Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU: Chapter 81 - Chapter 90

145 Chapters

Bab 81 : Pertarungan Tak Terhindarkan

Di tengah kegelapan hutan yang pekat, suara-suara pertarungan menggema. Pendekar Buta dan Sri Langit bersiap menghadapi Cakra, yang kini berdiri megah di hadapan mereka, dikelilingi oleh bayangan-bayangan menakutkan yang seakan siap menerkam. Ketegangan semakin memuncak, dan udara terasa berat seolah-olah mengisyaratkan pertempuran yang akan menentukan nasib mereka.“Jangan biarkan dirimu terpengaruh oleh ketakutan!” seru Pendekar Buta, menegaskan semangat di dalam diri mereka. “Kita harus berjuang sekuat tenaga!”Cakra, dengan senyum menyeringai, melangkah maju. “Kalian berani melawan kegelapan? Sangat lucu! Kekuatan yang kalian miliki tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekuatan kegelapan yang aku kuasai!”Sri Langit, dengan ketangguhan yang tak terbantahkan, bersiap dengan pedangnya. “Kau mungkin memiliki kekuatan, tetapi kami memiliki tekad dan persahabatan yang tak akan pernah pudar!”Serangan pertama datang dari bayangan-bayangan yang bergerak cepat, seakan ingin mengelilin
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 82 : Kekuatan yang Terpendam

Setelah mengalahkan Cakra, Pendekar Buta dan Sri Langit kembali ke desa dengan rasa kemenangan yang membara dalam hati mereka. Hutan yang dulunya mencekam kini dipenuhi dengan cahaya, seolah-olah alam merayakan kehadiran mereka. Namun, di balik rasa lega tersebut, mereka menyadari bahwa perjalanan mereka belum sepenuhnya berakhir. Kekuatan jahat masih berkeliaran, dan mereka harus bersiap untuk kemungkinan yang lebih besar.Sesampainya di desa, warga menyambut mereka dengan sukacita. Rasa terima kasih mengalir dari setiap sudut, dan suara sorak-sorai menggetarkan udara. Pendekar Buta dan Sri Langit merasa terharu melihat harapan kembali muncul di mata penduduk desa.“Terima kasih, Pendekar Buta! Terima kasih, Sri Langit!” seru seorang wanita tua, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. “Kalian telah menyelamatkan kami dari kegelapan!”“Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan,” jawab Pendekar Buta, mencoba merendahkan hati. “Namun, kami butuh bantuan kalian. Kegelapan mungki
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 83 : Bayangan Masa Lalu

Hari-hari di desa semakin penuh dengan latihan dan persiapan. Pendekar Buta dan Sri Langit terus mengembangkan keterampilan warga desa, dan semangat persatuan semakin menguat. Namun, di tengah kebangkitan semangat tersebut, ada bisikan-bisikan dari masa lalu yang mengintai, menyimpan ancaman baru yang siap menerjang.Suatu sore, saat latihan berakhir, Pendekar Buta merasakan keanehan di hutan di dekat desa. Rasa gelisah menyergapnya. “Sri Langit, aku ingin pergi ke hutan sejenak. Ada sesuatu yang tidak beres,” ujarnya.“Apakah kau yakin?” tanya Sri Langit, melihat kekhawatiran di mata Pendekar Buta. “Kita seharusnya lebih berhati-hati.”“Ya, aku tahu. Tapi aku harus memastikan. Kegelapan selalu memiliki cara untuk menyelinap,” jawab Pendekar Buta mantap. Setelah berpamitan kepada warga desa, ia melangkah ke dalam hutan.Ketika memasuki hutan, suasana seolah berubah. Angin berdesir dengan suara lembut, tetapi di balik suara itu, Pendekar Buta merasakan kehadiran yang tidak biasa. Ia me
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 84 : Pertarungan di Ujung Kegelapan

