Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU: Chapter 91 - Chapter 100

145 Chapters

Bab 91 : Jejak Kegelapan yang Tersisa

Kuil kuno itu kini bersih dari bayangan, namun suasana masih dipenuhi rasa cemas. Raka dan Pendekar Buta berdiri di tengah reruntuhan altar, napas mereka terengah-engah, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Mereka telah berhasil mengalahkan kegelapan untuk sementara waktu, tetapi dalam hati mereka, ada kesadaran bahwa ancaman belum sepenuhnya sirna.“Lihat!” Raka menunjuk ke arah kegelapan yang mulai menyusut di sudut kuil. Di sana, bayangan-bayangan gelap tampak berkumpul, seolah ingin kembali ke bentuk semula. “Mereka masih ada!”Pendekar Buta mengerutkan kening, “Kita harus menghancurkan sisa-sisa kekuatan mereka sebelum mereka bisa bangkit kembali. Energi dari altar itu mungkin menjadi daya tarik bagi mereka.”Raka mengangguk, merasakan semangatnya pulih seiring dengan tekad untuk melindungi desa dan orang-orang yang dicintainya. Mereka berdua mengarahkan pandangan mereka ke arah bayangan yang bergerak-gerak, berusaha mencari cara untuk mengakhiri ancaman ini selamanya.“J
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 92 : Kegelapan yang Tak Pernah Mati

Setelah cahaya memecah kegelapan, kuil kuno itu tampak kembali tenang. Raka dan Pendekar Buta terengah-engah, duduk di lantai yang masih bergetar akibat energi besar yang baru saja dilepaskan. Namun, suasana damai itu hanya berlangsung sejenak. Raka merasakan getaran aneh di bawah kakinya.“Ini belum selesai,” Pendekar Buta berbisik, matanya meneliti sudut-sudut kuil yang gelap. “Kegelapan ini mungkin telah terdesak, tetapi tidak sepenuhnya lenyap.”Raka mengangguk, menyadari betapa berbahayanya situasi mereka. “Kita perlu mencari tahu di mana sisa-sisa kekuatan itu bersembunyi,” ujarnya, berusaha bangkit meskipun tubuhnya masih lelah.Mereka berdiri perlahan dan melihat sekeliling, berusaha menemukan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Dinding-dinding kuil masih dipenuhi simbol-simbol kuno, dan di tengah ruangan, terdapat altar yang sebelumnya dipenuhi energi gelap. Namun sekarang, altar itu tampak hampa, hanya menyisakan aura misterius yang samar.“Perhatikan itu,
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 93 : Sisa-Sisa Kegelapan

Setelah berhasil mengalahkan bayangan kegelapan, suasana kuil kini terasa lebih ringan. Cahaya yang hangat menyelimuti ruangan, mengusir sisa-sisa gelap yang mengancam. Raka dan Pendekar Buta berbaring sejenak, membiarkan diri mereka terbuai oleh kelegaan. Namun, rasa damai itu tidak berlangsung lama."Raka," Pendekar Buta memecah keheningan, matanya menatap ke arah pintu keluar kuil. "Ada sesuatu yang tidak beres."Raka mengangkat kepalanya dan mengikuti tatapan Pendekar Buta. Di ujung lorong kuil, bayangan samar mulai berkumpul, perlahan-lahan membentuk sosok yang familiar. Raka merasa jantungnya berdebar, dan ketika sosok itu mendekat, rasa takut menyelimutinya. "Saya kembali," suara itu terdengar serak, namun penuh dengan kekuatan. Raka mengenali sosok itu. "Lira!" Wanita muda itu berdiri di ambang pintu, dengan tatapan kosong yang membuat bulu kuduk Raka meremang. Kulitnya pucat dan matanya tidak memancarkan kehidupan. “Kalian pikir kalian bisa menghentikan kegelapan? Kegelapan
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 94 : Melangkah ke Kegelapan

