Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU: Chapter 121 - Chapter 130

145 Chapters

Bab 121 : Pertempuran di Gerbang Kegelapan

Langit tampak mendung, menutupi cahaya bulan yang seharusnya menerangi malam itu. Angin dingin menyapu desa, membawa aroma kematian yang misterius. Raka berdiri di hadapan para penduduk yang mengelilinginya dengan ekspresi cemas dan ketakutan. Mereka tahu bahwa ancaman besar sedang menuju desa, dan kali ini lebih besar dari apa pun yang pernah mereka hadapi.Di kejauhan, terdengar suara gemuruh yang mendekat dengan cepat. Raka tahu, itu bukan hanya hembusan angin atau gemuruh dari alam, tapi rombongan pasukan kegelapan yang dipimpin oleh seorang panglima baru. Konon, panglima itu adalah murid langsung dari sosok jahat yang selama ini menghantui mereka, seseorang yang memiliki kekuatan yang tak pernah dibayangkan sebelumnya. Tiba-tiba, dari balik kegelapan, muncul sosok tinggi berzirah hitam. Wajahnya tertutup helm dengan ornamen tengkorak, matanya menyala merah seperti api yang bergejolak. Di tangan kanannya, ia membawa pedang besar yang memancarkan aura dingin dan kegelapan. Sosok i
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 122 : Jejak Hitam di Balik Bayangan

Desa mulai tenang setelah pertarungan melawan Garuda Hitam, namun Raka tahu bahwa kedamaian ini hanya sementara. Meskipun Garuda Hitam berhasil dikalahkan, ada perasaan aneh yang menggelayuti pikirannya. Ia merasa bahwa kemenangan itu terlalu mudah—seperti musuh sengaja melemah untuk menyembunyikan sesuatu yang lebih besar di balik bayangan.Di pagi yang berkabut, Raka duduk di tepi sungai, merenungi perasaan tak nyaman itu. Di dalam pikirannya, sosok Garuda Hitam kembali muncul, dengan senyum dingin yang penuh teka-teki. "Apa maksud dari semua ini?" gumam Raka sambil mengepalkan tangan, merasakan Cincin Matahari yang sedikit bergetar di jari manisnya.Sementara itu, penduduk desa mulai berkumpul di sekitar Raka. Mereka membawa berbagai macam bahan makanan dan minuman sebagai bentuk terima kasih atas keberanian yang ia tunjukkan. Namun, ada sesuatu yang ganjil di antara mereka. Salah satu warga, seorang perempuan tua dengan kerudung hitam, mendekati Raka dan menyerahkan secarik kain m
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 123 : Kabut yang Melingkupi Desa

Setelah berhasil mengusir pria berjubah hitam, Raka kembali ke desa dengan pikiran yang dipenuhi bayangan dan kegelisahan. Ia tahu bahwa ancaman belum berakhir, dan kekuatan kegelapan yang berusaha menjebaknya dalam ilusi bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Desa yang semula tenang, sekarang terasa diselimuti kabut ketakutan yang sulit dihilangkan.Pagi itu, Raka duduk bersama para tetua desa di balai pertemuan. Warga berkumpul di sekitar mereka, masing-masing dengan ekspresi khawatir. Mereka telah mendengar tentang sosok misterius berjubah hitam yang muncul di tengah hutan, dan kisah tentang artefak Mata Kegelapan telah menyebar, menambah kecemasan di antara para penduduk.Seorang tetua, Pak Wira, berbicara dengan nada penuh kekhawatiran, “Pendekar Raka, desa ini telah merasakan banyak kedamaian berkat perlindunganmu. Namun, kami semua merasakan ancaman yang kembali menyelimuti desa ini. Bagaimana kami bisa merasa aman jika makhluk seperti itu masih berkeliaran?”Raka memandang
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 124 : Bayangan di Balik Kedamaian

