Home / Horor / Sosok Perempuan yang Mengikutiku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Sosok Perempuan yang Mengikutiku: Chapter 21 - Chapter 30

49 Chapters

BAB 21

Seiring berjalannya waktu, kejadian-kejadian aneh itu mulai berangsur-angsur menghilang. Meskipun rasa takut masih sesekali menyelinap dalam pikiranku, aku berusaha keras untuk menghadapi dan melawannya..Ada hari-hari di mana aku merasa begitu kuat, seolah semua yang pernah kutakutkan tak lagi punya kuasa atas diriku. Namun, ada pula malam-malam di mana kegelapan masih terasa terlalu pekat, dan aku harus mengingatkan diriku sendiri bahwa aku tidak sendirian.Ibu dan Ayah pun terus mendukungku, meski mereka tak selalu tahu apa yang sebenarnya kualami. Kehadiran mereka di sampingku memberiku rasa aman yang tak tergantikan. Namun, aku tak ingin membuat mereka khawatir dan lebih memilih untuk memendam rasa takutku sendirian.“Ayah yakin kamu bisa melewati ini, Nur,” kata Ayah suatu malam, ketika kami duduk di ruang tamu. “Ketakutan itu cuma sementara. Asal kamu percaya, semua akan baik-baik saja.”Aku hanya bisa mengangguk, menguatkan diri. Meski tid
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

BAB 22

Setelah pengalaman kerjaku di Jakarta sebelumnya yang penuh liku dan meninggalkan kenangan pahit, aku akhirnya memutuskan untuk kembali mencoba peruntungan di luar kota. Aku tahu, keputusan ini tidak mudah bagi ayah dan ibu. Mereka mungkin khawatir melepas anak perempuannya lagi ke tempat yang jauh, apalagi setelah apa yang sudah kulalui. Tapi aku tak bisa terus-menerus bergantung pada hasil tani mereka yang pas-pasan."Yakin kamu mau kerja lagi di luar kota?" tanya ayah dengan nada berat, tatapannya lekat seolah ingin memastikan keputusanku sudah bulat.Aku mengangguk, mencoba menahan rasa takut dan ragu yang sebenarnya masih ada. "Aku yakin, Yah. Di sini mungkin aman, tapi aku ingin mandiri. Aku ingin bantu ayah sama ibu juga."Ibu tersenyum kecil, meski di balik senyumnya aku bisa melihat ada kecemasan. "Kalau itu keputusanmu, nak, kami akan dukung. Tapi hati-hati, ya. Ingat yang kemarin..."Aku meraih tangan ibu, menguatkan diri dan mencoba me
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

BAB 23

Aku terus bertarung dengan perasaan takut yang menguasai pikiranku, berusaha melawan kecemasan yang menghantui tiap malam. Namun, tiang jemuran di samping kamarku sering kali menciptakan bayangan yang bergerak pelan di jendela. Bentuknya samar, tapi cukup membuatku merinding, seperti sosok asing yang mengawasi dari kegelapan.Setiap malam, aku terpaksa menyalakan lampu kamar. Kegelapan yang biasa aku abaikan kini terasa begitu menakutkan. Bayangan-bayangan itu selalu ada di sana, bergoyang seiring angin malam, dan aku tak berani menutup mataku lebih lama dari beberapa detik. Setiap kali mencoba memejamkan mata, bayangan itu seakan semakin jelas, semakin nyata.Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa itu hanya ilusi. "Hanya tiang jemuran," bisikku berulang-ulang, berusaha mengusir ketakutan.Namun, pikiranku terus berbisik bahwa mungkin ada sesuatu di balik bayangan itu, sesuatu yang mengintai dengan sabar, menunggu aku lengah. Malam-malam terasa panjang, dan aku pun semakin
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

