambat dalam diri setiap pejuang di sekitarnya. Mereka tahu bahwa keberanian dan kepercayaan diri adalah senjata utama untuk menghadapi kegelapan ini.Di tengah kabut yang pekat, suara teriakan dan jeritan terdengar seakan menembus kegelapan, membawa rasa panik ke dalam hati para pejuang desa. Namun, Pendekar Buta mengangkat tangan dan memanggil perhatian semua orang. “Dengarkan saya!” serunya dengan suara yang lantang dan penuh wibawa. “Kegelapan ini hanya bisa dilawan dengan cahaya dari dalam diri kita! Jangan biarkan ketakutan menguasai kalian!”Dengan berani, Pendekar Buta memejamkan mata, mengumpulkan semua energi positif yang ada di sekelilingnya. Ia mulai mengucapkan mantra yang diajarkan oleh tabib tua, memanggil cahaya yang tersembunyi dalam hati setiap pejuang. Cahaya yang berasal dari keberanian
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 67 : Pembalasan Dendam Di Balik Bayangan

Kehidupan di desa kembali normal, namun bayang-bayang masa lalu tetap menghantui setiap penduduk. Meskipun mereka telah mengalahkan Datu Kegelapan, ada yang menyadari bahwa ancaman belum sepenuhnya sirna. Di tengah keceriaan, ketegangan masih terasa, seperti suara gemuruh jauh di belakang gunung, yang mengingatkan mereka bahwa masih ada musuh yang mungkin menunggu kesempatan untuk kembali.Pendekar Buta dan Sri Langit berusaha menjaga keamanan desa. Mereka berpatroli setiap malam, memastikan bahwa tidak ada tanda-tanda kehadiran kegelapan kembali. Namun, meski para penduduk berusaha beradaptasi dengan kehidupan baru mereka, beberapa dari mereka merasa ketidaknyamanan di dalam hati. “Kita harus tetap waspada,” ucap Sri Langit saat mereka berdiri di puncak bukit, memandang desa yang tenang. “Ada kekuatan lain yang mungkin bersembunyi dalam bayangan.”“Tidak ada musuh yang lebih berbahaya dari yang tidak terlihat,” sahut Pendekar Buta, menatap cakrawala. “Kita harus bersiap. Jika ada ses
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 68 : Goa Kegelapan

Pendekar Buta dan Sri Langit melangkah cepat menuju gua yang diliputi kabut gelap. Suasana semakin mencekam saat suara gemuruh dari makhluk-makhluk bayangan masih terdengar di kejauhan. Mereka tahu bahwa waktu tidak berpihak pada mereka; jika tidak segera menghentikan Nira dan para penyihir, desa yang mereka cintai akan jatuh ke dalam kekacauan yang lebih dalam.“Dengar, kita tidak bisa membiarkan mereka melakukan ritual lagi,” ucap Sri Langit, suaranya tegas namun penuh ketegangan. “Jika mereka berhasil memanggil lebih banyak makhluk, kita tidak akan mampu menahan serangan ini.”“Betul,” jawab Pendekar Buta, menyiapkan senjatanya. “Kita harus menghentikan mereka sebelum semuanya terlambat. Ingat, kita berjuang untuk setiap orang yang ada di desa.”Mereka semakin dekat ke mulut gua. Gelapnya gua tampak menakutkan, seperti mengundang mereka untuk masuk. Dengan keberanian yang membara, mereka melangkah masuk, cahaya bulan menyusut di belakang mereka. Di dalam gua, suasana terasa sejuk d
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

bab 69 : Kebangkitan Yang Tak Terduga

Setelah mengalahkan Nira dan makhluk-makhluk bayangan, Pendekar Buta dan Sri Langit kembali ke desa dengan langkah yang lebih ringan. Rasa lega menyelimuti mereka, namun di balik itu, ada kegalauan yang tak kunjung surut. Kegelapan yang mereka hadapi bukanlah akhir, tetapi mungkin hanyalah awal dari masalah yang lebih besar.Di desa, suasana penuh haru. Penduduk berkumpul untuk menyambut kepulangan mereka sebagai pahlawan. Wira, pemimpin para pejuang, memberikan pidato yang menggetarkan hati. “Hari ini, kita telah mengalahkan kegelapan yang mengancam kita! Terima kasih kepada Pendekar Buta dan Sri Langit yang telah berjuang dengan gagah berani. Kita bersatu, dan kekuatan kita adalah keberanian yang tak tergoyahkan!”Suara sorakan menggema di seluruh desa, tetapi Pendekar Buta dan Sri Langit merasa ada yang tidak beres. “Jangan lupa, kegelapan bisa kembali kapan saja,” Pendekar Buta mengingatkan, “kita harus tetap waspada.”Setelah perayaan, mereka berkumpul di rumah Wira. Di sana, mer
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 70 : Jejak Kegelapan Yang Tak Terhapuskan

Kemenangan di hutan membawa semangat baru bagi Pendekar Buta, Sri Langit, dan penduduk desa. Namun, di dalam hati mereka, ada keraguan yang mendalam. Kegelapan yang baru saja mereka hadapi tidak mungkin sepenuhnya lenyap. Pendekar Buta merasakan sesuatu yang mengganggu. Seolah ada bayangan yang mengintai dari balik batas pandang, menunggu saat yang tepat untuk menyerang kembali.Di tengah suasana perayaan di desa, Pendekar Buta memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam mengenai makhluk-makhluk yang menyerang mereka. Ia merasa perlu mencari informasi lebih lanjut untuk memastikan bahwa ancaman itu tidak akan terulang. Dengan tekad yang bulat, ia mengajak Sri Langit untuk menemani perjalanannya ke tempat di mana mereka pertama kali bertemu Nira.“Saya ingin melihat kembali lokasi tempat Nira mengeluarkan kekuatan gelapnya,” ucap Pendekar Buta saat mereka bersiap untuk berangkat. “Mungkin ada petunjuk yang dapat kita temukan.”Sri Langit setuju. “Baiklah, kita akan pergi bersama. Kita har
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status