Setelah mengalahkan kegelapan yang mengancam Lira, Raka dan Pendekar Buta merasa seolah mereka telah mendapatkan kembali harapan yang hilang. Namun, saat mereka beranjak keluar dari kuil, suasana di luar tidak mencerminkan perasaan lega yang mereka alami. Malam telah tiba, dan dengan itu datanglah kegelapan yang lebih dalam. Suara-suara aneh bergema di antara pepohonan, seperti bisikan jahat yang mengintimidasi.“Di sini terasa aneh,” Raka berbisik, merasakan hawa dingin menyengat di kulitnya. “Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.”Pendekar Buta mengangguk, matanya tajam mengawasi sekeliling. “Kegelapan mungkin telah mundur, tetapi itu bukan berarti kita sudah aman. Kita harus terus bergerak.”Lira, meskipun masih terlihat lemah, berusaha untuk tetap fokus. “Di mana kita harus pergi sekarang? Kita tidak bisa tetap di sini.”“Pertama, kita harus pergi ke desa terdekat,” Pendekar Buta menjawab. “Kita perlu mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi di luar sana. Kegelapan bisa s
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 95 : Menyisir Kegelapan yang Tersisa

Desa itu terasa sunyi, meskipun api kecil masih menyala di beberapa sudut, dan bayangan kegelapan tampak mengintai. Raka, Pendekar Buta, Lira, dan Fikri berdiri bersama, saling memandang, merasa beruntung telah menyelamatkan satu jiwa dari kegelapan yang mengancam. Namun, ancaman ini belum berakhir, dan ketegangan di udara terasa semakin mendalam.“Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama,” Pendekar Buta berkata, suara tenangnya mengalir di tengah suasana tegang. “Kegelapan mungkin belum sepenuhnya sirna. Kita harus mencari tahu seberapa jauh pengaruhnya menyebar.”Raka mengangguk. “Tapi kita harus membantu orang-orang yang tersisa terlebih dahulu. Mereka pasti butuh perlindungan dan pertolongan.”“Benar,” Fikri menambahkan, mengingat kembali wajah-wajah tetangga dan teman yang telah hilang. “Kita perlu membangun kembali harapan mereka.”Lira, yang berdiri di samping Fikri, mengangguk setuju. “Mari kita mulai dengan rumah-rumah yang masih utuh. Kita harus memastikan tidak ada lagi
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 96 : Jejak yang Tertinggal

Di tengah keheningan yang meliputi ruang bawah tanah, Raka dan teman-temannya berdiri dengan penuh ketegangan. Setelah mengusir makhluk kegelapan yang mengancam, mereka merasa bahwa ada yang masih mengintai. Meskipun mereka telah meraih kemenangan kecil, ancaman yang lebih besar mungkin masih bersembunyi di tempat lain.“Ini bukan akhir,” Pendekar Buta berkata, menatap ruangan gelap dengan serius. “Kita harus menemukan sumber kegelapan ini. Setiap makhluk yang kita kalahkan di sini mungkin akan kembali, lebih kuat.”Lira mengangguk, wajahnya serius. “Benar. Kita tidak bisa membiarkan mereka memiliki kesempatan untuk bangkit lagi. Kita harus menemukan akar masalahnya.”Fikri yang berdiri di samping mereka tampak gelisah. “Di mana kita mulai? Ruang bawah tanah ini tampak sangat luas, dan kita tidak tahu di mana mereka menyimpan kekuatan mereka.”“Mari kita periksa lebih dalam,” Raka menyarankan, bertekad untuk melanjutkan pencarian mereka. “Mungkin ada petunjuk di sini yang bisa membant
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 97 : Awal Baru

Setelah berhasil menghancurkan altar kegelapan, Raka dan teman-temannya merasakan rasa lega yang mendalam. Namun, di balik perasaan itu, mereka juga menyadari bahwa perjuangan mereka belum sepenuhnya berakhir. Ancaman kegelapan mungkin sudah berkurang, tetapi masih ada banyak hal yang harus dilakukan untuk memulihkan kedamaian di desa dan di seluruh dunia.Saat mereka melangkah keluar dari ruang bawah tanah, cahaya matahari menyambut mereka dengan hangat. Udara segar mengalir dan mengisi paru-paru mereka, seolah memberikan energi baru. Di luar, warga desa berkumpul, menunggu dengan penuh harapan. Mereka terlihat cemas, tetapi saat melihat Raka dan kelompoknya muncul dari kegelapan, wajah mereka berubah menjadi senyuman lega.“Kau berhasil!” teriak seorang penduduk, melangkah maju dengan mata berbinar. “Kami merasa tenang ketika kalian pergi.”Raka dan teman-temannya saling bertukar pandang, merasa bangga. “Kita harus memberi tahu mereka tentang apa yang terjadi,” Lira berkata, suarany
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 98 : Perjalanan Menuju Aliansi