BAB 24

Siang itu, udara di dalam rumah terasa lebih dingin dari biasanya. Suasana yang biasanya ramai dengan suara Isabelle yang ceria kini terasa lengang dan sedikit mencekam.Aku duduk di ruang tamu, mengingat kembali saat-saat pertama kali bekerja di sini. Entah kenapa, waktu itu aku merasa begitu berani, sering kali bicara sembarangan untuk mengusir rasa takutku.“Hei, Mbak! Ngapain bengong di situ?” suara Isabelle yang tiba-tiba muncul membuatku tersentak.“Oh, enggak apa-apa, cuma lagi mikir aja,” jawabku sambil tersenyum kaku.Namun, pikiranku terus melayang ke masa lalu. Aku ingat betul, betapa aku dulu suka menantang rasa takutku dengan cara yang mungkin sedikit sembrono. Aku mulai bercerita pada Isabelle, yang duduk bersila di hadapanku sambil memegang ponselnya.“Kamu tahu enggak, dulu pas Mbak baru kerja di sini, sering banget nonton film horor malam-malam. Biar enggak takut gitu…” Aku terkekeh sedikit, meski dalam hati merasa ada yang ganjil mengingat semua
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

BAB 25

Malamnya, setelah seharian sibuk bekerja, aku kembali ke kamar. Langit di luar sudah gelap, dan seluruh rumah sunyi. Isabelle dan kedua orang tuanya sudah tertidur, sementara aku masih terjaga dengan pikiran yang berputar.“Kenapa kamu nggak cerita aja sama Bu Dina?” gumamku pada diri sendiri, berusaha menguatkan hati.Namun, aku tahu bahwa mengungkapkan semuanya tidaklah semudah itu. Selama ini, aku sudah berusaha keras menyembunyikan kegelisahanku, takut dianggap aneh atau malah menyusahkan mereka.Tiba-tiba, angin dingin menerobos masuk dari jendela kamar yang sedikit terbuka. Aku bergidik, segera menutup jendela dan kembali ke tempat tidur. Namun, rasa tak nyaman itu masih ada, perasaan bahwa ada sesuatu yang terus mengamatiku.Sambil berbaring, aku berusaha menenangkan diri dengan doa-doa yang diajarkan ibu sejak kecil. Tapi setiap kali aku hampir tertidur, bayangan tangan pucat yang muncul dari tembok tempo hari terlintas di benakku. Membuat
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

BAB 26

Malam itu, seperti biasa, aku terlelap dengan pikiran penuh kehati-hatian, berharap terhindar dari ketindihan yang sudah terlalu sering menghantuiku. Tapi kali ini, aku memutuskan untuk melawan rasa takutku, meskipun tubuhku kaku dan napasku terasa sesak.Aku memaksakan pikiranku untuk berani, dan dalam hati, aku bertanya, "Apakah di kamarku memang ada penunggunya? Kalau memang iya, tolong beri aku petunjuk."Tidak lama setelah itu, di tengah mimpi yang samar, sosok putih tiba-tiba muncul di samping tempat tidurku. Perlahan, sosok itu bergerak halus, nyaris melayang, menatapku dengan pandangan hampa dan tenang. Aku merasa dingin yang menusuk, tetapi aku tetap menahan diri, menolak untuk membiarkan rasa takut menguasai pikiranku."Baiklah," bisikku dalam hati, mencoba bicara padanya, "aku percaya kamu ada di sini. Jangan mengganggu, ya?"Sejak saat itu, entah kenapa, ketindihan itu sedikit demi sedikit mulai mereda. Meski masih ada rasa tidak nyama
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

BAB 27

Aku duduk sendirian di pinggir jalan, di belakangku hanya deretan pohon kamboja yang menjulang gelap di bawah langit malam. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa tiba-tiba berada di sini. Rasanya barusan aku masih beristirahat, tapi sekarang aku duduk di tempat asing ini, dikelilingi sepi yang mencekam.Tak ada suara, tak ada kehidupan. Seolah-olah aku sedang berada di dunia lain, dunia di mana hanya ada kegelapan. Perlahan, aku mulai merasa ada sesuatu yang salah. Suasana di sekitarku terlalu sunyi, hingga akhirnya terdengar suara langkah kaki, pelan namun mendekat.Aku menoleh, dan di bawah cahaya redup, seorang perempuan muncul dari balik bayangan. Dia berjalan pelan ke arahku dan duduk di sampingku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sosoknya terlihat samar, mengenakan gaun putih panjang dengan rambut terurai yang menutupi sebagian wajahnya.Aku menelan ludah, merasa kaku. Semakin aku memperhatikannya, semakin aku sadar, perempuan ini... dia sangat mirip denganku. Hanya saja, wajahnya
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