Beberapa hari berlalu sejak Raka berhasil mengusir kabut kegelapan yang sempat mengancam desa. Warga mulai kembali pada rutinitas sehari-hari, meskipun ada perasaan waspada yang tersisa. Meski Raka telah meyakinkan mereka bahwa bahaya sementara telah teratasi, aura ketakutan masih samar-samar terasa, seolah desa tak benar-benar bebas dari ancaman.Di suatu pagi, Raka duduk di puncak bukit dekat desa, merenung sambil memandang hamparan sawah dan hutan di kejauhan. Dalam diamnya, ia mengingat sosok-sosok bayangan yang berbisik dan tawa pria berjubah hitam yang seolah menyampaikan janji balas dendam. Kata-kata itu masih bergema di telinganya, menandakan bahwa ancaman dari Mata Kegelapan mungkin belum berakhir.Ketika ia tenggelam dalam pikirannya, suara langkah kaki terdengar dari belakang. Seorang pemuda bernama Sandi, salah satu warga yang kagum pada keberanian Raka, menghampiri. “Pendekar, warga desa memanggilmu untuk berkumpul di balai desa. Katanya ada sesuatu yang penting.”Raka me
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 125 : Penghancuran Batu Kegelapan

Malam itu, Raka tidak bisa tidur. Ia duduk di dalam gubuknya, menatap batu hitam di tangannya dengan penuh perhatian. Cahaya lilin yang berkelip-kelip membuat batu itu tampak berdenyut, seakan-akan memiliki kehidupan sendiri. Setiap kali ia menatapnya, perasaan dingin merambati kulitnya, seperti kegelapan yang tersimpan dalam batu tersebut mencoba merasuki pikirannya.Namun, Raka tahu bahwa dia harus menghancurkan batu ini. Jika tidak, ancaman pria berjubah hitam mungkin akan menjadi kenyataan. Meskipun rasa takut merayapi dirinya, ia juga merasa tekad yang kuat untuk mengakhiri kegelapan ini demi melindungi desa dan orang-orang yang ia sayangi.Keesokan paginya, Raka pergi menemui Pak Wira, tetua desa yang bijaksana, untuk meminta nasihat. Pak Wira mendengarkan dengan seksama saat Raka menjelaskan tentang batu itu dan bayangan pria berjubah hitam yang sempat ia lihat.“Pak Wira, aku merasa batu ini adalah kunci dari sisa kekuatan kegelapan yang mengancam desa. Tapi aku tidak tahu bag
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 126 : Bayangan Masa Lalu

Keesokan harinya, Raka terbangun dengan perasaan yang damai, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan. Cahaya matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah daun pohon, menyinari gubuk kecilnya yang sederhana. Ketenangan itu, meski sebentar, membuatnya merasa lebih kuat. Namun, di balik kedamaian yang menyelimuti desa, Raka tahu ada bayangan-bayangan gelap yang terus menghantuinya.Saat sedang beristirahat di tepi sungai, ia melihat bayangan seseorang dari kejauhan. Ia berdiri waspada, matanya menyipit, menatap sosok itu dengan cermat. Bayangan itu mendekat, dan semakin jelas terlihat sosok seorang pria tua berjubah lusuh dengan tatapan penuh kebencian. Tatapannya mengingatkan Raka pada sosok pria berjubah hitam yang ia kalahkan beberapa waktu lalu, seakan-akan pria tua ini adalah bagian dari masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang.Pria itu berhenti tepat di hadapannya. “Kau mungkin sudah mengalahkan satu dari kami, tapi kami bukan orang biasa, Raka,” katanya dengan suara yan
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 127 : Jejak Kegelapan yang Mengintai

Keesokan paginya, suasana desa tampak berbeda. Kabut pagi yang pekat menutupi jalan setapak dan menggelapkan hutan sekitarnya. Raka berdiri di tepi desa, matanya menyipit menatap ke arah pohon besar tempat ia menemukan simbol aneh kemarin. Dalam pikirannya, ingatan tentang Ordo Kegelapan dan ancaman mereka masih berputar-putar. Tidak ada waktu untuk beristirahat; ia tahu bayangan gelap itu sudah dekat, dan desa harus segera bersiap.Raka memanggil beberapa pemuda desa dan melatih mereka dalam pertahanan dasar. Meski mereka bukan pendekar terlatih, ketakutan akan bahaya yang semakin nyata membuat para pemuda itu bertekad untuk belajar. Di lapangan desa, mereka berkumpul dan Raka memberi arahan tegas.“Musuh kita kali ini mungkin tak terlihat, tetapi mereka ada di sekitar kita,” kata Raka. “Jangan pernah lengah, dan tetap saling jaga. Dalam situasi genting, ingatlah satu hal: tetap tenang.”Para pemuda desa mengangguk, meresapi kata-kata Raka. Latihan berlangsung intensif, dan meski beb
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 128 : Jejak Kegelapan yang Semakin mendalam