Dengan semangat dan tekad yang baru, Raka, Pendekar Buta, Lira, dan Fikri mempersiapkan diri untuk perjalanan ke desa-desa tetangga. Mereka tahu bahwa membangun aliansi adalah langkah penting untuk menghadapi kegelapan yang masih mengintai. Para penduduk desa memberikan dukungan penuh, membantu mereka menyiapkan perlengkapan dan bekal yang dibutuhkan selama perjalanan.Pagi itu, sinar matahari yang hangat menyinari desa mereka. Raka berdiri di depan warga desa, menyampaikan pesan terakhir sebelum keberangkatan. “Kita pergi untuk membangun aliansi yang kuat. Setiap desa yang kita kunjungi, kita akan menyampaikan bahwa kegelapan tidak hanya mengancam satu desa, tetapi kita semua. Kita harus bersatu untuk melawannya!”Satu suara terdengar dari kerumunan, “Kami percaya pada kalian! Lindungi kami!”“Semangat kalian adalah kekuatan kami!” Fikri menambahkan, sambil tersenyum. “Kami akan kembali dengan berita baik!”Setelah mengucapkan selamat tinggal, Raka dan timnya memulai perjalanan. Mere
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 99 : Pertarungan di Malam Kelam

Malam semakin larut, dan pertarungan melawan makhluk-makhluk kegelapan semakin memanas. Raka berdiri di tengah kerumunan, dikelilingi oleh teman-teman dan penduduk Desa Wira yang berjuang melawan ancaman yang nyata. Rasa takut dan ketegangan mengisi udara, tetapi tekad untuk bertahan hidup membara di hati setiap orang.Makhluk-makhluk itu, dengan kulit hitam legam dan mata bersinar merah, menyerang dengan brutal. Raka bisa merasakan getaran energi gelap yang mengelilingi mereka, membuat jiwanya bergetar. Ia berusaha menenangkan dirinya, menarik napas dalam-dalam dan mengingat semua pelajaran yang telah ia terima.“Lindungi desa! Jangan biarkan mereka mendekat!” teriak Raka, sambil mengarahkan pedangnya ke arah musuh. Dengan keberanian, ia melangkah maju, menghampiri makhluk pertama yang melompat ke arahnya. Dengan gerakan cepat, Raka memotong udara dan menghantam makhluk itu, membuatnya terjatuh ke tanah.Di sampingnya, Pendekar Buta melawan dengan gaya yang tak terduga. Ia bergerak d
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 100 : Pengorbanan Terakhir

Pertarungan di malam kelam itu semakin memuncak. Makhluk besar yang berdiri di hadapan Raka dan teman-temannya mengeluarkan suara mengerikan, seolah menantang mereka untuk melanjutkan perlawanan. Dalam sekejap, ia menyerang dengan kekuatan yang mengguncang tanah. Gelombang energi hitam meluncur ke arah Raka, Pendekar Buta, dan penduduk Desa Wira yang lain. Raka tahu bahwa saat ini bukan saatnya untuk mundur. Dengan pedang di tangan, ia merasakan aliran energi dalam dirinya. Rasa sakit dan kelelahan mulai menyusup ke setiap serat tubuhnya, tetapi semangatnya tidak akan padam. Ia melihat ke sekeliling, melihat wajah-wajah yang penuh ketakutan dan harapan. Mereka semua bergantung pada keberaniannya.“Bersatu!” teriak Raka, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. “Kita bisa menghentikannya!”Pendekar Buta mengangguk, matanya berkilau dengan keyakinan. “Kita harus fokus pada satu titik. Jika kita menyerang secara bersamaan, kita bisa merusak inti kekuatannya!”Semua orang bersiap. Lira dan Fi
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status