BAB 28

Setiap malam, aku mulai terbiasa berbincang dengan Aji melalui pesan singkat. Seseorang yang baru aku temui beberapa waktu lalu dari sosial media. Rasanya menyenangkan memiliki teman bicara yang bisa membuatku melupakan kejadian-kejadian aneh di rumah ini.Kami berbagi cerita, dari hal-hal sepele sampai pengalaman hidup masing-masing. Entah bagaimana, Aji selalu tahu cara membuatku tertawa, meskipun lewat kata-kata di layar ponsel.Suatu malam, saat aku bercerita tentang pengalaman yang mengganggu tidurku, Aji mengirim pesan yang membuatku tertegun sejenak.“Nur, kamu nggak pernah berpikir buat pindah kerja?” tanyanya.Aku mengetik balasan, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang muncul di hatiku. “Aku sudah terlalu nyaman di sini, Ji. Lagipula, nggak mudah cari pekerjaan baru. Tapi kalau ngobrol sama kamu gini, aku jadi lupa kalau ada yang menyeramkan di sini.”Aji membalas dengan cepat, “Kalau gitu, aku akan terus nemenin kamu biar nggak takut.”Ada sesuatu dalam caranya berkata-kata
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

BAB 29

Pagi itu, suasana rumah dipenuhi kegembiraan yang berbeda. Kami semua bersiap-siap untuk perjalanan ke Bogor, di mana keluarga Bu Dina akan merayakan malam Natal. Ini pertama kalinya mereka merayakannya di luar kota setelah pandemi, dan aku merasa beruntung diajak ikut serta.Ibu Dina dengan penuh semangat memeriksa daftar barang-barang yang akan dibawa. "Nur, pastikan hadiah-hadiah sudah masuk ke dalam mobil, ya!" katanya sambil tersenyum lebar, mengingatkan agar tak ada yang terlupa.Aku mengangguk dan segera memeriksa bagasi, memastikan kado-kado berwarna cerah itu tersusun rapi di antara koper dan bekal perjalanan.Di dalam rumah, aroma harum kue jahe dan kue kering yang dibuat semalam masih tercium, menambah suasana Natal yang hangat. Ayah Isabelle, Pak Frank, memasukkan barang-barang terakhir ke mobil, sambil berbagi senyum hangat dengan semua orang di sekitarnya.Begitu semuanya siap, kami pun berangkat. Sepanjang perjalanan, mobil dipenuhi suara tawa dan nyanyian lagu-lagu Nat
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

BAB 30

Begitu kami memasuki rumah, hawa dingin langsung menyelimuti. Dinding-dindingnya terbuat dari kayu tua yang mulai lapuk, dengan beberapa bagian cat yang terkelupas, menambah kesan kuno yang membuat bulu kuduk meremang.Di ruang tamu, sebuah jam dinding besar berdiri angkuh, seolah menjadi pusat perhatian di ruangan itu. Jam itu tampak antik, dengan angka-angka Romawi yang sedikit pudar dan jarum jam yang bergerak lambat, hampir malas.Ketika aku melangkah lebih dalam, derit kayu di bawah kakiku terdengar jelas, memecah keheningan. Setiap detail di rumah ini seperti keluar dari adegan film horor yang pernah kutonton. Tirai tebal yang gelap, pencahayaan temaram, serta perabot-perabot kayu yang tampak sudah berusia puluhan tahun.Pak Frank menyapa orang tuanya, dan suasana sejenak mencair. Namun, pikiranku tak bisa lepas dari bayangan jam dinding itu.“Jam ini... akan berbunyi keras setiap malam,” bisik Isabelle, seolah membaca pikiranku.Ak
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status