Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU: Chapter 101 - Chapter 110

145 Chapters

Bab 101 : Awal Baru yang Penuh Tantangan

Setelah kemenangan besar melawan makhluk kegelapan, Desa Wira kembali bernapas lega. Namun, kehancuran yang ditinggalkan membuat Raka dan para penduduk bekerja tanpa henti, memperbaiki rumah dan ladang mereka yang rusak. Setiap hari, Raka bangun lebih awal, membantu memotong kayu, membangun kembali dinding, dan mengangkat reruntuhan. Pengalaman pertempuran dan pengorbanan gurunya, Pendekar Buta, telah mengubahnya. Ia kini lebih dewasa dan bertanggung jawab, dengan tekad untuk melindungi desa dan orang-orang yang dicintainya.Suatu pagi yang cerah, ketika matahari baru saja muncul di balik bukit, Lira datang menemui Raka di tengah ladang. "Raka, kau sudah bekerja tanpa henti selama berhari-hari. Kau butuh istirahat," katanya dengan nada khawatir.Raka tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, Lira. Kita semua harus bekerja bersama agar desa ini pulih."Lira mengangguk, tetapi ada kecemasan di matanya. "Aku tahu, tapi aku khawatir padamu. Setelah semua yang kita lalui... Aku hanya tidak ing
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 102 : Bayangan Baru di Tengah Damai

Setelah pertarungan dengan lelaki misterius di pinggir desa, Raka semakin menjadi pusat perhatian. Penduduk desa mengaguminya, tak hanya sebagai pewaris Pendekar Buta tetapi juga sebagai pelindung baru yang bisa mereka andalkan. Namun, Raka merasa belum sepenuhnya nyaman dengan pujian tersebut. Di dalam hatinya, ia masih merasa ada banyak hal yang harus dipelajari dan ditingkatkan.Suatu malam, saat langit gelap dan angin dingin berhembus melewati desa, Raka merasa ada sesuatu yang aneh. Suasana malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya, seakan-akan sesuatu mengintai dari balik kegelapan. Ia mencoba menenangkan pikirannya, namun firasat itu tidak hilang. Dengan hati-hati, Raka keluar dari rumah, berusaha mendengarkan suara sekecil apa pun yang dapat memberi petunjuk.Saat ia berjalan menuju gerbang desa, Raka melihat bayangan seorang wanita berdiri di kejauhan. Wanita itu tampak pucat dengan tatapan kosong yang dingin. Raka mendekatinya dengan hati-hati, namun ketika ia hampir sampai
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 103 : Mengungkap Jejak Masa Lalu

Setelah kejadian di hutan, Raka tidak bisa menyingkirkan sosok wanita itu dari pikirannya. Ada perasaan yang semakin kuat bahwa desanya menyimpan rahasia kelam, sesuatu yang tidak diketahui para penduduk. Malam itu, ia memutuskan untuk menggali informasi lebih lanjut, dimulai dengan mencari orang tertua di desa yang mungkin tahu sejarah lama yang terlupakan.Raka mendatangi rumah Kakek Wirya, seorang sesepuh desa yang dikenal dengan kisah-kisah dan pengetahuannya. Ketika Raka tiba, kakek itu tampak duduk di teras, menatap ke arah langit yang dipenuhi bintang."Kakek Wirya, aku ingin berbicara tentang sesuatu yang penting," kata Raka sambil duduk di sampingnya.Kakek Wirya menatap Raka dengan mata penuh pengertian, seolah mengetahui apa yang akan ditanyakan pemuda itu. "Aku sudah mendengar tentang wanita yang kau lihat di hutan. Apakah kau datang untuk mengetahui asal usulnya?" tanyanya pelan.Raka mengangguk. "Siapa sebenarnya dia, Kek? Mengapa ia terperangkap di desa ini?"Kakek Wiry
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 104 : Badai yang Mendekat