Setelah pertempuran sengit melawan bayang-bayang masa lalu, Pendekar Buta dan Raka kembali ke desa dengan semangat yang diperbaharui. Meskipun rasa syukur menyelimuti mereka, ancaman kegelapan masih menghantui. Raka merasakan ada sesuatu yang lebih besar dan lebih menakutkan dari yang mereka hadapi.Malam itu, di dalam ruangan kecil yang dikelilingi oleh para pejuang terpilih, Pendekar Buta mengumpulkan semua orang. Warga desa berkumpul, menantikan rencana mereka selanjutnya. Pendekar Buta berdiri di tengah, tatapannya serius.“Kita baru saja menghadapi salah satu kekuatan kegelapan, tapi aku yakin ini bukan akhir,” katanya dengan tegas. “Kita harus menemukan jejak Bayang-Bayang Malam dan menghentikan mereka sebelum mereka melancarkan serangan lebih besar.”Salah satu warga, seorang lelaki tua bernama Ki Joko, angkat bicara. “Aku mendengar desas-desus tentang sekte ini. Mereka memiliki pemimpin yang sangat kuat dan memiliki kekuatan untuk memanipulasi kegelapan. Jika kita tidak bertin
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 85 : Bayangan di Balik Kegelapan

Setelah pertarungan yang menguras tenaga melawan Bayang-Bayang Malam, Pendekar Buta dan Raka merasa seolah mereka telah membuka kembali sebuah pintu ke kegelapan yang lebih dalam. Meskipun mereka berhasil mengalahkan pemimpin sekte, Raka merasakan ada sesuatu yang lebih besar sedang menunggu di balik bayang-bayang, sebuah ancaman yang mungkin tidak mereka pahami sepenuhnya.Malam itu, saat mereka beristirahat di pinggir sungai, Raka terbangun dari tidurnya oleh suara aneh yang mengganggu ketenangan malam. Suara itu terdengar seperti bisikan, seolah ada sesuatu yang memanggilnya dari jauh. Ketika ia membuka mata, ia melihat Pendekar Buta sedang duduk di tepi sungai, tatapannya kosong dan melamun.“Pendekar,” Raka berbisik, mencoba membangunkan sahabatnya. “Ada sesuatu yang tidak beres.”Pendekar Buta tersentak, seolah terbangun dari mimpi buruk. “Apa yang kau lihat, Raka?” tanyanya, suaranya penuh ketegangan.“Aku mendengar suara, sepertinya memanggil kita. Rasanya aneh, seperti ada ya
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 86 : Jejak Kegelapan

Setelah meninggalkan kuil yang hancur, Raka dan Pendekar Buta merasakan dampak dari pertarungan mereka melawan kegelapan. Suasana malam semakin mencekam, seolah alam pun merasakan getaran kekuatan jahat yang baru saja mereka hadapi. Dalam perjalanan kembali, Raka merasakan ketidaknyamanan, seolah ada yang mengawasi mereka dari bayang-bayang.“Pendekar, apakah kau merasakannya?” tanya Raka, suaranya bergetar. “Ada sesuatu yang tidak beres.”Pendekar Buta mengangguk. “Ya, kita harus tetap waspada. Kegelapan mungkin telah mundur, tetapi mereka tidak akan menyerah begitu saja.”Saat mereka berjalan menyusuri jalan setapak di tengah hutan, Raka tidak bisa menahan rasa curiga yang menggerogoti pikirannya. Suara-suara aneh mulai terdengar lagi, bisikan yang menyayat hati dan mengganggu ketenangan malam. “Kembali… Kembali ke tempatmu… Kami menunggu,” suara itu kembali memanggil, lebih mendesak dari sebelumnya.Raka menatap Pendekar Buta dengan panik. “Suara itu… seolah-olah menginginkan kita
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 87 : Bayangan yang Kembali

Setelah pertempuran melawan bayangan-bayangan yang mengerikan, Raka dan Pendekar Buta berusaha untuk kembali ke desa terdekat. Namun, perjalanan mereka terasa semakin berat. Angin dingin berembus, membawa aroma lembab dan kegelapan yang menyelimuti hutan. Ketegangan di antara mereka semakin meningkat, seolah setiap langkah membawa mereka lebih dekat kepada sesuatu yang tidak diinginkan.Raka menoleh ke Pendekar Buta, yang tampak lebih serius dari sebelumnya. “Apakah kita akan menemukan tempat aman?” tanyanya, suaranya bergetar sedikit.“Kita harus cepat,” jawab Pendekar Buta, tetap waspada. “Kegelapan yang kita hadapi sebelumnya hanya satu bagian dari sesuatu yang lebih besar. Mereka akan kembali, dan kita harus siap.”Malam semakin larut, dan kabut mulai kembali menyelimuti hutan. Raka merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Ia bisa merasakan sesuatu yang mengintai, terjebak di antara bayangan-bayangan pohon. “Pendekar, kita tidak bisa tetap di sini terlalu lama,” Raka mengingatkan,
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 88 : Jejak Kegelapan

