Semua Bab Terjebak Gairah (Calon) Mantan Suamiku : Bab 11 - Bab 15

15 Bab

Bab 11. Berdebat

Kirana tak menjawab pertanyaan Ardan. Ia bingung dengan apa yang telah dikatakan oleh suaminya. Pria lain? Jangan konyol. Ia bahkan sudah tak percaya dengan orang lain setelah keluarga dan suaminya sendiri merendahkannya sedemikian rupa.Apa itu cinta?! "Apa yang kamu katakan? Jangan mencurigaiku yang tidak-tidak!" Kirana mengalihkan pandangannya dari wajah Ardan, dan melangkah kembali menuju ke atas ranjang dan kemudian merebahkan diri di atas sana."Jangan memancing keributan di sini, sebaiknya kamu segera pergi sebelum malam mulai larut dan mengundang pertanyaan banyak orang yang ada di sekitar sini!" sambung Kirana tanpa menoleh dan menatap wajah Ardan. Akan tetapi harapan untuk tidur dengan nyenyak dan tenang malam itu sepertinya tidak akan pernah benar-benar terjadi karena Ardan ikut merebahkan diri di samping tubuh Kirana.Sontak saja hal itu langsung membuat Kirana membuka matanya lebar dan menatap wajah laki-laki yang berstatus sebagai suaminya itu dengan tajam. Bahkan sak
Baca selengkapnya

Bab 12. Tamu di pagi hari

Saat pagi menyingsing, Kirana mulai terusik lantaran beban berat yang dirasakan oleh tubuhnya. Wanita itu kesulitan untuk bergerak, bahkan untuk sekedar membalikkan tubuhnya.Ughh!'Apa ini? Tubuhku terasa berat. Apa aku sakit?' Kirana bertanya-tanya dalam hati. Namun, tiba-tiba saja ia terkejut, saat ternyata lehernya berbaring di atas sebuah tangan dan perutnya dililit oleh sebuah tangan kekar nan kokoh. Belum lagi, samar-samar Kirana bisa merasakan napas hangat pria itu di lehernya.Ardan!Ia baru sadar dengan kondisi Ardan yang menginap di rumahnya dan sekarang masih terlelap di belakang tubuhnya. Oleh karena itu, dengan hati-hati Kirana memindahkan lengan Ardan dari tubuhnya dan beranjak dari kasur. Namun, sebelum Kirana sempat melakukan itu, suara berat telah lebih dulu menegurnya."Mau ke mana?" Ardan bertanya tiba-tiba dengan suara khas bangun tidur. Sejak kapan pria itu bangun?"Ini sudah pagi. Jadi, tolong lepaskan aku!" jawab Kirana dengan kesal. Sebab, detik berikutnya,
Baca selengkapnya

Bab 13: Alasan Barra Datang

Suasana di tempat itu semakin tak karuan tatkala Barra datang ke sana. Sebab, tatapan Ardan menjadi sangat sinis dan tajam, seolah sedang menguliti Barra hingga ke inti jiwanya.Suasana yang menegangkan itu membuat Kirana berdehem sebelum kemudian menyapa Barra dengan ramah.Sebab, semenjak kedatangannya, pria itu terus terdiam dan saling adu tatapan tajam dengan Ardan tanpa ada yang mengalah. "Barra! Apa yang membawamu datang ke sini?" Tanya Kirana untuk memecahkan keheningan di antara mereka.Mendengar itu, Barra mengalihkan pandangannya dari Ardan dan hanya menggeleng pelan sebagai jawaban. “Aku hanya memastikan apa kamu baik-baik saja. Setelah…” Barra menggantung perkataannya sejenak. “Apa yang terjadi kemarin”.Mendengar itu, Kirana tersenyum canggung dan membalas perkataan Barra sambil melirik Ardan yang kini berdiri di sampingnya. “Aku tidak apa-apa, Barra. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Perkenalkan, ini Ardan. Dia baru datang kemarin.”Mendengar itu, Ardan tanpa sadar
Baca selengkapnya

Bab 14. Ardan Semakin Aneh

"Memangnya siapa yang setuju untuk bercerai? Oh, atau mungkin kau tertarik dengan bajingan itu, hingga mendesakku untuk menceraikanmu?" Tanya Ardan dengan tatapan sinis. Dalam hati, Ardan penasaran dengan jawaban Kirana. Ia ingin tahu, apakah istrinya benar-benar tertarik atau tidak."Ardan, jaga bicaramu! Apa kau sudah lupa, bahwa orang yang paling tidak menginginkan pernikahan ini hanyalah kamu! Jadi jangan berbicara omong kosong dan menuduhku hal yang tidak-tidak. Aku tidak seperti kamu yang memasukkan orang ketiga dalam pernikahan kita!"Kirana tak habis pikir, kenapa suaminya justru menuduhnya yang tidak-tidak? Padahal pria itulah yang bermain api hingga Kirana terbakar hebat. "Jangan mengelak lagi, Kirana. Aku tahu bahwa pria itu menunjukkan ketertarikannya padamu. Jadi, aku yakin kalau ka—""Apa aku terlihat tertarik padanya? Tertarik pada Barra seperti kamu tertarik pada Zara?" tanya Kirana setelah menyela ucapan Ardan. Menatap pria itu dengan tatapan benci.Mendengar itu, A
Baca selengkapnya

Bab 15. Lebar dan kokoh

Pada akhirnya, Kirana tetap mengikuti keinginan Ardan untuk berkeliling di desa tersebut. Ia baru ingat, jika suaminya tidak pernah main-main dengan apa yang dia katakan. Jika mengingat hal itu, Kirana jadi merinding sendiri. "Apa kau sudah lapar?" Tanya Ardan melunak, tapi tak mengurangi intimidasinya. Pria itu bertanya tapi seolah tak menerima sebuah penolakan. "Iya, apa kita mau pulang?" Kirana benar-benar merasa lelah akibat berjalan cukup jauh dan juga kurang tidur semalam. Namun, tiba-tiba saja pria itu membungkuk di hadapannya. Kirana terkejut dan tak mengerti dengan apa dilakukan oleh Ardan. "Ardan, apa yang kamu lakukan?" Kirana bertanya untuk memastikan bahwa Ardan benar-benar baik-baik saja. "Apa lagi? Ayo cepat naik. Kau berjalan lambat, jadi ini cara agar kita cepat sampai ke rumah." Alasan macam apa itu? Tapi meskipun demikian, Kirana tetap patuh dan naik ke atas punggung suaminya. Ia memeluk punggung lebar Ardan yang terasa begitu kokoh. Apakah punggung Ardan sud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status