Kedamaian mulai kembali terasa di desa setelah roh Dewi beristirahat dengan tenang. Para penduduk yang sempat merasa ketakutan kini beraktivitas seperti biasa, dan Raka merasa bangga telah membantu mereka. Namun, ia tidak lengah. Ada firasat dalam hatinya yang membuatnya tetap waspada, seakan-akan ancaman baru akan datang.Beberapa hari kemudian, Lira mendekati Raka dengan ekspresi serius. "Raka, aku mendengar kabar dari desa sebelah. Ada seorang pendekar misterius yang tengah mencari seseorang dengan sebutan 'pendekar buta' di wilayah ini."Raka menatap Lira dengan tatapan serius. "Apakah pendekar itu memiliki ciri tertentu?" tanyanya."Orang-orang mengatakan dia membawa pedang hitam besar dan berpakaian serba hitam. Wajahnya jarang terlihat karena tertutup topeng," jawab Lira.Raka merenung. Ia merasa bahwa ancaman itu nyata, dan sosok misterius tersebut mungkin memiliki keterkaitan dengan masa lalunya. Setelah semua yang terjadi, ia tahu bahwa tidak semua orang yang datang adalah t
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 105 : Persiapan untuk Serangan Besar

Keesokan harinya, suasana desa sedikit tegang. Kabar tentang kehadiran Ranu Hitam telah menyebar, dan banyak warga yang merasa was-was. Mereka mengenal reputasi pendekar misterius itu sebagai pembawa malapetaka di desa-desa yang ia kunjungi. Kini, mereka khawatir bahwa ketenangan desa mereka akan kembali terguncang.Di tengah kekhawatiran itu, Raka memutuskan untuk mengumpulkan para penduduk dan sesepuh desa. Ia berdiri di hadapan mereka, tampak tenang meskipun bayang-bayang pertemuan dengan Ranu Hitam masih menghantui pikirannya.“Kita tidak bisa menunggu sampai musuh datang menyerang desa kita. Mulai hari ini, kita akan memperkuat pertahanan desa,” kata Raka dengan suara tegas.Para penduduk menatap Raka dengan cemas, namun di antara mereka ada yang merasa bersemangat dengan kehadiran sosok pemimpin seperti Raka. Raka lalu mulai membagi tugas. Sebagian pria dewasa akan menjaga perbatasan desa, sementara yang lain mulai mempersiapkan senjata sederhana seperti tombak, panah, dan tamen
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 106 : Kedatangan Musuh

Malam menyelimuti desa dengan keheningan yang mencekam. Para penduduk sudah beristirahat, namun Raka dan beberapa pria masih berjaga-jaga di sekitar perbatasan. Angin dingin berhembus, seakan membawa pertanda akan sesuatu yang buruk. Raka berdiri di tengah malam itu, menajamkan indranya, berharap ia bisa mendeteksi tanda-tanda bahaya lebih awal.Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari balik pepohonan di perbatasan desa. Raka mengangkat tangannya, memberi isyarat agar semua penjaga bersiap. Dari bayangan pepohonan, muncul sosok-sosok bertopeng dengan pakaian hitam, mereka membawa senjata dan memancarkan aura kejahatan. Di tengah mereka, tampak Ranu Hitam dengan pedang besar yang berkilau di bawah sinar bulan.“Raka!” seru Ranu Hitam dengan suara dingin. “Malam ini, desa ini akan jatuh ke tanganku. Tidak ada yang bisa menghalangiku untuk mendapatkan kekuatan yang telah lama kucari.”Raka menatap musuhnya dengan tatapan tajam. “Jika kau ingin menghancurkan desa ini, kau harus melewa
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 107 : Ketenangan yang Menipu

Pagi menyingsing di desa, membawa sinar matahari yang menyinari desa dengan lembut setelah malam yang penuh darah dan kengerian. Penduduk yang selamat berkumpul di tengah desa, saling membantu merawat luka dan membenahi rumah-rumah yang rusak akibat serangan pasukan Ranu Hitam. Meskipun mereka telah berhasil mengusir musuh, sisa-sisa ketakutan masih tampak jelas di wajah mereka.Raka duduk di samping Lira yang sedang membalut luka kecil di lengannya. “Apakah kau baik-baik saja, Lira?” tanyanya dengan nada khawatir.Lira tersenyum lemah, mengangguk. “Aku baik-baik saja, Raka. Ini hanya luka kecil. Kau yang harusnya lebih berhati-hati. Kau yang paling banyak bertarung.”Raka menghela napas panjang, menatap sekelilingnya. "Kita memang menang kali ini, tapi aku merasakan sesuatu yang ganjil. Aku yakin Ranu Hitam akan kembali dengan rencana yang lebih berbahaya."Kakek Wirya, yang duduk tak jauh dari mereka, menatap Raka dengan sorot mata penuh kebijaksanaan. "Ranu Hitam tidak akan mudah m
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 108 : Persiapan Terakhir