Malam itu, setelah berhasil mengalahkan bayangan-bayangan mengerikan di dalam gua, Raka dan Pendekar Buta melanjutkan perjalanan mereka. Meskipun mereka selamat, ketenangan semu menyelimuti mereka, dan perasaan bahwa sesuatu yang lebih besar sedang mengintai di balik bayang-bayang tidak pernah hilang.“Mereka tidak hanya sekadar makhluk tanpa jiwa,” Pendekar Buta berkomentar saat mereka melangkah melalui hutan gelap. “Ada sesuatu yang lebih dalam. Suatu kekuatan gelap yang mengendalikan mereka.”Raka mengangguk, memikirkan kata-kata Pendekar Buta. “Kekuatan gelap itu bisa kembali kapan saja, kan? Kita tidak bisa membiarkan mereka menguasai lagi.”Pendekar Buta menatap Raka dengan tajam. “Tepat sekali. Kita harus mencari tahu dari mana kekuatan itu berasal. Jika kita tidak menghentikannya sekarang, lebih banyak jiwa yang akan tersiksa.”Mereka melanjutkan perjalanan, menembus kabut tebal yang mengelilingi hutan. Raka merasa setiap langkah semakin berat, seolah kegelapan itu sendiri ber
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 89 : Bayangan yang Mengintai

Malam semakin gelap saat Raka dan Pendekar Buta melanjutkan perjalanan mereka setelah pertempuran yang melelahkan. Langit di atas dipenuhi awan kelabu yang menutupi bulan, menciptakan suasana yang mencekam. Suara-suara malam bergema di sekitar mereka, seolah-olah hutan menyimpan rahasia kelam yang ingin diungkapkan.“Kita perlu menemukan tempat yang aman untuk beristirahat,” Pendekar Buta berkata, matanya menyapu sekitar untuk memastikan tidak ada ancaman yang mengintai. “Kita harus memulihkan tenaga sebelum melanjutkan pencarian.”Raka mengangguk, merasakan kelelahan menyelip di tulang-tulangnya. Meskipun mereka telah berhasil mengusir bayangan-bayangan, rasa cemas masih menghantui pikirannya. “Kemana kita harus pergi?” tanyanya.Pendekar Buta berhenti sejenak, menatap ke arah gelapnya hutan. “Ada sebuah desa kecil tidak jauh dari sini. Kita bisa mencari informasi dan berlindung di sana untuk malam ini.”Mereka bergerak cepat, menghindari suara-suara aneh di sekitar mereka. Ketika me
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 90 : Pertarungan dalam Kegelapan

Bayangan-bayangan itu mengelilingi Raka dan Pendekar Buta, menampakkan sosok-sosok yang dulunya adalah penduduk desa yang hilang. Wajah mereka tampak hampa dan menakutkan, seolah-olah jiwa mereka telah diambil oleh kegelapan. Suara serak dan mengerikan menggema di udara, mengisyaratkan bahwa mereka bukan lagi manusia biasa.“Bersiaplah, Raka!” Pendekar Buta berteriak, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. “Kita tidak akan membiarkan mereka mengambil kita!”Dengan semangat membara, Raka berfokus pada kekuatan dalam dirinya. Energi yang mengalir di dalam tubuhnya semakin kuat, seolah terhubung dengan sumber keberanian yang tidak ia ketahui sebelumnya. Dia meraih pedang yang tergeletak di sampingnya, merasakannya berat namun siap untuk bertempur.Dari sekeliling mereka, bayangan-bayangan itu mulai mendekat, matanya bersinar dalam kegelapan. Raka dan Pendekar Buta saling berpandangan, kemudian bersiap menghadapi gelombang serangan yang akan datang.Bayangan pertama melompat ke arah mereka d
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status