Pagi yang dingin menyambut desa dengan udara yang seakan menahan napas, seolah menyadari adanya kehadiran yang lebih mengerikan di sekitar. Setelah berhasil mengalahkan pria berkerudung dari Ordo Kegelapan, Raka seharusnya merasa lega. Namun, kenyataan berbicara lain. Ia merasakan energi gelap yang lebih besar, seakan musuh yang lebih berbahaya sedang mengawasi dari kejauhan.Raka mempersiapkan dirinya di halaman desa, memanggil para pemuda yang telah ia latih untuk berkumpul kembali. Mereka berdiri dalam lingkaran, masing-masing dengan wajah penuh tanya dan sedikit gentar, menunggu arahan dari sang pendekar yang mereka percayai.“Pertarungan ini baru permulaan,” kata Raka dengan suara tegas. “Ordo Kegelapan tidak akan berhenti hanya karena kita mengalahkan satu dari mereka. Mereka pasti punya rencana lebih besar yang belum kita ketahui.”Pak Wira yang berdiri di belakang para pemuda, maju ke depan. “Apa yang bisa kami lakukan, Raka?” tanyanya, sambil menatap mata Raka yang menyiratka
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 129 : Serangan Malam yang Mencekam

Langit malam menyelimuti desa dalam kegelapan yang pekat. Bintang-bintang yang biasa terlihat gemerlap kini terselubung awan hitam, menciptakan suasana suram dan mengancam. Raka berdiri di tepi desa, matanya tak henti memindai setiap sudut dalam kegelapan, berjaga-jaga dari ancaman Ordo Kegelapan yang semakin intens. Meskipun perisai energi yang mereka bangun tetap berdiri, ia tahu pertahanan ini tidak akan bertahan selamanya jika musuh menyerang dengan lebih kuat.Suara pelan gemerisik di sekitar desa memecah kesunyian malam. Penduduk yang berjaga bersama Raka mulai merasa resah, namun mereka tetap berusaha untuk tidak memperlihatkan ketakutan. Raka merasakan ketegangan itu, dan dengan lembut ia berkata kepada mereka, “Ketahuilah, ketenangan adalah kunci. Semakin kita tenang, semakin kuat kita melindungi desa ini.”Tak lama setelah Raka memberi semangat, sebuah suara tawa kecil yang mengerikan bergema di tengah malam, diikuti kabut gelap yang menyebar perlahan. Kabut itu bergerak lay
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 130 : Kebangkitan Kekuatan Tersembunyi

Setelah serangan malam yang mengejutkan, suasana desa kini terasa tegang. Penduduk masih terjaga, berkumpul di lapangan tengah, membicarakan apa yang baru saja terjadi. Raka berdiri di tengah kerumunan, mengamati wajah-wajah cemas yang dipenuhi ketakutan. Meski mereka berhasil mempertahankan desa dari serangan Ordo Kegelapan, Raka tahu bahwa ancaman ini belum sepenuhnya berlalu.“Raka!” teriak Lina, seorang pemuda desa yang juga merupakan sahabatnya. “Apa yang harus kita lakukan sekarang? Mereka akan kembali, kita tidak bisa terus hidup dalam ketakutan seperti ini!”Raka mengangguk, memahami kekhawatiran sahabatnya. “Kita perlu bersiap. Kita harus lebih kuat. Jika mereka kembali, kita tidak bisa hanya mengandalkan perisai. Kita perlu mempelajari cara melawan mereka,” jawabnya dengan tegas. “Dan aku punya rencana.”Dia kemudian mengumpulkan semua pemuda desa. “Kita akan melakukan pelatihan setiap malam. Kita harus mengasah kemampuan kita dan belajar cara melawan kekuatan gelap. Kita ju
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status