Kabar akan serangan Ranu Hitam yang semakin dekat tersebar cepat di seluruh desa. Para penduduk yang telah menerima pelatihan dari Raka mulai bersiap dengan segala perlengkapan seadanya. Rasa takut memang tak terhindarkan, namun tekad untuk mempertahankan desa menjadikan mereka lebih berani dari sebelumnya.Raka mengumpulkan seluruh pemimpin desa dan beberapa pendekar yang masih bisa diandalkan. Di hadapan mereka, dia menyampaikan strategi pertahanan yang telah ia rencanakan dengan matang. Desa akan dibagi menjadi beberapa bagian penjagaan, dengan kelompok-kelompok kecil yang saling berkoordinasi untuk mencegah serangan mendadak dari berbagai arah."Kita tidak boleh lengah. Ranu Hitam dikenal licik dan penuh tipu daya. Dia akan menggunakan segala cara untuk menghancurkan desa ini," Raka memperingatkan dengan nada serius. "Ingat, tujuan kita bukan hanya bertahan, tapi juga melindungi satu sama lain."Kakek Wirya, yang duduk di samping Raka, menambahkan, "Jika ada yang terluka, segera b
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 109 : Bayangan yang Tersisa

Meskipun Ranu Hitam dan pasukannya telah mundur, suasana di desa belum sepenuhnya tenang. Api unggun masih menyala di sekitar desa, memberikan sedikit penerangan bagi mereka yang berjaga dan merawat yang terluka. Sementara itu, Raka berdiri di ujung desa, memandangi bekas jejak pertarungan yang baru saja terjadi. Ia merasa lega, tapi firasat buruk masih menyelimutinya. Lira mendekat, membawa kain basah untuk membersihkan luka-luka kecil di wajah dan tangannya. "Kau harus beristirahat, Raka. Kau sudah berjuang cukup keras malam ini," katanya dengan nada lembut, meskipun sorot matanya masih menyimpan kekhawatiran. Raka hanya tersenyum tipis. "Aku tidak bisa tenang, Lira. Ranu Hitam adalah sosok yang penuh dendam. Aku tidak yakin dia benar-benar menyerah begitu saja." Malam semakin larut, dan para penduduk yang masih mampu berdiri mulai berkumpul di sekitar Raka. Mereka ingin mendengar apa rencana selanjutnya. Meski berhasil memukul mundur musuh, mereka tahu bahwa Ranu Hitam tidak ak
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 110 : Perjalanan Menuju Gunung Keramat

Raka melangkah dengan mantap, meninggalkan desa yang kini menjadi tempat yang penuh harapan, meskipun baru saja dilanda pertempuran. Jalan menuju Gunung Keramat berliku dan terjal, menanjak tinggi ke atas, dengan pepohonan lebat di kedua sisi. Suara burung-burung dan hewan-hewan liar menambah suasana, tetapi rasa khawatir terus menghantui Raka. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah.Setelah berjalan beberapa jam, Raka sampai di tepi hutan. Di sinilah kabar tentang makhluk-makhluk mengerikan yang bersembunyi di balik pepohonan mulai terbayang. Menurut cerita penduduk desa, banyak yang hilang di sini—misteri yang tidak terpecahkan. Raka menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir rasa takut yang menjalar di dalam dirinya. Dia ingat Lira dan semua penduduk yang mempercayainya. Dia tidak bisa gagal.Saat memasuki hutan, suasana menjadi semakin kelam. Cahaya matahari tak dapat menembus ranting-ranting yang rimbun. Raka mulai melangkah lebih hati-hati. Di tengah hutan, suara-suara
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status